Janah masih terlihat mengobrak-abrik isi kamar. Kini dia mulai menarik paksa hendel pintu lemari Sinta hingga lemarinya bergoyang. Aku dan ustadz Rahman sejauh ini hanya memperhatikan gerak-geriknya. Ternyata waktu bergulir begitu cepat. Dulu aku mengenal Janah gadis yang cantik dan sangat berakhlak baik. Tapi aku harus menikah dengan Sinta, seorang anak mafia. Ternyata sekarang baru terbukti. Meskipun Pak Adam seorang mafia, bisa membimbing anaknya untuk menjadi yang lebih baik sehingga mengalahkan janah dan aku yang notabenenya anak pemilik pondok pesantren. Betapa malunya aku kepada keluarganya Sinta yang menalaknya dengan menyebutkan segala kekurangan yang kusangka ada padanya, ternyata semua kekurangan itu ada pada diriku. ’Sungguh kamu lelaki yang tidak berguna, Fahmi.' rutukku

