03 - Foto Yang Beredar

1453 Words
Matahari sudah menunjukkan sinarnya, begitu cerah sampai-sampai pantulan cahayanya menerobos masuk kedalam kamar tidur Aurora. Dia masih terlelap dan tejaga dengan pulasnya, ponselnya terus saja berdering. Namun, Ia tidak menghiraukannya. Kedua matanya terlalu berat untuk dibuka sehingga dirinya memutuskan untuk mematikan ponselnya, meletakkannya diatas meja supaya menjauh darinya. Entah apa yang terjadi, Aurora tidak ingin perduli. Rasanya dirinya masih membutuhkan banyak waktu untuk beristirahat, tubuhnya seakan sakit semua akibat tadi malam terlalu tegang dan ketakutan di dalam mobil Sam. Pria gila yang tidak ingin dilihatnya lagi seumur hidupnya. “Kenapa aku tidak bersemangat sekali hari ini untuk pergi ke kampus?” Ujarnya kepada dirinya sendiri. Rasanya hari ini dirinya terlalu malas untuk berangkat kuliah, kalau saja tidak ada kuis dadakan yang dilakukan oleh Dosen manajemennya, mungkin saat ini dirinya masih berbaring diatas ranjang empuknya. Dengan berat hati dirinya harus bangkit dan bersiap-siap. Ia bahkan tidak mengecek ponselnya terlebih dahulu sebelum pergi ke kampus, dia bertanya kepada pelayannya tentang keberadaan kedua orang tuanya yang sudah tidak terlihat lagi dirumah. Ya memang setiap hari Papa dan Mamanya selalu saja sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Aurora sudah sangat terbiasa berada di rumah seorang diri. Sebenarnya dia sangat kesepian di rumah, tapi bukan berarti dia kehilangan kasih sayang. Tentu saja tidak, Baik Mahesa maupun Raquel selalu memberikan kasih sayang penuh untuk Putri semata wayang mereka. Selama di dalam perjalanan menuju kampus, Aurora merasa lemas tak berdaya. Dia mengambil ponselnya yang sejak tadi pagi dimatikannya, menghidupkan kembali lalu melihat begitu banyak pesan yang didapatnya dari grup kelasnya hingga membuatnya merasa penasaran lalu membukanya, bukan berita tentang info tugas ataupun jadwal perkuliahan yang dia dapat disana, melainkan ada foto yang diambil dari kejauhan yang menggambarkan seorang cowok dan cewek yang sedang bersama. Awalnya dia tidak begitu menghiraukannya, kemudian dia kembali menatapnya dengan intens lagi dengan menggunakan kaca matanya, "Apa! Ini gila! Siapa yang sudah memontretku secara diam-diam seperti ini?" Serunya. Dia melihat komentar-komentar jahat yang ditinggalkan teman-teman sekelasnya, khususnya para gadis yang mengidolakan tentang sosok Samuel yang sangat sempurna dimata mereka. Aurora membacanya dengan kesal, dia hanya bisa menggelengkan kepalanya, "Patah hati karena seorang pria seperti itu? Astaga, sungguh menggelikan." Ujarnya lagi. Dirinya sangat beruntung karena sosok gadis yang ada di foto itu tidak jelas, sehingga bisa membuatnya sedikit bernafas lega. Coba saja kalau satu kampus mengetahui siapa gadis yang bersama dengan Sam di dalam foto itu, bisa habis dirinya dibully habis-habisan karena merasa tidak layak. "Nona kita sudah sampai di kampus," Ucap supirnya yang sudah menepikan mobil. "Baik," Dengan berat hati Aurora harus turun, dia berusaha untuk bersikap biasa saja karena toh tidak akan ada yang mengenalinya dengan penampilan culunnya seperti saat ini. Dirinya sangat amat bersyukur karena hal itu. Begitu dia turun dari mobil, kedua sahabat baiknya langsung menghampirinya lalu bergosip tentang Sam yang sebenarnya sudah tidak ingin dia dengar lagi namanya. Begitu mendengar namanya saja sudah membuatnya muak dan tidak tertarik sama sekali. Aurora hanya menanggapinya dengan malas sambil terus berjalan menuju ruangan kelas mereka. Semua kursi sudah terisi, tinggal beberapa yang berada di depan saja karena Aurora datang terlambat, dia meletakkan tasnya lalu duduk di kursi yang paling depan. Kemudian menatap kedua sahabatnya dengan kesal, "Dasar tidak setia!" Karena melihat keduanya duduk paling belakang. "Sorry, Ra. Lagian kamu si diteleponin gak jawab, tau sendiri kan kita kesulitan kalau menyediakan kursi buat kamu. Please jangan marah ya." Ucap Hana dengan kedua tangan memohon dan wajah memelas penuh perasaan bersalah. Aurora hanya menantap tajam saja kepada Hana, “Pokoknya aku marah!” Ketusnya. “Jangan seperti itu dong Ra! Lain pasti akan aku usahakan mencari kursi buat kamu. Janji!” Seru Hana yang benar-benar menyesal. Seketika raut wajah Aurora berubah menjadi sebuah senyuman, “Aku hanya bercanda saja! Tapi kamu udah ketakutan seperti itu. Rasanya sangat menyenangkan sekali.” Balasnya sambil cengegesan. Hana memukul lengan Aurora, “Dasar menyebalkan kamu, Ra!” Ujarnya dengan mulut manyun. Melihat Dosen mereka sudah berjalan masuk kedalam kelas, “Udah sana balik ke kursi kalian. Udah datang tuh Dosen kita!” Serunya. Kedua temannya langsung berjalan ke kursi mereka masing-masing. "Baik, kita akan mulai kuisnya sekarang ya." Ucap Pak Adi dengan muka kejam. Terdengar suara pintu yang diketuk, "Maaf, Pak saya terlambat." Begitu melihat siapa yang berdiri didepan kelasnya membuat Aurora melongo tak percaya, bagaimana mungkin pria yang tidak ingin dilihatnya itu malah berada dikelas yang sama dengannya. ‘Kenapa lelaki itu di sini? Apa dia ikut ujian di kelas ini juga? Kenapa aku harus bertemu lagi dengannya? Sangat menyebalkan!’ Batinnya. Sangat banyak pertanyaan yang ada dikepalanya saat ini. Ketika tatapan keduanya tanpa sengaja bertemu, dia segera memalingkan wajahnya dengan cepat. "Silahkan masuk! Duduk disebelah Aurora." Ketus Pak Adi yang membuat gadis itu kembali menatap Sam. Sam berjalan masuk kedalam ruangan kelas, terlihat para gadis begitu antusias karena melihat pria pujaan mereka berada dikelas yang sama dengan mereka, membuat ruangan kelas sedikit berisik, dan tatapan iri terlihat jelas karena gadis yang berada disampingnya malah gadis cupu yang biasa dibully. Aurora hanya menunduk sambil pasrah dengan keadaannya saja saat ini, dia tau dengan pasti setelah selesai kuis nanti, dirinya akan diejek habis-habisan yang akan membuatnya kesal. Tapi, dirinya tidak ingin membalas perlakuan teman-temannya itu. Sam sempat meliriknya sekilas lalu membuang pandangannya, Pak Adi dosen mereka telah membagikan kertas ujian. Kini fokus gadis itu hanya pada lembaran soal kuis yang ada dihadapannya. Untungnya dengan otaknya yang pintar membuatnya tidak kesulitan untuk menyelesaikan soal tersebut. Walaupun dirinya belum sempat untuk belajar karena tadi malam harus bertemu dengan pria menyebalkan seperti Sam. Dua puluh menit kemudian, Aurora sudah bersiap memberikan lembar soal dan jawabannya kepada Pak Adi yang mengawasi semua mahasiswa/mahasiswinya dengan ketat sampai-sampai tidak ada yang bisa berkutik dan menyontek. Dia berjalan kedepan lalu segera keluar dengan cepat. Aurora yang belum sarapan apa-apa dari rumah merasa kelaparan, dia berjalan menuju kantin. Memesan mie goreng kesukaannya di warung Bu Atik, "Pesanannya seperti biasa ya, Bu." Ujarnya lalu duduk. "Mie goreng spesial dan teh manis dingin kan, Ra?" Balas Bu Atik membuatnya mengangguk dan tersenyum. Rasanya begitu lega karena dirinya sudah berhasil jauh dari Sam, membayangkan duduk disampingnya tadi selama ujian membuatnya sangat amat tidak nyaman. Ponselnya berdering, Aurora menatap ponselnya dengan bingung, ada satu panggilan tak terjawab dari nomor baru yang tidak dikenalnya. keningnya mengkerut lalu mengabaikannya begitu saja. Dddrrrtt....ddrrrtt....ddrrrtt.. Membuatnya kembali menatap ponselnya, nomor yang tadi meneleponnya kini mengirimkannya sebuah pesan singkat. 08xx xxxx xxxx Temui aku di belakang kampus, di belakang pohon. Sam "Sam?" Seketika Aurora membungkam mulutnya sendiri. Dia masih syok pria itu mengajaknya bertemu, dapat nomor teleponnya dari mana? Begitu banyak pertanyaan yang membuatnya penasaran. Aurora tidak tertarik dengan ajakan pria itu untuk bertemu, dia lebih memilih untuk menikmati mie goreng dan teh manisnya saja. Perutnya sangat keroncongan saat ini, apalagi dirinya merasa sudah tidak ada hal yang perlu mereka bahas lagi. "Ini mie gorengnya, Non. Selamat menikmati." ucap Bu Atik pemilik warung dengan ramah. "Makasih, Bu." Baru saja Aurora ingin melahap hidangannya, ponselnya berdering dengan nyaringnya membuatnya kesal, dia tidak berniat untuk menjawab panggilan tersebut. Cuma kalau tidak dijawab ponselnya akan terus berdering mengganggu penghuni kantin yang kini menatap kearahnya. Mau tidak mau membuatnya harus menjawab panggilannya, "Halo," "Kenapa kamu mengabaikan pesanku!" Ketus Sam dari seberang sana. Aurora sudah berusaha untuk menahan dirinya agar tidak kesal dan terpancing, tapi sepertinya dirinya tidak bisa bersabar menghadapi pria yang paling menyebalkan itu. "Katakan saja, apa maumu? Bukankah kita tidak harus bertemu?" Balas Aurora dengan ketus. "Siapa yang menyebarkan foto-foto kebersamaan kita? Kamu kan?" Aurora merasa sangat geram sekali, "BUKAN!" "Temui aku sekarang atau aku yang akan menemuimu di kantin!" TUT...TUT...TUT Setelah mengatakan hal itu, Sam memutuskan panggilannya secara sepihak. Rasanya amarah Aurora sudah memuncak saat ini, hingga membuatnya menjadi tidak selera makan. Tidak mungkin dia membiarkan Sam yang menemuinya di kantin, pasti nanti dirinya akan terkena masalah karena hal itu. Dengan berat hati dia bangkit dari kursinya lalu membayar pesanannya dan berjalan dengan cepat menuju belakang kampus, Sam sudah memberikan sharelock kepadanya hingga membuatnya tidak kesulitan untuk mencari tau lokasi yang akan ditujunya. Disana terlihat sangat sunyi, Aurora mengamati keadaan sekitar dengan hati yang was-was. 'Kalau saja dia mempermainkanku saat ini, aku bersumpah tidak akan mengampuninya! Dia bukan Pangeran melainkan Iblis berwujud sebagai sosok pangeran.' Batinnya. Dia merasakan pundaknya dipegang dari belakang, dengan refleks Aurora menarik tangan tersebut lalu berbalik badan dan menonjok wajahnya. "Aaaaawwww," Sam meringis kesakitan. Ada sebuah cairan berwarna merah disudut bibirnya yang keluar, Sam mengelapnya. Aurora berjalan mundur beberapa langkah, "Maaf, aku kirain orang jahat." Ketusnya dengan polos seperti tidak melakukan kesalahan apapun. Sam menatapnya dengan tajam, dirinya semakin kesal dan murka untuk menghadapi seorang gadis culun seperti Aurora. Dia mengira bahwa Aurora tidak mempunyai keberanian untuk melawan dan menatapnya. Tapi gadis ini berbeda, dia sebenarnya terlalu berani hanya saja tidak ingin terlalu mencolok dan menonjol di kampus.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD