Waktu sudah menunjukkan jam tiga pagi saat Abel tiba di rumahnya. Daniel mematikan mesin mobil, keduanya saling diam sibuk dalam pikiran mereka masing-masing. “Sekarang sudah jelas ya,” kata Daniel. “Jelas apa?” tanya Abel. “Ya jelas kalau sekarang kita pacaran. Jangan sembarangan tebar pesona di luar sana,” ujar Daniel. Abel tertawa sinis. “Harusnya kamu berkaca sebelum bilang itu ke aku. Aku malah gak yakin kamu serius sama aku,” kata Abel. “Kok dibahas lagi? Kan sudah dibilang tadi, aku serius sama kamu. Lihat saja nanti,” kata Daniel. Abel memutar bola matanya. “Ya sudah, aku mau turun dulu. Kamu hati-hati menyetirnya, langsung pulang!” kata Abel. Tangan Abel meraih pegangan pintu untuk bersiap turun. “Eh bentar.” Daniel menahan tangan Abel yang satunya. Abel berbalik mengha

