bc

My Husband's Cold CEO

book_age18+
738
FOLLOW
1K
READ
love-triangle
possessive
arrogant
drama
tragedy
sweet
brilliant
genius
first love
school
like
intro-logo
Blurb

Li Mei tidak pernah hidup bahagia, bahkan selama itu juga selalu memikirkan Li Bai setelah kecewa hebat karena pria itu lebih memilih Ling Ling sepupunya, padahal selama ini cintanya begitu tulus dan mengikat janji saling setia.

Di sisi lain, Li Mei menjadikan Chen sebagai kekasih pengganti agar Li Bai bisa kembali lagi bersamanya namun rencana itu gagal karena Fang Yi adalah kekasih Chen.

Tidak ada yang tau, bahwa sandiwara Li mei yang berpura-pura mencintai Chen ternyata kedua orang tuanya mengenal keluarga pria itu, bahkan ada perjanjian hutang dengan jumlah banyak yang tak sanggup di bayarkan sehingga sebagai pelunasan, keluarga Chen memberikan jaminan kehidupan Li Mei selalu makmur dan berjaya dengan menikahi Chen meskipun Liang Chu, ibunya Chen sangat menolak pernikahan paksa itu.

Selama Li Mei menjadi nyonya muda di keluarga Chen, kehidupannya tidak tenang karena selalu ada masalah dan Liang Chu berusaha mencelakainya meskipun terpaksa baik dan bermuka dua.

Masih ada berbagai masalah yang datang tiada hentinya termasuk hilangnya Chen.

Siapa saja pelaku yang jahat dan tersembunyi itu?

chap-preview
Free preview
1. Hati Kecewa
Hujan yang mengguyur deras kota Guangzou, China itu membuat pejalan kaki berteduh menghindari hujan tak ingin basah kuyup. Li Mei, gadis cantik yang masih memakai seragam dari sekolah Qinteng International High School itu menunggu seseorang untuk menjemputnya. Li Mei bergumam, matanya melirik jam tangan yang menunjukkan pukul 3 sore. "Li Bai kemana? Haruskah aku menunggu lebih lama lagi?" Li Mei menghela nafasnya, Li Bai adalah kekasihnya namun berbeda sekolah. Prianya itu suka memasak, masuk di sekolah yang tidak terlalu terkenal yaitu Nanfang High School terletak beberapa kilometer dari Qinteng. Sedangkan di tempat lain yaitu lapangan Nanfang, Li Bai duduk berdua dengan Ling Ling. "Minum dulu, pasti capek marathon tadi," Ling Ling memberikan minuman dingin yang di terima baik oleh Li Bai. Xiao Mei yang melihat Li Bai duduk dengan Ling Ling pun segera memotretnya. "Bagus sekali kamu Li Bai. Kakak ku menunggumu hujan-hujanan sedangkan dirimu asyik dengan perempuan lain. Dasar buaya!" umpat Xiao Mei, sebagai seorang adik ia selalu menghargai sang kakak terutama tentang cinta. Xiao Mei mengirimkan foto itu kepada Li Mei. Beberapa menit pesannya itu terbaca. Xiao Mei tersenyum miring. "Lihat saja. Tidak lama lagi kakak akan memutuskan hubunganmu. Penuh kepalsuan," tangannya membuka payung lalu pergi dari lapangan. Li Mei yang mendapatkan pesan dari adiknya itu membulatkan matanya. Tampak Li Bai dan perempuan lain, bahkan Li Bai juga memegang tangannya. "Tega kamu Li Bai!" spontan Li Mei berteriak membuat orang-orang yang berteduh di sampingnya menatap aneh. "Hei apa kamu sudah gila? Teriak se-kencang itu membuat telingaku sakit!" seru salah satu dari mereka dengan wajah kesalnya. Langkah Li Mei menerobos hujan yang begitu derasnya. Berjalan menyusuri jalan raya, kulitnya mulai dingin karena suhu semakin meningkat jika saat musim hujan. Kedua mata Li Mei menangis, Li Bai mengkhianatinya. Padahal laki-laki itulah yang mengenalkan jatuh cinta sekaligus kasih sayang kepadanya. Namun semua itu sia-sia. Langkah Li Mei mulai melambat saat melihat jembatan dengan pembatas tinggi itu menarik hatinya untuk loncat. Sebelum mendekatinya, sebuah tangan menariknya kuat hingga Li Mei jatuh ke dalam dekapan seorang pria. Li Mei terkejut. Ia mendongak untuk melihat wajah malaikat penolongnya itu. Sangat tampan, dengan kulit putih, hidung mancung serta dagu yang sedikit runcing itu membuat hati Li Mei dibuat berdebar sekaligus gugup. Kedua matanya tak ingin berkedip sedetik pun melewatkan wajah tampan itu dari pandangannya. "Apa kamu sudah bosan untuk hidup?" tanya suara bariton dan berat itu tajam, pandangan matanya menusuk penuh intimidasi. Li Mei menjauhkan dirinya. "Kau siapa? Mengapa menolongku? Biarkan saja aku mati sekarang. Lagipula buat apa? Asmaraku hancur, dia berkhianat dengan janjinya sendiri," Li Mei mengutarakan isi hatinya pada pria di hadapannya ini, tak peduli mau di dengarkan atau di abaikan. Li Mei baru sadar, dirinya kehujanan dengan seragam yang sudah basah kuyup. "Dingin," Li Mei memeluk tubuhnya sendiri. Hidungnya terasa gatal dan... "Hachii!!" Li Mei bersin, pria itu menjauhkan dirinya. "Sakit. Terlalu berani menerobos hujan. Ini akibatnya. Ayo pulang," tangannya terulur, Li Mei menggenggamnya. "Pasti orang tuamu mencari dan khawatir." "Namamu siapa?" tanya Li Mei, ia sangat penasaran dengan pria ini. "Mr. Chen panggil aku Tuan Chen," Chen memperkenalkan dirinya. Seperti biasa selalu berwibawa kepada semua orang, merasa dirinya paling di hormati karena berada di keluarga kaya raya urutan nomor 2. Li Mei mengerjapkan matanya, Chen begitu tampan. Bahkan lebih tampan dari Li Bai. Li Mei menggeleng, kenapa dirinya harus membandingkannya dengan Li Bai? Chen mengernyit heran. "Kenapa kamu menggeleng? Apa pusing?" Li Mei tersenyum kikuk. "Tidak, aku baik-baiksaja dan sehat. Antarkan aku pulang sampai rumah. Jangan turunkan aku di depan gang kompleks. Sangat merepotkan jalan kaki lagi," ungkapnya dengan nada penuh kekesalan, seperti saat Li Bai mengantarkannya pulang selalu turun di depan kompleks. Terlalu banyak alasan, padahal Li Mei menawarinya untuk mampir sebentar. Mobil sport hitam itu melaju dengan kencang, Li Mei beteriak ketakutan sampai menangis. Chen sedikit terganggu. "Apakah hobimu menangis? Memangnya tidak habis persediaan air mata palsumu itu?" tanya Chen sedikit jengkel. Telinganya terasa panas mendengar tangisan itu. "Jangan mengebut! Aku takut," cicit Li Mei lirih, suaranya bergetar. Ia sangat takut dengan kecepatan kendaraan yang bisa merenggut nyawa kapan saja. "Tenang saja. Aku sudah mahir menyetir. Jangan meragukan kemampuanku" ucap Chen membanggakan dirinya. Setelah beberapa menit, akhirnya sampai. Li Mei mengucapkan terima kasih banyak kepada Chen. Selain menyelamatkan hidupnya pria itu juga baik mengantarkannya pulang. Li Mei ingin bertanya tentang alamat Chen tapi mobil itu langsung melesat cepat. "Menyebalkan! Belum juga selesai ngomong pergi," gumam Li Mei kesal. Langkahnya lemas memasuki rumahnya, pasti sang adik Xiao Mei sudah sampai lebih dulu daripada dirinya. Di ruang tamu, Xiao Mei memberikan handuk kepada sang kakak. "Keringkan dulu rambutmu yang basah itu. Lalu mandi dan makan. Jangan memikirkan Li Bai terus!" Xiao Mei marah, ia melihat kondisi sang kakak yang masih basah kuyup dengan bibir yang pucat. Xiao Mei percaya sebentar lagi sang kakak akan demam setelah terguyur hujan yang begitu derasnya. Li Mei meraih handuk yang di berikan Xiao Mei. Ia bergumam. "Hm. Terima kasih atas informasimu tadi. Meskipun menyakitkan, tapi aku masih mencintai Li Bai," hatinya sangat berharap pada sosok Li Bai, cintanya melebihi luas lautan tidak sanggup mengukurnya. Xiao Mei menghela nafasnya. "Kakak, sudahi hubunganmu dengan Li Bai," langkahnya mengikuti sang kakak yang berjalan menuju kamar mandi. Li Mei menatap sang adik intens. "Kau tidak pernah merasakan bagaimana menyenangkan dan bahagianya jatuh cinta. Seakan dunia ini milik berdua dan semuanya romantis," senyuman manis Li Mei terukir indah di bibir mungilnya. Siapapun yang melihat wajahnya akan terpukau seperti menatap boneka barbie yang hidup. "Sudahlah," Li Mei melangkah memasuki kamar mandi, sebelum menutup pintunya ia mengatakan. "Biarkan aku mencintai Li Bai. Aku yakin perempuan yang ada di sampingnya itu hanyalah teman, bukan selingkuhan," Li Mei menutup keras pintu kamar mandi membuat Xiao Mei terkejut. "Ih! Dasar kakak b***k cinta! Sakit hati kau sendiri yang menderita kak!" Teriakan Xiao Mei membuat Li Mei tak bisa tenang merendam dirinya dalam bathub. *** Sudah sangat larut, Li Mei tak bisa memejamkan matanya. Tangannya masih menggenggam benda persegi yang menyala menunjukkan room chat-nya dengan Li Bai. Kekasihnya itu memang online namun membalasnya saja butuh waktu beberapa menit. Tapi Li Mei menunggunya dengan sabar. "Kalau aku mengirimkan foto ini, apa reaksinya akan bohong atau pura-pura tidak tau?" Li Mei menimbang cukup lama dalam pikirannya, hingga jemarinya mengirimkan foto Li Bai yang duduk berdua dengan perempuan itu di lapangan Nanfang. Tidak lama kemudian Li Bai membalas pesannya. Mine Kau dapat darimana foto itu? Sayang, dia itu pacar Li Mei yang baru membaca itu mengumpat kesal saat Li Bai membatalkan pesannya atau lebih tepatnya pesan itu di hapus. Anda Jadi benar? Itu pacar baru kamu? Baiklah, kita putus. Li Mei memilih menekan tombol matikan daya ponsel. Ia sudah bosan dengan sikap Li Bai yang akhir-akhir ini banyak beralasan. Dirinya menunggu berjam-jam saat hujan deras dan Li Bai asyik dengan perempuan lain tanpa merasa berdosa mengukir senyum kebahagiaan. "Aku benci kamu Li Bai," ucapnya penuh penekanan. Hari ini, hubungannya dengan Li Bai berakhir. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
14.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
208.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
191.9K
bc

My Secret Little Wife

read
100.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.8K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook