Prolog

357 Words
Derak suara gergaji besi menyusupi telingamu. Terduduklah ia di sana. Menatapmu penuh benci, sambil sesekali mendengus dengan amat mengerikan. Kakinya terpasung, terhubung dengan rantai. Dia tak mungkin lari, dan kerusuhan seperti hari itu tak akan terjadi karena dia masih di sana. Pasti di sana, dan akan tetap di sana, selamanya. Namun, kau mulai tak yakin. Ia semakin sering usil di atas sana. Suara gergaji besi yang berderit, hingga derak aneh, seperti papan kayu yang patah, tapi lagi-lagi dia ada di sana. Menatapmu dengan kaki terpasung, terhubung dengan rantai, dan meraung penuh murka. Derak aneh kembali kau dengar, tetapi kali ini kau mengabaikannya, karena kau yakin. Dia pasti ada di sana. Itu sudah jadi kebiasaannya. Pikiran orang gila memang siapa yang tahu? Itu yang kau pikirkan. Namun esoknya, kau menemukan ruangannya yang mengerikan. Dipenuhi darah dan kosong tanpa kehadirannya yang selalu meraung. Hanya ada sepatu bot yang biasa dia pakai tergeletak di sana. Penuh darah, yang sudah pekat dan berbau amis. Kau menjungkalkan sepatu itu, mengentaskan semua darah dari dalamnya. Lalu, kau menemukan sebuah benda tersangkut di dalamnya. Kau mengocoknya beberapa kali, sampai terjatuhlah benda itu. Benda berwarna merah dengan bau busuk dan dipenuhi belatung. Itu potongan kaki. Ia selama ini menggergaji kakinya dengan gergaji besi. Suara berderak itu tulang yang beradu dengan gergaji besi. Ia selalu menutupi kakinya yang terluka dengan sepatu bot. Mengisinya dengan darah supaya tidak bereceran. Di situ kau sadar, sudah terlambat. Ia sudah pergi. Itu terbukti dari jejak darah agak bulat yang memenuhi lantai. Ia sekarang bebas. Bebas berbuat onar seperti waktu itu. Ia sosok dengan keterbelakangan mental yang ditakuti semua orang. Sejak hari itu, semakin banyak orang hilang. Semakin banyak jejak berlubang yang memenuhi ladang. Semakin banyak pula saksi mata yang melihatnya di ladang. Namun, ia sekarang tak sendirian. Ia sekarang punya banyak teman. Teman dengan kaki yang serupa dengannya. Runcing. Dari sinilah kisah itu berasal. Kisah tentang kaum misterius yang menghuni Gunung Sindoro. "Gadung.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD