Bab 7

1523 Words
“Yang Mulia, Dengarkan aku baik-baik.” “…” “Karena ada urusan mendadak, Ayahandamu ini harus pergi ke daerah perbatasan. Maka dari itu, bersabar dan tunggulah sebentar lagi. Kalau ayahanda sudah kembali, Ayahanda akan membawa Yang Mulia kembali ke kediaman keluarga Monique. ” Ekspresi tegas dan binar di mata birunya tampak sangat aneh bagiku, aku bertanya dengan suara gemetar, “… Ayah?” "Apakah kamu mengerti?" “… Ya, aku mengerti. Apa... Ayahanda serius dengan kata-kata itu? Ayahanda... Apa... Apa aku bisa kembali pulang ke rumah? ” "Pasti Yang Mulia. Tetapi sampai saat itu tiba, Yang Mulia harus sehat dan bersedih hati. Mengerti?" "Iya... Baik! Ayahanda!! " "Kalau begitu saya pamit dulu Yang Mulia." Ayah...! Ayah yang biasanya selalu galak hari ini dia sangat perhatian kepadaku...! Tetapi...... Mengapa perasaanku jadi tak enak? Entah mengapa... Aku merasa ayah seakan mau pergi ke tempat yang jauh. Hanya saja, apa aku harus menghalangi kepergiannya itu? Tidak. Dia pasti segera kembali. Aku ragu-ragu lagi dan lagi sebelum menutup mulutku. Ayah adalah orang yang menepati janjinya. Jika aku menunggu sedikit lebih lama, dia pasti akan segera membawaku pulang. Kemudian, ketika ayah datang nanti aku akan menanyakan hal-hal seperti 'Apa maksud Ayah ketika Ayah mengatakan Ayah berharap tidak menikahkan ku dengannya?' 'Apa Ayah lebih mementingkan ku daripada kerajaan dan keluarga kerajaan yang selalu Ayah prioritaskan?' Harus ku tanyakan. Dengan begitu- *** Disisi lain. KYAAAAA!! "SIAPA ORANG-ORANG INI? KALIAN DISURUH ATAS PERINTAH SIAPA?!!" Empat hari setelah ayahku pergi ke perbatasan, Ratu, yang memohon persetujuan Raja untuk tamasyanya dan pergi dengan dua pengawal, tiba-tiba diserang oleh orang yang tak dikenal. Setelah itu, dia mengalami keguguran. "YANG MULIA RATU!!!" Itu adalah hari berikutnya ayahku ditangkap karena pengkhianatan sebagai dalang di balik serangan Ratu. BRAKK "PERMAISURI!! GAWAT! TUAN MONIQUE DI TANGKAP ATAS TUDUHAN PENGHIANAT!! "AYAHANDA?!" 'Tidak mungkin!! Ayah yang setia kepada kerajaan melakukan hal itu!! ' “BAGINDA! TOLONG SELAMATKANLAH AYAHKU! KU MEMOHON DARI LUBUK HATIKU!! ” Aku pikir menuduhnya dengan pengkhianatan itu konyol. Tidak mungkin sebagai kepala keluarga yang paling setia kepada kerajaan, dia melakukan kejahatan seperti itu. Namun, situasi di sekitarnya tidak baik. Rumor jahat terus beredar. Ironisnya, dia mengunjungi istanaku untuk pertama kalinya sejak aku keguguran. Ketika aku gugup tentang kemungkinan penolakan Raja atas permintaan ayahku untuk menemuiku, aku memohon kepada Raja untuk menyelamatkan hidupnya. ".... Kamu minta ayahmu diselamatkan? Padahal Ratu hampir saja mati?" “TOLONG SELAMATKAN NYAWANYA, YANG MULIA. JELAS TERJADI KESALAHPAHAMAN! AYAHKU TAK MUNGKIN MELAKUKAN HAL ITU! Keluarga kami sejak dulu selalu setia kepada keluarga kerajaan. Demi keluarga kerajaan kami…! Saya tidak menginginkan hal lain. Tolong selamatkan nyawanya, Yang Mulia. ” Menatapku dengan mata berbinar ingin tahu, dia tersenyum dengan senyum bengkok. "Begitulah? Sujudlah. ” "Apa........?" “Kamu bilang kamu ingin menyelamatkan ayahmu, kan? Tundukan kepalamu lalu sujudlah di hadapanku. Aku akan menyelamatkan ayahmu kalau kamu jilat sepatuku. Gimana? Gak sanggup? ” GREB..... Aku......... Aku dibesarkan untuk dijadikan sebagai permaisuri, pasangan Raja. Untuk berdiri dalam posisi yang berdampingan dengannya. Dididik agar bisa mengiringinya dalam menghadapi dunia. Dengan begitu aku pun memiliki kebanggaan yang tak bisa disaingi oleh siapa pun juga. Aku bangga bahwa sebagai seseorang yang belajar perilaku dan pendidikan dari guru terbaik, aku lebih unggul dari Jieun, yang keluarga atau asalnya bahkan tidak diketahui. Namun titah perempuan itu.... Mungkin Raja ingin menguji keangkuhanku. Hanya beberapa hari yang lalu, aku mungkin tidak akan melepaskan harga diriku yang tinggi untuk ayahku yang selalu mengutamakan keluarga kerajaan di depanku. Bahkan ayahku, yang selalu mendukung keluarga kerajaan, tak mungkin melakukan hal memalukan yang menyalahi aturan kerajaan seperti ini. Karena ia pun termasuk anggota keluarga kerajaan. Tapi aku tidak dalam posisi seperti itu sekarang. Aku menyaksikan ketidakadilan Raja, yang dikonfirmasi oleh ayah kepadaku. Aku berpikir untuk meninggalkan istana kerajaan bersama ayahku. Kebanggaan? Martabat keluarga kerajaan? Tak satu pun dari itu penting bagiku. Aku memiliki sesuatu yang ingin aku tanyakan kepada ayah. Aku ingin bertanya kepadanya apakah dia menganggap ku lebih berharga daripada keluarga kerajaan, dan apakah dia benar-benar mencintaiku. Dan aku ingin bertingkah seperti bayi bersamanya, yang sudah lama tidak kulakukan. Di atas segalanya, aku harus menyelamatkan hidup ayah dengan segala cara. Energi panas dan terik naik, tapi aku berlutut di depannya dengan bibir terkatup rapat. Aku perlahan membungkuk. Meskipun aku mengamuk karena marah dan frustrasi, aku menahannya, menggigit bibirku, dan berlutut di depannya. Dan perlahan aku menurunkan dahiku ke lantai. Baiklah demi ayah. “Tolong selamatkan ayahku. Saya mohon dengan sungguh-sungguh, Yang Mulia. ” "Ha ha ha! Ternyata kamu yang begitu angkuhnya bisa bertekuk lutut juga! Ha ha ha ha!” Aku berbaring dengan wajah tertunduk di hadapannya untuk sementara waktu, sementara dia tertawa seperti orang gila. Aku mulai merasa kedinginan di sekujur tubuhku, tetapi menggertakkan gigiku karena ada sesuatu yang harus kulakukan. “Puaskan aku seperti b***k rendahan sebanyak yang kamu bisa. Lalu, aku akan menyelamatkan ayahmu. ” Tidakkah dia merasa puas dengan tindakanku? Aku merasa seperti itu adalah jerami terakhir ketika dia memperlakukan ku seperti p*****r. Aku kembali menggigit bibirku dengan erat meskipun aku gemetar karena marah. 'Ya, aku bisa melakukan ini untukmu jika kamu menginginkannya. Jika kamu menginginkan kepatuhan ku yang sempurna, biarkan aku melakukan apa yang kamu inginkan.' Aku telah menjaga harga diri, kebanggaan dan banyak lagi selama tujuh belas tahun terakhir. Saat aku menyentuh dahi ku di lantai yang dingin, apa yang telah lama aku hargai jatuh di hatiku secara bertahap. Sambil menelan air mata panas, aku mengulangi namanya. 'Ayah, ayah, ayah ...' Itulah satu-satunya harapan yang tersisa di hatiku yang kosong. Berapa banyak waktu telah berlalu? Aku gemetar karena malu, tapi aku nyaris tidak membuka mulutku dengan bibir gemetar. "Apakah kamu puas sekarang?" "....." (Dia hanya tersenyum) "Apakah kamu akan menyelamatkan hidup ayahku seperti yang kamu janjikan?" Dia membuka matanya dan melemparkan senyum sarkastik padaku. Aku menunduk, merasa gugup dengan firasat buruk. “Sungguh luar biasa! Kau bertindak seperti wanita paling sombong di dunia, tetapi kau seperti wanita v****r lainnya yang menanggalkan pakaian mereka untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan. ” “…” "....... Sesuai dengan perjanjian. Kamu mau menyelamatkan nyawa ayahmu, kan?" "Ya yang Mulia." “Heem. Bagaimana, ya? Ayahmu sudah meninggal. Eksekusinya dilakukan tadi pagi.” Apa? Aku tidak bisa mempercayai telingaku. Ketika aku menatapnya dengan tajam, dia berkata dengan nada mengejek, dengan banyak penghinaan di wajahnya. Jadi saat itu adalah saat terakhirku melihat sosoknya dari belakang?! “Tak ku duga rupanya kamu gadis yang polos. Kamu pikir kamu bisa menyelamatkan dia? Dia telah mencelakai Jieun dan membunuh anakku? ” Sampai sekarang aku belum bisa mewujudkan impiannya. Dan pada saat terakhirnya pun hanya rasa sayangnya yang ku dapatkan. Perasaan yang akan terus ku bawa ini...... Tak dapat ku pastikan selama-lamanya. "Apa? Kamu membunuh ayahku?" Aku berpura-pura tertawa. Aku tidak berharap atau bermimpi tentang cinta ayahku sampai sekarang. Tapi itu satu-satunya harapan yang ingin kupercaya saat ini. Dia menunjukkan kepadaku bahwa ketika aku merasa seperti aku akan jatuh karena aku lelah. Seperti yang ku harapkan, aku mengantongi harga diriku. Aku melepaskan harga diriku, harga diriku dan segalanya, termasuk statusku. Aku menyerahkan semua yang seharusnya aku terima sebagai Ratu masa depan hanya setahun yang lalu. Lalu, apa yang dia katakan? Dia membunuh ayahku? Aku menarik napas kasar. Aku bahkan tidak bisa memastikan pikiran atau perasaan ayahku, yang ingin aku selamatkan dengan mempertaruhkan semua yang aku miliki. "Maksudmu ayahku yang telah membunuh anakmu.....? Maksudmu seperti itu kan.....? Kamu menghancurkan harapanku bahwa aku bisa tinggal bersamamu, dan kamu menghancurkan hari-hari terakhirku dengan membunuh ayahku. Kamu telah merampas semua milikku juga membunuh anakku sampai gak ada yang tersisa dariku...... Betapa jahatnya kamu!" 'GARA-GARA KAMU!!! ' Aku mendengar beberapa suara mendengung di telingaku. Dengan marah, aku mengeluarkan jepit rambut dari ornamen ku. Melihat ujungnya yang tajam, aku menikamnya tanpa ragu-ragu. "Apa......" "GARA-GARA KAMU!!" JLEBB “Argh... Ugh....!” Ketika aku melihat darah merahnya, aku tiba-tiba sadar. Tidak mungkin...! Apa yang telah ku perbuat....! Bagaimana mungkin aku melakukan hal itu!! Aku mengulurkan tangan padanya yang berdarah dan mengerang kesakitan, tetapi penjaga kerajaan dengan cepat masuk dan menarikku dengan keras. BRAKK!! “BAGINDA RAJA!!” "BAGINDA! TERLUKA.....!" "CEPAT PANGGIL DOKTER KERAJAAN!! PENGAWAL YANG LAIN CEPAT TAHAN PERMAISURI!!" Aku melihat dokter kerajaan bergegas kepadanya dan para pelayan terkejut melihatnya berdarah. Aku bertemu mata birunya di antara mereka. Sementara aku dibawa keluar secara kasar oleh mereka, aku tidak bisa mengalihkan pandangan darinya, meneteskan darah. Kudengar jantungku berdebar kencang. Aku merasakan semacam perasaan yang muncul dari hatiku. Perasaan apa ini yang tidak ada hubungannya dengan kekhawatiran? Kegembiraan, keputusasaan, pengunduran diri, dan perasaan yang tidak diketahui. Segala macam perasaan berkecamuk di hatiku. "Apakah Anda baik-baik saja, Yang Mulia?" Di antara orang-orang yang berkerumun di sekitarnya, dokter kerajaan bertanya kepada Raja apakah dia merasa baik-baik saja. Diseret oleh penjaga kerajaan, aku menghilang darinya secara bertahap. *** "Untuk membayar semua dosa yang dilakukannya kepada keluarga kerajaan. Maka dari itu permaisuri harus turun tahta." Di mana itu salah? "Semua properti, termasuk hak milik dan harta milik Marquis Monique akan disita ..." Kenapa aku disini? "Dengan tuduhan mencoba membunuh Raja ..." Apa kesalahan yang telah aku perbuat? “…EKSEKUSI TELAH DIPUTUSKAN. ” Meski jantungku berdebar kencang, aku bisa melihat senyum sinisnya di wajahnya untuk terakhir kalinya. Aku hanya bersalah karena telah mencintaimu. Apabila aku harus memulai kembali hidupku dari awal lagi aku tak mau mencintaimu.......
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD