Bab 8

1452 Words
Kilatan! Ketika algojo mengangkat kapak tinggi-tinggi ke langit dan bilahnya bersinar sebentar, memantulkan matahari, aku melihatnya menertawakan ku. Seolah-olah dia sangat senang menyingkirkanku, dia tertawa. "Hahaha," aku berpura-pura tertawa. Di dunia yang sepi dan kosong, dia pernah menjadi satu-satunya cahaya dan keselamatanku. Aku pikir dia adalah satu-satunya alasan untuk hidupku. Meskipun dia tidak pernah merawatku, aku mencoba menghibur diriku sendiri, berpikir bahwa suatu saat dia akan memperhatikanku. Aku senang berpikir bahwa aku bisa membantunya meskipun aku menghabiskan setiap hari menggantikan Ratu kikuk yang tidak tahu apa-apa tentang pekerjaan dan perannya di kerajaan. Tapi jelas aku hanya penghalang baginya. Saat kapak jatuh, aku melihat Ratu menutupi mulutnya dan memutar kepalanya seolah-olah dia tidak memiliki keberanian untuk melihatku, dan Ratu dengan hati-hati memeluknya. ZLEEEB!! Kesadaranku memudar. Aliran air mata mengalir dari mataku. Apabila aku harus memulai kembali hidupku dari awal lagi... Aku tidak akan pernah… mencintai… mu… *** Keinginanmu akan segera terwujud. Mengukir takdir akan makna namamu. Namamu adalah Aristia Fionia La Monique > Aku membuka mataku. Ada sesuatu yang kabur dan tidak fokus di mataku. Aku mengedipkan mataku yang kabur dan perlahan bangkit. Saat aku melihat ke arah tirai putih yang terbuka di tempat tidurku, aku melihat karpet bersulam dengan perisai perak dan empat tombak. Aku juga melihat cermin ukuran penuh yang ujungnya dihiasi perak dengan lambang yang sama. 'Langit-langitnya seperti ku kenal..... Perisai silver...? Itu kan simbol keluargaku... Kok aku bisa ada disini... Aneh sekali... Seakan-akan tempat ini adalah... ' Aku merasakan sesuatu yang aneh, jadi aku bangun dari tempat tidur dan melihat sekeliling. Aku mendekati jendela dan membuka tirai putih. Aku menegang ketika aku melihat pemandangan di luar jendela. SRAK 'Adalah...! KEDIAMAN KELUARGA MONIQUE!! Apa yang terjadi? Mengapa aku melihat kebun ku di sini? Gimana... Bisa? Gimana bisa aku ada dirumah yang sudah ku tinggali saat umur 16 tahun...? ' Aku berdiri dalam keadaan linglung untuk beberapa saat dan kemudian melihat lagi ke kamar. Itu aneh. Aku tidak percaya ini kamarku. Itu adalah ruangan yang sama di dalam mansion milik keluarga Monique yang kutinggalkan tak lama setelah ulang tahunku yang keenam belas. “Selamat pagi, nona. Nona sudah bangun?." "RINA? KOK BISA....!" Aku membuka mataku lebar-lebar pada gadis berambut coklat yang masuk, bertanya-tanya sambil merasa bingung. Kenapa Rina ada di sini? "Astaga, Nona. Rambut Nona acak-acakan. Padahal Nona sudah berumur 10 tahun, apa semalam Nona tidurnya masih juga gelisah?" 'Apa katanya? Umurku 10 tahun?!' Memiringkan kepalaku, aku mendekati cermin perak yang bersinar di bawah sinar matahari. Rambut keperakan ku yang terurai ke belakang dan mata emas ku melihat ke arahku. Jelas, itu aku. Tapi kenapa aku terlihat sangat pendek? Mata, ekspresi wajah, dan tubuhku sedikit berbeda dari apa yang aku ingat tentang diriku dalam ingatanku. Seperti aku di masa kecilku ... “Aku tahu Nona merasa sulit untuk bangun pagi-pagi, tetapi Nona bangun lebih awal hari ini. ” 'Sangat aneh. Apakah aku mengalami mimpi buruk? Mana mungkin! Jelas-jelas aku baru mau dieksekusi... Ah iya, Ayah!! ' "RINA, AYAH MANA?!" “Eh? Kalau jam segini Tuan sedang di tempat latihan... ” "Terima kasih!" TAP TAP (Aku berbegas lari keluar) "Astaga, Nona! Piyamanya!!" Aku harus memeriksa. Aku pikir aku bisa lega setelah aku memeriksa dengan mata kepala sendiri bahwa dia aman. Aku tidak yakin apakah yang aku alami adalah mimpi atau kenyataan, atau apakah aku sedang bermimpi sekarang atau tidak. Yang ingin aku lakukan sekarang adalah pergi dan melihat ayah segera. Sebagai putri bangsawan, aku tidak seharusnya berlari tidak peduli seberapa sibuknya, tetapi aku tidak peduli dengan sopan santun seperti itu sekarang. Aku sangat merindukan ayahku. Mengabaikan panggilan keras Rina, aku meraih ujung gaunku yang tidak praktis dan berlari. Aku berlari ke bawah melalui koridor lantai dua tempat kamarku berada, ke pintu masuk, melewati taman yang didekorasi dengan indah, dan ke lapangan latihan. 'Ayah, Ayah, Ayah!' Ayahku telah menjadi pelayan setia keluarga kerajaan selama beberapa generasi, selalu mengutamakan kepentingan kerajaan di atas orang lain termasuk aku, tetapi di saat-saat terakhir hidupnya, dia memikirkan ku terlebih dahulu daripada kerajaan, dan berjanji untuk membawa ku kembali ke rumah, menyadari bahwa aku mengalami waktu yang sangat sulit. Harapan ku yang teguh bahwa dia akan segera kembali muncul di benakku. Aku takut tidak dapat melihatnya jika aku tidak segera menemukannya. "Nona, selamat pagi..." "Mau kemana sampai tergesa-gesa... Gitu?" "Nona, Itu berbahaya!" Para pelayan menatapku dengan heran, tapi aku tidak peduli. Ketika aku menarik napas dan melihat sekeliling, aku melihat rambut peraknya bersinar di bawah sinar matahari jauh. Jantungku mulai berdebar. Aku sekali lagi mengepalkan ujung rokku dan menurunkan kakiku. Aku melihat para ksatria sparring atau berlatih di tengah lapangan latihan menatapku dengan heran ketika aku berlari melintasi lapangan. Beberapa dari mereka tampak mengerang saat mereka segera menarik pedangnya, tapi aku tidak peduli. Biasanya, aku tidak akan mengganggu mereka, atau mengunjungi tempat latihan, tapi itu tidak penting bagiku sekarang. "AYAHANDA!!".... Hosh Hosh “Tia?” Saat aku mendekatinya dengan cepat, dia terkejut dan menatapku. Hatiku begitu senang. Aku berlari lebih cepat dan meraih ayahku, berpegangan padanya dengan putus asa. "AYAH!!" - PELUK Aku merasakan dia menegang ketika dia secara naluriah memelukku. Aku merasakan kehangatannya dari latihan saat dia memelukku. Aku belum pernah merasakannya sebelumnya. Aku membenamkan wajahku di dadanya dan mengusap pipiku ke arahnya, mendengar jantungnya berdetak kencang. "Ayah...!! Ayah... Ayah......" - Hiks Hiks "...... . " Ah, betapa beruntungnya! Ketika aku sepenuhnya merasakan kehangatannya, aku dapat memastikan bahwa dia hidup dengan detak jantungnya yang jelas. Aku berharap bahwa aku tidak sedang bermimpi sekarang. “Tia?” Tiba-tiba pandanganku kabur karena dia tidak pernah memanggil nama panggilan ku sejak aku mulai mengambil kursus Ratu. Karena takut aku jatuh, ayahku dengan hati-hati memelukku dan berbicara dengan nada ragu-ragu. “T-Tia?” "Iya ayah." - Hiks Hiks Aku tersedak emosi ketika dia tergagap, memanggil nama panggilanku karena malu. Aku memperhatikan matanya yang prihatin dan suaranya yang penuh kecemasan. Ini pertama kalinya aku merasakan kehangatannya. Apakah karena aku merasa lega? Air mata terus mengalir di pipiku, dan ayahku dengan hati-hati menyeka air mataku dan bertanya dengan suara rendah. "Mengapa? Ada apa denganmu, Tia? ” "Ayah, ayah, ayah, ayah ..." Tiba-tiba, ayahku menegang, bingung harus berbuat apa, berkeringat dingin. Aku sedikit sadar saat melihatnya. Saat aku menarik napas dalam-dalam dan melihat sekeliling, aku melihatnya berdiri kosong dan para ksatria tersenyum cerah padaku. "Apakah kamu sekarang baik-baik saja, sayang?" “Ya, ayah.” Aku hampir tidak menjawab dengan suara lemah. Aku malu. Kenapa aku menangis seperti anak kecil di depan para ksatria ini? Aku tidak punya keberanian untuk mengangkat kepalaku, jadi aku membenamkan wajahku di dadanya. “Kenapa kamu menangis begitu sedih? Apakah sesuatu yang buruk terjadi? ” “Oh, itu karena…” Ayah ku dengan hati-hati menurunkan ku ke tanah, berlutut dengan satu lutut dan melakukan kontak mata denganku. Aku melipat kedua tanganku dan ragu-ragu pada posturnya yang luar biasa baik. Terjadi keheningan sesaat di antara kami. “Apa yang terjadi, Tia? Beri tahu Ayah. ” “Eh? Ah, aku hanya ingin bertemu denganmu, Ayah.” Ada keheningan mematikan di seluruh lapangan latihan. Saat aku melihat sekeliling dengan hati-hati, aku melihat ayahku dengan wajah yang agak keras dan para ksatria menatapku dengan tatapan kosong atau dengan ekspresi yang membebani. Aku menyesal telah datang ke sini. Bodohnya aku! Aku seharusnya tidak mengungkapkan perasaan ku yang sebenarnya di hadapan mereka. Biarkan aku pergi dari sini sebelum aku semakin malu. Aku mendengar seseorang memanggil ku dari belakang, tetapi aku berlari keluar lapangan tanpa melihat ke belakang. *** Kembali ke kamarku, aku mencoba menenangkan jantungku yang berdenyut-denyut. Aku merasa sangat malu, tapi aku tidak peduli. Aku tidak yakin apakah aku sedang bermimpi sekarang. Atau mungkin itu pertimbangan terakhir Tuhan, yang memutarbalikkan hidupku di masa lalu dengan mengirimkan gadis itu. "Ya ampun, pasti kaget banget... Putri keluarga Marquess, yang memiliki etika yang tinggi berlarian masih mengenakan piyama. Kalau ku ceritakan apa ada yang percaya, ya? Semalam Nona mimpi buruk, ya?" Apa ini.... Mimpi buruk? Tetapi kenapa terasa sangat nyata. “Apa karena Nona senang dengan kabar baik itu? ” "Hah? Berita apa? ” "Ya ampun! Tidakkah Nona tahu bahwa sebentar lagi kan akan dimulai pelajaran menjadi seorang Ratu. Tiga hari kemudian, Nona seharusnya pergi menemui Raja. ” Apa-apaan ini? Kenapa aku mengambil kursus Ratu? Sejauh pengetahuanku, aku mengambilnya ketika aku berusia sepuluh tahun. Ah... Benar, sekarang kan aku berusia 10 tahun. Saat aku memasuki istana, Rina juga dijodohkan dengan keluarga yang baik oleh orang tuaku. Penampilannya juga masih segar dibandingkan saat itu. Lalu aku juga...... Tangan yang kecil.... "Pasti tuan juga ikut tercengang. Karena Nona yang biasanya tenang tiba-tiba menangis tersedu-sedu." 'KYAA!! BEGITU RUPANYA!!' Aku yang teringat kejadian tadi merasa malu dan meringkuk ke bawah sambil menutupi wajahku yang membuat Rina merasa bingung dengan sikapku. ".....?" 'TADI AKU NGAPAIN, SIH!! NANGIS DI PELUKAN AYAH DI DEPAN COWOK-COWOK! AKU JADI MALU BERTEMU DENGAN AYAH LAGI!!' "Nona sedang apa?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD