2

1375 Words
"Ternyata kelas kita sebelahan, ya."  Tama melirik Taeyong yang mengintip ke dalam kelas lewat jendela. Lalu tersentak kaget saat Taeyong menatapnya.  "Terima kasih, Delifah."  Spontan Tama menggeleng sambil meringis. "Jangan Delifah, kak. Kepanjangan."  "Terus apa?" Taeyong sedikit merunduk.  "Sayang aja gapapa, kok," pikir Tama sambil tertawa lebar dalam hati.  "Tama aja, kak," jawabnya lalu tersenyum. "Yaudah, aku masuk duluan, ya?"  Cowok itu mengangguk sambil tersenyum. Tama langsung membuka pintu kelas dan menghela napas lega mengetahui guru ilmu resep belum masuk.  Dengan senyum lebarnya, Tama berjalan menuju mejanya di pojokan. Membuat teman-temannya terheran. Soalnya, baru kali ini melihat Tama masuk dengan senyuman. Biasanya, itu wajah kayak mannequin. Gak ada eksperesi selain manyun atau gak cemberut.  "Tama pagi-pagi udah senyum aja. Napa, nih? Ketemu cogan?" Cewek itu semakin melebarkan senyumnya. Tak lupa dengan anggukan antusiasnya membuat ketiga temannya terkekeh.  "Kali ini gue serius ketemu cogan. Asal kalian tau, rambut gue diacak-acakin sama dia! Terus tuh ya, kita jabat tangan lagi. Duh! Nikmat banget dah gue pagi-pagi!!" serunya menimbulkan kernyitan pada ketiga temannya.  Nita memegang kening Tama lalu mengangguk paham. "Guys, dia halu ternyata. Panas, kok, tadi."  Mendengar itu, Tama berdecak keras. "Gue serius! Dia anak baru di sekolah kita! Kakak kelas lagi!"  "Yang tadi jalan berduaan sama lo?" Sisca angkat suara. Karena memang saat menghapus papan tulis, ia melihat Tama yang berjalan beriringan dengan Taeyong.  Tama menjentikan jarinya dengan keras sambil berdiri. "Tuh! Sisca aja percaya! Masa lo berdua kagak? Gue tadi pagi tuh dikasih tebengan sama dia karena driver gue tadi bannya bocor!" Tama masih berapi-api saat menceritakannya.  "Gue bakal percaya kalo nanti istirahat lo ngobrol sama anak baru itu," tantang Sekar bikin Tama mengangguk cepat.  "Kalo gagal apa nih gantinya?"  "Nyokelat aja, deh! Mumpung lagi pengen."  "Oooo, boleh! Siapa takut? Kalo kalian liat nanti, gue yakin mulut lo bertiga bakal nganga lebar," katanya lalu tersenyum lebar karena ia tidak sabar di waktu istirahat nanti.  Bertepatan setelah Tama kembali duduk, guru ilmu resep masuk kedalam kelasnya.  "Hari ini kita ulangan harian, 'kan?" Bu Kiki bertanya sambil duduk di meja guru.  Mendengar seruan lemas dari muridnya, ia tersenyum sambil menyerahkan tumpukan kertas ulangan pada Renjun.  Berbeda dengan Tama, bibirnya masih saja mengukir senyuman karena masih membayang bagaimana kakak kelas barunya itu mengacak rambutnya.  "Heh, Nit. Temen lo tuh gilanya kambuh," celetuk Renjun sambil memberikan selembar kertas di meja Tama dan Nita.  Mendengar itu, otomatis Tama mendelik. "Lo tuh yang gila," balas Tama, ketus.  ••• Kriiiiiiiingggg Bel istirahat akhirnya berbunyi juga. Dan Tama dengan sigapnya merapikan alat tulisnya ke dalam tempat pensil.  Kedua sudut bibirnya mulai mengulas sebuah senyuman. Membuat siapa saja yang melihatnya akan merasa aneh. Tumben-tumbenan Tama tersenyum lebar.  "Ayo, kantin!" ajak Sekar lalu mengamit tangan Sisca berjalan keluar kelas.  Nita dan Tama juga ikut menyusul di belakang. Saat melewati kelas Taeyong, ia sedikit melirik kedalam lewat jendela. Taeyong tidak ada di kelas. "Kalian bakal gak percaya nanti. Lihat aja!" Tama masih keukeuh berkata demikian.  Nita, Sekar, dan Sisca hanya mengangguk menanggapi ucapan Tama. Dan itu membuat Tama mendengus karena mereka masih belum percaya.  Di kantin, keempat cewek itu lebih dulu mencari tempat duduk. Saat ketiganya mencari tempat duduk, sedangkan Tama malah mencari keberadaan Taeyong.  Namun senyuman yang diukirnya jadi membentuk sebuah lengkungan kebawah karena tidak menemukan cowok itu.  "Kayaknya dia gak ke kantin." Tama duduk di kursi panjang dengan wajah manyun.  "Udah, Tam. Kalau emang itu cuma imajinasi lo, udah nyerah aja. Kita bertiga gak bakal percaya sama lo." Sekar yang duduk dihadapannya balas ucapan Tama.  Sisca dan Nita sudah pergi ke tukang somay untuk membeli makanan mereka berempat. Spontan Tama menggeleng cepat.  "Gue serius, Kar! Buktinya, lo denger kan tadi Sisca ngom-" "Hai, Tama." Suara sapaan seseorang yang cukup Tama kenali membuat cewek itu menoleh dan mendongak. Kedua matanya lalu melebar dan menganga kecil. "Ketemu lagi kita." Taeyong terkekeh melihat reaksi Tama sambil duduk di belakang mejanya. Cewek itu masih saja bertahan pada mimiknya,  lirikan matanya mengikuti pergerakan Taeyong yang sudah duduk. Sadar akan sesuatu, Tama kembali menatap Sekar dengan wajah kemenangannya.  Ia berhasil membuktikan kebenarannya!  Dan Sekar, cewek itupun sama mimiknya dengan Tama, terkejut. Ia mengerjap cepat dan mencodongkan lebih dekat tubuhnya pada Tama yang terhalang oleh meja.  "Itu ... serius cogan yang lo maksud?" Sekar bertanya dengan mimik konyolnya.  Tama mengangkat dagunya sambil mengangguk. "Seperti yang lo lihat, gue gak bohong, berimajinasi ataupun halu sama sekali."  Sekar kembali duduk dengan normal. Ia kemudian menopang dagu dengan tangan kanannya. Bibirnya mengerucut kecil. "Iya, deh. Maafin."  Tama langsung tertawa mendengarnya. Ia mengangguk pelan dan menjawab, "Gapapa. Lagian wajar kalian gak percaya. Diantara kalian kan, gue yang kelihatan ngenes."  "Bukan ngenes, Tam. Cowok tuh sebenarnya gak ada yang berani deketin lo. Karena apa? Karena lo selalu ketus sama mereka," kata Sekar membuat alis Tama terangkat.  "Emang, ya?" Sekar mengangguk dan tepat pesanan mereka berdua datang bersama pesanan Sisca dan Nita.  "Lagi ngomongin apaan, sih? Serius amat," tanya Sisca yang sudah duduk di sebelah Sekar lalu menyuapkan sesendok bakso.  "Gue baru aja ketemu cogan Tama."  "Ih, Sekar! Jangan kenceng-kenceng! Nanti kak Taeyong denger!" seru Tama pelan. Ia melirik sebentar pada Taeyong yang sedang bercanda dengan Jaehyun, Yuta, Johnny, dan Doyoung, kakak kelas mereka.  "Lo udah lihat?!" Nita yang berseru.  Sekar mengangguk. Lalu tangannya yang memegang sendok langsung menunjuk kakak kelas barunya yang membelakangi mereka.  "Ganteng," puji Sekar membuat Tama tersenyum bangga. "Tama sekalinya nemu gak nanggung-nanggung."  Tama melotot kecil. "Lo kira gue nemu anak kucing apa?!"  "Gue penasaran." Sisca angkat suara. "Coba panggil, Tam."  "Sekarang?" Tama malah bertanya. Sisca mendengus malas. Tapi ia mengangguk dengan sabar. Tama sedikit membalikan tubuhnya dan memanggil, "Kak Taeyong!"  Tidak hanya Taeyong, keempat cowok itu juga ikut menoleh kearah sumber suara.  "Kenapa, Tama?" tanya Taeyong dengan ramah, sambil ikut membalikan tubuhnya. Ia melirik ketiga teman Tama sebentar dan kembali menatap Tama yang sekarang jadi kebingungan.  Cewek itu meringis kecil lalu menggeleng. "Gapapa, kak. Cuma manggil aja, hehehehehe ...."  "Ada-ada aja kamu." Taeyong tersenyum lalu kembali memakan makanannya.  Tama juga kembali ke posisi normal. Ia lalu menatap bergantian melihat reaksi Sisca dan Nita. Raut Sisca terlihat sedikit terkejut, sementara Nita, reaksi cewek itu sama seperti Sekar sebelumnya. "As you can see, brothers." Tama berucap dengan nada sombongnya dan kembali melanjutkan makannya.  Sementar di meja belakang Tama dan kawan-kawan, Jaehyun, Johnny, Yuta, dan Doyoung malah menatap lurus pada Taeyong yang tampak santai tanpa memerdulikan tatapan mereka. Entah sadar atau tidak.  Namun ia merasa aneh juga, jadilah Taeyong mendongak lalu menatap heran keempatnya. "Kenapa?" Taeyong bertanya. "Lo, kenapa bisa ramah gitu sama Tama?" tanya Johnny yang langsung menyatukan tangannya diatas meja.  Alis Taeyong terangkat. "Emang kenapa gue ramah sama dia? Lagian dia itukan cewek, wajar gue baik, dong." Taeyong kembali menyuapkan sesendok nasi goreng kedalam mulutnya.  "Gini, nih, Yong." Yuta sedikit memajukan badannya. "Tama itu, salah satu adek kelas paling judes di sekolah, Yong." "Kenapa gitu?" Taeyong mengernyit.  "Ya, emang udah gitu. Kayaknya sih ciri khasnya sih." Doyoung membalas.  "Tapi dia ramah kok ke gue."  Jaehyun menyender. Ia memandang lama wajah Taeyong dan menjentikan jari seperti tahu penyebab kenapa Tama bisa ramah.  "Muka lo ganteng, sih. Wajar dia ramah!" Jaehyun berseru pelan, dan sedikit melirik meja sebelahnya takut-takut mereka mendengar.  "Muka gue juga ganteng, kok, Hyun." Yuta menyahut.  "Halah, muka lo mah kayak preman pasar senen. Gak ada ganteng-gantengnya!" ejek Johnny membuat Taeyong, Doyoung, dan Jaehyun ketawa lebar.  Taeyong sedikit memutar badannya untuk melihat Tama yang sedang mencoba melawak tapi hasilnya malah garing bagi ketiga temannya itu. Tapi Taeyong malah tersenyum kecil, karena lucu melihat reaksi Tama yang jadi cemberut.  "Suka lo ya sama macan sekolah?" Tebakan Doyoung bikin Taeyong kembali ke posisi awal dengan alis yang terangkat tinggi.  "Macan sekolah?" Taeyong heran. "Julukan Tama bagi kita berempat," sahut Yuta sambil ketawa.  "Macan darimananya? Dia ramah gitu, kok," sergah Taeyong. "Lo liat kan tadi dia ketawa."  "Haduuuhhh." Johnny membuang napasnya panjang. "Liat gue, nih, Yong!"  Johnny memutar badannya dan memanggil Tama. "Tama, woy!"  Merasa dipanggil, cewek berambut sebahu itu menoleh sedikit sebelum memutar badannya untuk menatap Johnny.  "Napa?" tanya Tama, ketus. Bahkan rautnya sangat datar macam triplek.  Johnny jadi menunjukan cengiran seraya menggeleng pelan. "Gak jadi! Hehehehehehe ...."  "Dih, gak jelas." Tama kembali memutar badannya menghadap ketiga temannya yang malah tertawa mendengar balasan Tama.  Yuta, Jaehyun, dan Doyoung sudah ketawa lebar melihat raut Johnny yang memias setelah duduk normal.  Taeyong yang melihat itu hanya tertawa kecil melihat teman kecilnya yang menatapnya melas.  "Lo liatkan gimana reaksinya dia sama gue?" tanya Johnny. Taeyong mengangguk. "Makanya pantes dibilang macan sekolah,"  Taeyong menggeleng pelan yang masih tertawa kecil, tidak seperti Yuta, Jaehyun dan Doyoung. "Ya pantes lah dia balasnya kayak gitu! Lo aja manggil kayak mau ngajak tawuran juga."  "Dih, kampret." Johnny mengumpat.  Ketiga temannya malah semakin melebarkan ketawanya. Yuta di sebelahnya menepuk tiga kali bahu Johnny.  "Coba lagi, bos, besok. Kalau bisa, depan cermin lo praktekin!" Yuta kembali terbahak. Disusul Jaehyun, Doyoung, dan Taeyong yang ketawa tanpa henti mengejek Johnny. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD