23.3DARA

1442 Words
Naya membawa barang bawaannya yang cukup banyak karena hari ini adalah hari terakhirnya melakukan syuting film. Ia menghela nafasnya lelah sudah bisa menyelesaikan lamanya proses pembuatan film selama tiga bulan. Meskipun yang lainnya belum menyelesaikan pekerjaannya Naya cukup bersyukur masih di beri kesempatan untuk ikut bermain di film ini. Naya memandang keseluruh area syuting dan para kru. Ia pasti merindukan suasana ini, ia berjalan menjauhi area syuting itu. "Nay, Nayaa!" teriak seseorang membuat Naya berhenti membalikkan tubuhnya. "Mas Keanu! Ada apa Mas?" tanya Naya menghadap pria yang sedang mengatur nafasnya karena mengejar Naya. "Kamu mau pulang?" tanya Keanu lagi membuat ia mengangguk. Pria itu menepuk pundak Naya sambil tersenyum. "Kamu gak pamit sama Mas, langsung pulang aja. Ini hari terakhir kamu disini kan?" tanya Keanu sambil menatap Naya dengan raut tersenyum. "Iya Mas, maaf ya, soalnya tadi udah nyari Mas kemana mana gak ketemu! Aku balik dulu, makasih udah di kasih job terus!" Naya mengeratkan pegangan tasnya menatap Keanu pria yang selalu peduli padanya. Artis baru yang hanya mendapatkan job kecil dan sebagai figuran. "Percaya sama Mas, kamu punya bakat Nay, Mas yakin kamu akan menemukan jalanmu sendiri!" Naya mengangguk berterima kasih atas ucapan Keanu. "Aminn, terimakasih Mas!" "Kamu ini, gak di kasih apa apa ngucapin terimakasih terus, sudah seperti petugas pom bensin aja,!" Naya menatap Keanu dengan dahi berkerut dalam mendengar ucapan Keanu. "Kok petugas pom bensin Mas?" tanya Naya heran. "Tuh, gak lupa senyum dan ucapin terimakasih terus!" jawab Keanu membuat Naya tertawa mendengar ucapan pria di hadapannya ini. "Ya udah deh, aku balik ya Mas, semoga sukses filmnya!" Keanu mengangguk. "Kamu juga, semoga sukses kariermu!" Naya mengaminkan ucapan Keanu lalu berjalan meninggalkan area syuting itu. Ia berdiri di pinggir jalan menunggu ojek online yang tidak lain adalah mas Rudi tetangganya di kontrakan. Naya dan teman teman yang lainnya ikut berlangganan dengan mas Rudi karena ia siap di panggil kapanpun dalam keadaan darurat. Pria itu memaksa ketiganya untuk menyimpan nomor ponselnya agar tidak susah untuk menghubungi kembaran Irwansyah ucapnya setiap mengatakan pada tiga dara di samping rumah kontrakan mereka. Rudi tiba setelah Naya menunggu sepuluh menit kemudian. "Sorry Neng lama ya?" Rudi memberikan helem bawaannya kepada Naya yang berdiri di sampingnya. "Nih Mas, bantuin!" ucap Naya memberikan barang barang bawaannya untuk di letakkan di jok depan. Dan sebagian lagi Naya pegang. "Nih barang kenapa banyak banget Neng, Neng Naya mau minggat atau pulang kerja ini?" tanya Rudi sambil menyusun barang bawaan Naya. "Minggat Mas!" jawab Naya sambil duduk di belakang Rudi. "Lah beneran ini Minggat Neng?" Tanya Rudi tidak percaya. Pria itu menatap Naya yang terlihat terkekeh. "Ya enggak la Mas, orang saya gak punya rumah, apa lagi orang tua. Mau kemana? Ntar saya di culik, kan kasian yang nyulik!" Rudi mengerutkan dahinya sambil menjalankan motornya pelan. "Kok kasian Neng, lah yang di culik cantik kok!" Rudi menjawab sambil senyum senyum. "Soalnya saya kalau laper bawaannya mau makan orang Mas!" ucap Naya sambil terkikik Rudi yang mendengar ucapan Naya malah tertawa. "Ah, Neng Naya cantik cantik bisa ngelawak juga ya, jadi pengen nikahin buat madu dirumah!" Naya memukul pundak Rudi membuat pria itu semangkin tertawa lebar. "Sembarangan kalau ngomong," Rudi terkekeh mendengar ucapan Naya. "Kali aja Neng mau, lagi usaha ini?" "Usaha ngasih temen buat Mbak Marni Mas?" Rudi menganggukkan kepalanya. "Iya Neng temen berantem!" Rudi dan Naya tertawa bersama mendengar ucapan Rudi. Mereka berdua sepanjang jalan membahas apa saja yang membuat keduanya tertawa. *** Mira dan Xavier belum juga sampai di kediaman orang tuanya. Mira yang di bonceng dengan Xavier merasa ngantuk di belakang karena Xavier benar benar lambat mengendarai motor matic itu. "Mister!" panggil Mira membuat Xavier menoleh kebelakang. "Apa?" jawab Xavier kuat. "Iki kapan sampek toh Mister, kalau Mister naiknya di kecepatan 20 km/jam?" Mira ngedumel di belakang sementara Xavier menikmati menggunakan motor dengan santai. "Kamu ini cerewet sekali, udah diem aja di bocengan! Bentar lagi kita sampai." Mira memutar bola matanya lelah. Ucapan Xavier yang seperti itu sudah kelima kalinya ia ucapkan. Dan Mira benar benar bosan. Jika berjalan di samping orang yang sedang joging, mungkin mereka kalah cepat. "Udahlah Mister, sini biar aku ae seng bonceng!" Mira mencoba membujuk Xavier yang berjalan seperti siput. "Kamu bisa diem gak, mengganggu konsentrasi nyetir saya aja!" Mira lagi lagi memutar bola matanya lelah. "Ganggu piye sih Mister? La wong jalan kaya keong ngene kok. Gaya banget, koyok seperti Rossi ae, sing butuh konsentrasi tinggi. Kudu mereng sana mereng sini!" Mira ngeromet di belakang Xavier membuat pria bule itu menghentikan motornya lalu menatap Mira yang juga menatapnya. "Kamu ngomong apa sih? Bawa bawa Rossi segala! Kamu bandingin gue sama Rossi?" Xavier turun dari motor itu sambil mengangkat tangannya di kedua sisi kanan dan kiri pinggangnya menatap Mira dengan tajam. "Iya, emangnya kenapa?" jawab Mira ketus membuat Xavier memencet hidung Mira keras. "Berani kamu sama saya, hem?" Xavier masih menoyor hidung Mira kuat membuat hidung kecil itu terpencet lucu. Xavier menahan tawanya melihat wajah lucu Mira. Mereka berdua malah berdebat di pinggir jalan. Mira menepis kuat tangan Xavier yang menekan keras hidungnya. "Lepas iki loh, ojo pegang pegang awak ku," Xavier mengacak rambutnya mendengar ucapan Mira. "Kalau ngomong yang benar, gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar!" jawab Xavier sambil menoyor kepala Mira, Mira memasang wajah cemberut. "Jangan pegang pegang, bukan muhrim!" ucap Mira lagi membuat Xavier melotot menatapnya. "Kamu saya bayar buat jadi pacar pura pura gue, memangnya kenapa kalau gue pegang loe hah?" Xavier menarik Mira mendekat lalu memeluknya erat membuat wajah Mira terbenam didadaa bidang Xavier. Pria itu benar benar membekap Mira dengan pelukannya. Mira memukul mukul tubuh Xavier kuat membuat pria turunan Jerman itu melepas pelukannya. "Kalau Mister seperti itu lagi, aku tinggal pulang iki!" ucap Mira mengancam Xavier yang malah terkekeh. "Kamu berani tinggalin gue disini? Gue bos loe disini." Xavier menatap Mira tajam membuat Mira menunduk takut. "Iya iya, dasar bule aneh!" gerutu Mira membuat Xavier menekan hidung Mira kembali. "Ini, apaan sih tangane, ojo pegang pegang!" Mira menepis tangan Xavier yang menekan hidungnya kuat. "Kamu ngomong apa barusan hah? Ngomongin gue aneh, iya?" Xavier menatap Mira yang terlihat gugup lalu mengambil alih helem hello kitty yang ada di pegangan Xavier. "Udah buruan naik, nanti aku tinggal iki loh!" ucap Mira mengancam Xavier yang terlihat langsung naik di boncengan belakang Mira. Mira tersenyum misterius lalu melajukan kecepatan motornya dengan cepat membuat Xavier yang belum siap hampir terjungkal kebelakang. Mira tertawa terbahak sedangkan Xavier langsung memeluk tubuh kecil Mira. Mira dan Xavier tiba di kediaman orang tua Xavier dengan cepat karena Mira mengendarai motornya seperti Komeng yang iklan motor yamaha. Tapi kali ini bukan baju mereka yang koyak koyak tapi wajah Xavier yang bak model International berubah kusut. Pria bule itu sedang berada di halaman rumah orang tuanya dan sedang mengeluarkan isi perutnya. Karena Mira benar benar seperti pembalap membawa Xavier yang belum pernah menggunakan motor. Mira tertawa menatap Xavier yang sedang sibuk mengeluarkan isi perutnya karena mabok darat. Mami Xavier keluar melihat apa yang terjadi laku mendekati Mira. "Mira ada apa sayang? Kenapa ada motor matic disini?" tanya sang ibu yang mendekati Mira menatap motor matic di hadapannya. "Kami naik ini Mi," ucap Mira membuat mami Xavier menatapnya terkejut. "Hah, Xavier juga naik ini?" Mira mengangguk. "Lalu, anak Mami mana?" tanya mami Xavier membuat Mira menunjuk putranya yang lagi mabok mabokan. "Tuh!" Xavier berjalan mendekati dua wanita beda generasi itu dengan rambut acak acakan dan wajah kusam. "Kamu gak kenapa kenapa kan sayang? Mami takut banget, soalnya Xavier waktu belajar naik motor nabrak Kang cilok!" jawab maminya membuat Mira menatap wanita setengah tua itu dengan dahi berkerut. "Jadi gimana Mi, Kang ciloknya gak jadi jualan deh?" tanya Mira dengan nada penasaran sedangkan Xavier sudah memutar bola matanya malas mendengar dua wanita yang sama anehnya. "Ya enggak, orang Kang ciloknya lagi libur jualan, pas kebetulan Kang ciloknya lewat jalan kaki!" Mira menepuk jidatnya mendengar ucapan mami Xavier. "Mami ini gimana sih, Sebenarnya anak Mami Xavier atau Mira, bukannya nanyakin Xavier anak Mami malah Mira yang di khawatirin!" ucap pria keturunan bule itu sambil merengut kesal. "Udah jangan marah mulu, ayo kita kedalam Mami udah masakin kamu opor ayam tanpa bulu!" jawab Maminya membuat Xavier dan Mira saling tatap mendengar ucapan opor ayam tanpa bulu yang ambigu. ______________________________ Ada yang gak ngerti bahasa jawa? atau ada yang gak tahu bahasa Mira? Komen aja di kokom ya author bakalan jawab.. Maaf untuk typo dan lain lain.. Jangan lupa Komen Follow cerita Author yang lainnya ya ~Sabrina ~Killer Mother ~The Secret Of Isshy ~This Is Love Dan buat yang mau dekat dan tahu jadwal Update Author, Author info in di sss ya, yang mau tahu alamat sss Author seperti di bawah ini.. *Lyerma wati Salam sayang dari Author..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD