Bab 3 - Gila?!

1280 Words
Aruna terbangun dengan mata yang menengadah menatap ke arah langit-langit yang terlihat megah. Segala sesuatunya terlihat putih cantik. Surga. Aruna yakin dia berada di surga sekarang mengingat bahwa kini dia melihat sesuatu yang cantik yang tak pernah dimilikinya. Senyumnya terulas menyadari bahwa surga ternyata jauh lebih baik daripada plafon rumahnya yang sudah ambrol dan setiap hujan bocor itu. Senyum yang dia perlihatkan tadi perlahan membeku saat sayup. Ingatan-ingatan yang terjadi malam tadi mulai bermunculan di otaknya. Kepalanya menunduk, dan terkejut mendapati dirinya sama sekali tidak memakai pakaian. Bagian atasnya terekspos sempurna dengan bagian perut ke bawah yang tertutup selimut putih. Sontak, tangannya menarik selimut itu untuk menutupi bagian atas tubuhnya. Perlahan dia bangkit, duduk di atas ranjang dengan kaki yang menekuk. Tangisannya keluar mengingat detail setiap kejadian yang terjadi. Bagaimana dia diusir dari rumahnya sendiri, bagaimana dia tanpa sengaja menemukan pria yang tergeletak di belakang hotel atau Bagaimana dia menyelamatkan pria itu dan bagaimana akhirnya pria yang dia selamatkan bukannya mengucapkan terima kasih, malah merengut kesuciannya. Aruna bukannya sok suci yang menanggap tabu hubungan seperti itu, tapi setidaknya bukan dengan cara seperti malam tadi. Bukan dengan paksaan bersama dengan pria yang sama sekali tak pernah dia kenal dan hanya beberapa kali berpapasan dengannya di lobby hotel ini. Hubungan mereka hanya sebagai tamu dan pekerja paling bawah. Dan sekarang, dia menyesali semua hal yang terjadi. Tangisnya semakin keras, Dia pikir dia hanya akan menyelamatkan pria itu dan mendapatkan uang sebesar 500 juta yang dia tawarkan. Selesai. Tak menyangka bahwa pria itu malah melakukan hal yang. Pria yang dia anggap lemah dan tak berdaya itu malah memiliki kekuatan besar untuk melakukan hal itu. Bagaimana hanya dalam kisaran detik, tatapan pria itu berubah tajam dan berkabut gairah. Menekannya, menahannya sehingga dia tak dapat memberontak. Air mata terus menggenangi wajahnya, menciptakan kabut layaknya tirai yang sedikit menghalangi penglihatannya. Pria itu kini menghilang begitu saja, meninggalkannya sendirian seperti ini. Aruna membenci dirinya sendiri, bagaimana mungkin dia termakan kata-kata pria itu yang mengatakan akan memberinya uang lima ratu juta jika menyelamatkannya, namun pada kenyataannya, pria itu malah meninggalkannya seperti ini. Bajingan! Sialan! Pria itu bahkan tak lebih baik dari seekor anjing yang mungkin masih berada di sisi betinanya setelah melakukan hubungan. Bukan seperti ini. Tok .... tok ... tok... Terdengar suara ketukan pelan dari arah pintu bersamaan dengan langkah kaki yang berjalan masuk ke arah ranjang, tangan Aruna sontak merapatkan selimut yang menutupi tubuhnya. “Kamu!” pekik Aruna dengan amarah begitu melihat pria itu berjalan ke arahnya dengan langkah tegap. Memang tak setegap tentara yang sedang berbaris. Tapi, tetap saja langkah pria itu terdengar tegap dan gagah. Pria itu berdiri penuh karisma tepat di depan ranjang yang ditempati Aruna dengan kedua tangan yang bersilang di depan d**a. Tampan dan memesona. Dua kata yang bisa menggambarkan penampilan pria itu sekarang. Wajahnya yang malam tadi sedikit urakan dengan pakaian yang acak-acakan yang dikenakannya malam tadi. Rambutnya kini tersisir rapi dengan gaya rambut 8:2 yang sering digunakan para Excecutive muda. Jas berwarna hitam yang dia kenakan membentuk tubuhnya dengan sempurna, seolah jas itu memang dijahit khusus hanya untuknya. Umur Pria itu sekitar pertengahan hingga akhir tiga puluh tahunan dengan raut dewasa yang terlihat di kening dan juga sudut matanya. Meskipun begitu, tubuhnya terlihat proposional dengan otot-otot yang pas, belum lagi bentuk tubuhnya terlihat seperti segitiga terbalik. Tak ayal membuat Aruna terpesona. Dengan cepat, Aruna menggelengkan kepala. Dia tak boleh jatuh hati kepada pria b******k yang telah merengut kesuciannya itu. Dia mendelik menatap pria itu dengan begitu kesal. “b******k!” pekik Aruna begitu saja. Pria itu mengangkat alisnya, sedikit terkejut dengan apa yang Aruna ucapkan sebelum kemudian menarik napas dalam dan melambaikan tangan. Aruna terkejut, membulatkan mata begitu melihat segerombolan perempuan yang mengenakan seragam seperti yang dia gunakan saat bekerja di hotel ini masuk. Dia menatap bingung saat melihat Yani, salah seorang temannya bekerja di sini ikut terkejut, namun dengan cepat membuat ekspresi datar dan menunduk kepadanya. “Izinkan kami melayani Anda,” ujar Yani sopan meminta pelayan lain untuk berdiri mengelilingi ranjang. “Apa maksudnya ini?!” pekik Aruna mengarahkan pandangan ke kanan dan kiri. “Berhenti!” ujarnya saat salah seorang bergerak menarik selimut yang menutupi tubuhnya. Dia terus berteriak, sembari mengumpat kepada pria itu yang kini berjalan entah ke mana. *** Satu jam kemudian, Aruna mematut dirinya di cermin. Menatap rambutnya yang biasanya lepek, kini terlihat cantik di blow atau apa dia tak mengerti. Di bagian ujung rambut panjangnya dibuat bergelombang sehingga jatuh dengan lembut di atas bahunya. Ada riasan tipis di wajahnya dengan warna lipstik yang cantik. Dia terlihat seperti orang yang berbeda terlebih dengan pakaian yang dia kenakan. Gaun cantik dengan bagian bawah berbentuk A line, dengan pinggang yang kecil membuatnya terlihat seperti seorang Putri kerajaan yang anggun. Dia yakin, ini adalah salah satu pakaian terbaik designer terkenal yang di pamerkan di Paris Fashion Week. Di tengah kebingungannya, Aruna berusaha meminta penjelasan dari Yani yang juga tak mengerti dengan apa yang terjadi. Temannya itu mengatakan saat datang tadi, dia sudah diminta oleh Pak Manajer bersama beberapa orang lainnya untuk melayani kamar ini dan menerima perintah apa pun. Dan tak menyangka bahwa orang yang harus dia layani adalah temannya sendiri. Aruna sendiri menarik napas dalam saat Yani memintanya untuk berjalan ke arah ruang makan yang ada di suite room ini. Rasanya Aruna enggan untuk masuk ke dalam ruangan itu dan bertemu lagi dengan pria b******n yang merenggut kesuciannya. Begitu dia masuk, Dia mengangka kepala dan melihat pria itu duduk dengan aura dan karisma yang menyebar. Ekspresi terkejut muncul di mata pria itu, dan dia melambaikan tangan untuk membuat para pelayan mundur. “Duduk ...” suara bariton Pria itu menerpa pendengaran Aruna. Wajahnya yang awalnya tegas dan tajam kini sedikit melunak dan menatap Aruna dengan perasaan bersalah. Aruna menatap ragu, dia menatap pria itu, sebelum kemudian duduk di depan pria itu dihalangi oleh makanan-makanan super mahal dari restoran hotel ini yang tersusun di depannya. Dia menekan perutnya menahan perutnya yang ingin berbunyi. Ingat bahwa dia terakhir makan kemarin siang saat temannya mentraktirnya makan di tempat kerjanya. English breakfast, steak, corn soup, serta berbagai roti yang tersedia di sana hampir saja membuat air liurnya menetes. Dia menarik napas dalam, mencoba untuk santai. Padahal tangannya terus meremas rok putih yang dia kenakan. Sama seperti pria di depannya yang menarik napasnya dalam, dan mencondongkan tubuh dengan tangan bertaut di atas meja. “Izinkan saya memperkenalkan diri, Nama Saya Jayden Edzard. Saya meminta maaf atas apa yang terjadi tadi malam. Minuman saya diberi obat sehingga saya akhirnya melakukan hal buruk kepadamu.” Aruna menelan ludahnya. Jayden Edzard. Dia seperti pernah mendengar nama itu. Matanya menatap ke atas memikirkan nama itu yang terdengar begitu Familliar di telinganya. Tangan Aruna sontak menutup mulut, menyadari siapa yang ada di depannya. Matanya menerjap beberapa kali, menyadari bahwa pria di depannya adalah Pewaris dari Edzard Corporation. Salah satu perusahaan terbesar di Indonesia. Beberapa kali, Aruna melihat nama Jayden Edzard terpampang di majalah Times dan juga Forbes Asia. Dengan segenap keberanian, Aruna mengangkat kepala dan menatap Jayden dengan lekat. Pria itu sudah merengut kesuciannya, dan dia tak bisa melepaskan pria itu sebelum mendapatkan uang yang dijanjikan oleh pria itu. “Kau bilang akan memberiku 500 juta karena menyelamatkanmu,” ujar Aruna mencoba untuk tidak bergetar. “Aku akan memberimu 2 Millyar dengan satu syarat.” Aruna membulatkan mata, telinganya memekak begitu mendengar angka yang baru saja diucapkan oleh Jayden. Tubuhnya bergetar membayangkan jika dia memiliki uang 2 Millyar, yang terlebih dahulu dia lakukan adalah melempar uang 200 juta rupiah ke depan keluarganya, lalu menikmati 1,8 milliar lainnya untuk hidup nyaman jauh dari semua orang yang jahat kepadanya. Perlahan, dia kembali menatap Jayden yang menaikkan sudut bibirnya. “A-Apa syaratnya?” “Menikah denganku!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD