Chapter 3

1647 Words
Hospital St.Elizabeth, Inggris. Arnold berjalan terburu buru menyusuri lorong rumah sakit ini dia menuju ruangannya karena dia mendapat kabar dari asisten pribadinya Andra bahwa ayahnya sudah menunggu diruangannya, Arnold yang baru menyelesaikan visit pasiennya pada pagi hari ini pun dengan terburu buru dan menyerahkan nya kepada asisten dokternya. Cklek Arnold masuk keruangannya dan dia melihat Seorang pria yang masih terlihat tampan diusia senja nya siapa lagi kalau bukan Joshua Lionel Grey Ayah kandungnya. yang sudah menunggu kedatangannya dari tadi. "Ehmm"deheman Arnold yang menghentikan aktifitas ayahnya yang sedang membaca koran di ruangan nya itu pun menoleh ke arah putra semata wayangnya itu. Melihat Arnold sudah berdiri didepannya pun mengulas senyum dari pria tua nan tampan itu, menepuk sofa sebelah kirinya menyuruh anak nya itu untuk duduk disampingnya. "Sini nak, ayah ingin berbicara denganmu!" Arnold pun duduk mengikuti perintah ayahnya duduk disampingnya, "Apa yang ingin ayah sampaikan kepadaku?"tanya Arnold melirik ayahnya itu sekilas dengan cepat. "Ayah dan kakek mu berencana ingin menjodohkan mu dengan cucu sahabat kakekmu itu!" jawab Joshua memandang wajah tampan anaknya itu. Arnold menghela nafasnya dalam dalam, dia sudah mengira ini akan terjadi perjodohan yang tidak ia inginkan menikah dengan wanita yang tidak ia cintai karena hatinya sudah ada nama wanita yang dicintainya. "dengan siapa aku akan dijodohkan, yah?" "Kau tidak perlu tahu dengan siapa kau akan dijodohkan, yang penting kau persiapkan dirimu sabtu nanti kita akan ada acara makan malam bersama keluarga calon istrimu itu!" Arnold mengangguk pelan dan menyetujui perkataan ayahnya itu dengan terpaksa. seandainya dirinya itu seperti sepupunya yang bisa menentukan dengan siapa dirinya bersanding alangkah bahagia nya dirinya ini. Tapi ini hidupnya diatur oleh keluarga nya dari sekolah sampai university semua keluarga nya yang menentukan hingga jodohpun keluarga nya juga yang menentukan. Satu kata untuk dirinya SIAL!! "Ya sudah ayah tunggu dirimu di pertemuan keluarga nanti! sekarang ayah akan balik kekantor", ucap Joshua memeluk putra nya itu dan keluar dari ruangan Arnold. Arnold yang melihat ayah nya sudah keluar dari ruangannya pun terduduk kembali di sofa ruang kerja dan dia mengambil ponsel dari saku Snelli kebesarannya itu, ia mendial nomor di ponselnya itu. "Hallo, Ndra" "..." "Kamu cari tahu dengan keluarga mana kakekku ingin menjodohkan ku?" "..." "Cari tahu dan aku tunggu informasinya sekarang!" "..." Arnold memutuskan panggilannya dan dia berdiri menuju ke kursi kebangsaan nya itu mengambil beberapa berkas diatas mejanya yang berisi berkas tentang pasiennya, terdengar ketukan pelan di pintu ruangannya dan terlihat wajah pria tampan sahabatnya Nathan masuk kedalam ruangannya. " Bro, gue dengar tadi bokap lo datang! ada apa bro?" tanya Nathan duduk didepan meja kerja Arnold "Biasa Bro ayah gue ajak makan malam sabtu nanti" jawab Arnold meletakkan berkasnya dan melihat Nathan sahabatnya yang masih berdiri didepan mejanya. "Ehmm.. seperti nya masalah perjodohan lagi ya bro? kenapa lo gak ngomong aja sih sama bokap lo kalau lo suka sama cewek lain!" tanya Nathan yang mengambil kursi didepan meja Arnold menatap wajah bodoh sahabat nya yang sedang frustasi . “Kenapa lagi lo?gak berani lo buat ngomong sama bokap lo?” sambung Nathan “Bukan gak berani Bro, lo tahu sendiri bokap punya penyakit jantung dan gue sendiri anak tunggal di keluarga bro!” Nathan mengangguk mengerti perkataan sahabatnya itu, ia mengetahui bahwa Keluarga Grey Cuma memiliki dua cucu karena Chris Immanuel Grey Cuma memiliki dua anak yaitu Joshua Lionel Grey dan Mariana Louisa Grey. Dan dari Joshua mendapatkan satu cucu yaitu Arnold Steve Grey dan dari Maria karena menikah dengan seorang Duda beranak satu dan ia sangat menyayangi anak sambungnya itu rasa sayangnya sama seperti anak kandung karena dirawat olehnya sejak bayi. Anak itu adalah Christian Jamie Dornan sepupu dari Arnold sedangkan anak kandungnya adalah Leticcia Aluna Dornan. Makanya Kakek dan Ayah Arnold berharap lebih kepada Arnold untuk menerima perjodohan yang dilakukan keluarganya. “Iya gue tahu, ya udah lo ikuti aja dulu kemauan bokap lo! Eh btw lo udah tahu belum kalau kita harus kembali ke Medistra Hospital Karena pertukaran dokter dengan rumah sakit ini sudah selesai!” “Udah tahu kok minggu depan kan kita pulang? Tenang aja kita udah ada posisi disana Bro!” “Jadi gimana lo setuju dengan perjodohan yang dirancang orantua lo, Sudah siap lo kehilangan cinta pertama lo yang ditunggu sama kamu dari kecil?” Arnold mengangguk pelan, mengiyakan perkataan sahabatnya ini sambil menatap sahabatnya itu. “ehm , mau gimana lagi, ya mau gak mau harus setuju lah, gue harus siap dengan semua nya termasuk kehilangan dia perempuan yang gue tunggu dari kecil!” Nathan bangun dari duduknya dan melangkah dekat kearah sahabatnya dan menepuk pundak sahabatnya itu Arnold. “Aku yakin kalau jodoh tidak akan kemana yakinlah Arnold, aku salut dengan mu kamu menjadi anak yang berbakti dengan orang tua dan selalu menurut apa yang diinginkan orangtua! Oke aku balik ke ruangan ini 15 menit lagi masuk jadwal praktek ku”ucap Nathan sambil melihat jam tangan rolex nya dan berlalu meninggalkan Arnold sendirian diruangan. Arnold mengambil ponselnya didalam saku Snelli nya dan menghubungi nomornya yang terdapat di ponselnya. “Hallo”ucap suara diseberang disana “Hai sepupu, gimana kabar lo? Udah sembuh?” “Tumben Tanya kabar lo ma gue? Ada apa lo?” “Hehehe lo tahu aja kalau gue butuh bantuan lo! Gue minta tolong sama lo bisa?” “Ya iya lah gue tahu lo dari kecil bro! apa yang ingin lo minta?” “Lo kan di Belanda sedikit punya kuasa selain bokap juga punya kuasa, minggu depan gue balik kesana dan gue minta posisi di Medistra Hospital setahu gue lo tanam saham di rumah sakit itu kan?” “Lo mau posisi apa? Gue akan bantuin lo terus apa lagi Cuma itu aja?” “apa aja yang penting  gue ada posisi disana, gue mau tunjukin ma bokap kalau gue punya posisi walaupun gue milih pekerjaan yang bukan bokap suka! Ya Cuma itu aja bro gak yang lain dan gue mau bokap gak tahu kalau gue dapat posisi itu gara-gara bantuan lo dan bokap gak tahu kan lo tanam saham disana?” “Oke tenang aja bokap lo gak tahu gue tanam saham disana, kan lo tahu gue suka tanam saham di mana-mana jadi bokap lo gak akan tahu!”. “Sip, gue tahu itu lo pandai berinvestasi dengan uang yang lo punya! Beruntunglah kalau ada perempuan yang benar mau jadi istri lo!” “Maksud lo selama ini perempuan yang dekat ma gue gak ada yang benar gitu? Aneh lo, lo juga dekat ma perempuan yang gak benar!” “Hehehe, udahlah kita sama-sama dapat perempuan yang gak benar aja sok benar! Oke bro gue mau praktek dulu ya ketemu minggu depan ya bro, see you sepupu kangen deh ma kamu”. Arnold memutuskan panggilannya dan memasukkan kembali ponselnya kedalam saku Snelli nya. Dia melihat kembali beberapa berkas yang berada diatas meja yang berisi data-data pasien yang berada dibawah kontrolnya. Sedangkan ditempat lain, Perempuan cantik itu berjalan menyusuri lorong rumah sakit dan masuk keruang rawat inap pasien VIP yang dia tangani. Dia tersenyum melihat pasien yang masih tertidur dibrankar nya, ia mendekat kearah pasien itu dan melihat infus pasien nya dan mengambil stetoskop nya yang berada di saku Snelly nya memeriksa pasien nya ketika pasiennya masih tertidur. Seketika pasien itu mengerjapkan matanya dan melihat sosok perempuan cantik didepannya yang sedang periksa dirinya, ia menarik tangan perempuan yang notabene dokter yang sedang periksa dirinya. Perempuan itu mengulas senyum terbaiknya kepada dirinya. “Sudah bangun? Bagaimana kamu sekarang?” Tanya Perempuan itu mengambil kursi disamping brankar nya dan duduk. “Baik sudah tidak terasa sakitnya lagi berkat kamu aku sudah tidak merasakan sakit lagi!” jawab pasien itu terhadap dokter nya. “Kamu ini bisa saja, aku hanya merawat dan mengobati kamu saja udah deh jangan menyajung segitu nya ma aku!” “Fan tapi thank’s sekali lagi ya udah mau operasi aku, padahal aku tahu kamu paling anti untuk operasi orang-orang terdekat mu!” Fanny mengenggam tangan pria itu dan mengulas senyum terbaiknya. “Karena kamu yang minta aku mau operasi kamu, jadi sekarang kamu harus jaga kesehatan dan harus selalu minum air putih. Jangan malas!” Pria itu bangun dari tidurnya dibantu oleh Fanny untuk duduk di dinding sandaran brankar nya, Pria itu mengenggam kembali tangan Fanny dan tangan sebelahnya yang bebas mengurai surai pirang Fanny. “Kamu tahu alasan aku mau sehat itu ya kamu gak ada yang lain!”. Fanny tresenyum kembali mendengarkan perkatan pria didepanya itu tiba-tiba ia teringat perkataan uncle nya Billy bahwa dua hari lagi ia akan pergi ke Belanda dalam waktu yang tak tertentu bagaimana ia bisa bilang kepada pria didepannya ini menyerahkan tugas merawat pria didepannya kepada dokter lain. Apakah pria didepan ini mau menerima dirawat dengan dokter lain. Iya pria didepannya ini adalah pacar nya Rafael Fernando Ozon Pengusaha muda ganteng yang sudha dua tahun ini menjadi pacarnya. Fanny bingung ia takut untuk bicara dengan Rafael bahwa ia akan pergi dari London untuk waktu yang tak tertentu, ketika lamunannya terhenti saat ada benda kenyal mendarat dibibir tipisnya. Cup Rafael mendaratkan bibirnya di bibir Fanny hanya menempelkan sesaat lalu Rafael melepaskan tautan bibirnya. “Kamu kenapa sayang kok melamun? Lagi ada pikiran kamu?” Tanya Rafael sambil mengaitkan jarinya dengan jari Fanny. “Gak kok Raf, aku mau minta izin dua hari lagi aku bakal ada kerjaan di luar negeri jadi aku gak bisa jadi dokter yang nangani kamu lagi Raf! Tugas aku jadi dokter yang tangani kamu bakal dialihkan ke dokter lain. Kamu mau kan?” Rafael menatap Fanny dengan tajam yang tiba-tiba terlihat aneh ketika berbicara dengannya. “kamu mau kemana, berapa lama kamu disana, memang gak bisa diwakilkan sama dokter lain apa?” Fanny menghela nafas nya pelan selalu itu saja pertanyaan yang dilontarkan pacarnya itu ketika ia minta izin akan melakukan perjalanan pekerjaannya sampai bosan Fanny dengar nya. “Aku belum tahu sampai kapan dan aku akan selalu kasih kabar kamu lalu aku akan ke Indonesia karena disana dibutuhkan dokter-dokter untuk ditugaskan ditempat terpencil Raf! Ini gak bisa diganti dengan orang lain Raf soalnya disana membutuhkan dokter seperti aku” ucap Fanny berbohong  kepada Rafael. “Kamu yakin gak bohong kan ma aku?” Tanya selidik Rafael menatap wajah cantik pacarnya itu sambil menyelipkan anak rambut yang berjatuhan ke belakang telinganya. Fanny menggelengkan kepala nya dan mencium pelan pipi Rafael tanda ia membujuk pria didepannya itu. “Gak aku gak mungkin bohong, kamu percaya kan ma aku!” Rafael pun mengangguk pelan mendengar perkataan Fanny lalu ia membawa Fanny kedalam pelukannya sambil mencium puncak kepala Fanny. “Ya udah aku percaya sama kamu, aku izinin kamu pergi kesana tapi ingat sampai sana kamu hubungi aku oke!” ucap Rafael masih memeluk Fanny sambil tersenyum smirk.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD