Prolog

188 Words
"Kenapa mau menerima perjodohan ini?" tanya wanita yang berdiri di depan meja bersebrangan dengan pria tampan yang duduk angkuh di meja kebesarannya. "Karena aku merasa harus menerimanya," jawabnya dengan enteng. "Bisakah memberi alasan yang lebih logis?" tanya wanita itu mendelik tajam. "Apa kurang masuk akal alasanku? Aku tidak memiliki alasan apapun, aku hanya ingin saja." "Tapi kenapa?" wanita itu tampak emosi. "Karena saya mau." Jawaban sang pria sudah pastilah membuat sang wanita tersulut emosi hingga ke ubun-ubun. "Batalkan perjodohan ini, saya tidak mau menikah dengan Bapak!" desisnya tajam. "Saya menolak," jawabnya enteng. "Kau!" "Saya senang menghabiskan waktu untuk menjatuhkanmu." Jawaban itu membuat sang wanita semakin emosi dan menatap tajam pria di depannya. "Baiklah, maka aku tidak akan membatalkan perjodohan ini. Aku menerima tantangan anda, Pak Dosen! Kita lihat saja siapa yang akan memenangkan permainan ini." Wanita itu melemparkan senyuman sinisnya. "Kau akan menderita karena menikah denganku!" ucapnya penuh penekanan. Dan seketika pria di depannya terkekeh. "Aku sangat menantikan saat itu," ucapnya dengan mengedipkan sebelah matanya dengan gerakan menggoda membuat sang wanita mendengus sebal. Lawan yang sulit, karena dia harus menghadapi seorang Dosen killer yang sebentar lagi akan menikahinya...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD