Episode 1

1166 Words
Stella Pov "Hooaaammm" rasanya ngantuk sekali. Aku baru selesai mengerjakan tugas kuliahku dan merenggangkan seluruh tubuhku yang terasa kaku. Aku melihat jam Doraemonku yang bertengker cantik di meja belajar. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam dan aku baru selesai mengerjakan tugas kuliahku. Baru masuk kuliah saja sudah di kasih tugas seubruk. Aku mengikat rambutku asal, dan merebahkan tubuhku di atas ranjang king size doraemon empukku. Aku memang maniak doraemon, kucing lucu itu sungguh aku sangat menyukainya. Jadi hampir semua barang yang ada di kamarku itu berbentuk doraemon atau bergambar doraemon. Anggap saja aku ini alay, tetapi kalau sudah maniak yah mau gimana lagi. Oh iya, aku Stella Anindita Wiratmaja. Aku seorang mahasiswa semester 3 di fakultas kedokteran di salah satu universitas di Jakarta. Usiaku masih 20 tahun, masih sangat muda kan? Baiklah cukup sampai di situ aku memperkenalkan diriku, sekarang rasanya kepalaku berkunang-kunang dan mataku seperti di beri lem hingga sudah tak sanggup lagi membuka mata. Sampai besok di pagi hari yang merumitkan. *** "Stellaa,,, sayang bangunnn!" teriakan Mama sungguh memekakan telingaku. Ya Tuhan, aku masih sangat mengantuk. Tidak tau apa kalau aku sedang bermimpi bersama pangeranku. "Stella sayang, ayo bangun. Kamu terlambat ke kampus." Aku mengintip dari sebelah mataku saat mendengar lagi suara Mama dan kali ini begitu dekat tak seperti tadi berteriak. Aku akhirnya bangun sambil mengucek kedua mataku dengan malas. "Aku masih ngantuk," cicitku terus menguap. "Lihat jam doraemonmu," ucap Mama yang terlihat sibuk memunguti pakaian dan buku-bukuku yang berserakan di lantai. "Oh Ghost !!!" sumpah demi apa, kali ini jam becker doraemon lucuku berubah menjadi sosok hantu menyeramkan di film The Bride yang baru beberapa hari lalu ku tonton. "Aaaa,,, aku terlambat!" aku berteriak dan langsung meloncat ke kamar mandi. Aku langsung melakukan ritual mandi ular. Kalian pernah dengar ritual mandi ular? Kalau belum pernah, berarti masa kecil kalian kurang bahagia. 5 menit sudah aku melakukan ritual mandi ular, dan langsung memakai pakaian casualku. Aku tidak suka berdandan seperti wanita kebanyakan, aku lebih suka apa adanya. Jadi aku tak perlu berlama-lama lagi, aku langsung mengambil tas selendangku dan sepatu ketsku. Setelahnya aku berlari keluar kamar untuk berangkat. Gila, aku sangat terlambat. Bayangkan saja, jadwal kuliah jam 7. Dan ini sudah pukul 8 lebih. Mampus !! "Sayang, kamu gak nyisir?" tanya Mama saat aku sampai di meja makan untuk pamit. "Hehe lupa Ma, nanti saja di mobil," kekehku segera bergegas. "Ini suapin rotinya dan sarapan di mobil," ucap Mama. Aku menggigit roti selai kacang itu dengan gigitan besar dan mengecup pipi Mama dan Papa. Aku langsung berlari menuju mobilku dimana mang Kobar, sopir pribadiku sudah membukakan pintu mobil untukku. "Tancap gas mang Kobar, kebutttt! kalahkan Dominic di fast and farious!" "Siap Non," ucap mang Kobar yang sudah duduk di kursi pengemudi dan menginjak gas mobilnya, aku sampai terpental ke belakang karena ulah mang Kobar. Selama perjalanan aku sibuk menyisir rambut panjangku dan memakan roti selai kacang sambil sesekali mencoba menghubungi Lena sahabat baikku. "Kenapa gak di angkat angkat sih!" Hanya butuh 10 menit, aku sudah sampai di gerbang kampus. Aku bergegas menuruni mobil dan berlari menuju kelasku. Aku menekan tombol lift tetapi malah lama sekali tidak terbuka.Sial... Aku terpaksa menaiki tangga darurat menuju kelasku di lantai 3. Ini sungguh hari yang sangat sial bagiku, oh Tuhan setelah ini pertemukanlah aku dengan pangeran dari negri Jepangku, untuk memperbaiki kesialanku ini. Hosh hosh hosh Aku sampai di depan kelas yang sangat hening dan senyap seakan tak ada kehidupan sama sekali. Aku mencoba mengatur nafasku yang tak beraturan. Aku mengetuk pintu kelas dan aku mematung menatap siapa yang membuka pintu. Diaa....???? Apakah dia pangeran dari negri Jepang? Tapi matanya tidak sipit, tetapi dia begitu tampan. Oh Tuhan.... Khem Dehemannya menyadarkanku dari wajah mupengku yang konyol. Aku menatap dia dengan kernyitanku, setauku pagi ini pelajaran bu Dwi, dosen jaim dan galak itu. Lah pria tampan ini siapa? "Siapa namamu?" tanyanya dengan suara baritonnya yang seksi. "Aku...?" tanyaku menunjuk pada diriku sendiri. Iya, dasar bodoh. Memang siapa lagi kalau bukan kau, "Iya kamu, kamu pikir saya berbicara dengan hantu," ucapnya begitu dingin. "Saya Stella," ucapku. "Kamu boleh masuk, tetapi setelah pelajaran ini selesai. Kau datang ke ruangan saya, kau paham!" ucapnya dengan sangat dingin membuatku mengangguk paham. Aku segera masuk ke kelas dan duduk di meja yang berada di samping Lenna sahabatku. "Siapa dia?" bisikku ke Lenna. "Dia Mr. Adrian, dosen pengganti bu Dwi," jawab Lenna dan aku hanya ber-oh saja. Tampan.... Itulah yang terbesit di kepalaku.... Jam pelajaranpun sudah berakhir, semua teman sekelasku berhambur keluar kelas, begitupun aku dan Lenna. "Bukankah Mr. Adrian itu sangat tampan," ucap Lenna excited. "Iya lumayan," dustaku. "Apanya yang lumayan, loe katarak yah," pekiknya membuatku mendengus kesal. "Len, gue ke ruangan Mr, Adrian dulu yah. Loe tunggu saja di kantin," ucapku yang di angguki Lenna. Aku berjalan menuju ruangan pak Adrian, setelah mengetuk pintu dan di persilahkan masuk. Akupun memasuki ruangannya, dia terlihat sibuk dengan laptopnya. Aku masih berdiri di hadapan meja kebesarannya, dan dia sibuk mengetik sesuatu di laptopnya. Apa sih maksudnya, dia malah mendiamkanku seperti ini. Dia mau pamer wajah tampannya? Tapi kan dia memang tampan, itu tidak di ragukan lagi. "Maaf Mister, kenapa anda memanggil saya ke sini?" tanyaku setelah 5 menit berlalu hanya saling diam. Dia malah sibuk dengan laptop miliknya dan tidak menganggapku ada, dia pikir aku ini hantu apa. Masa ada hantu, secantik aku sih... "Kamu ambil kertas HVS ini." Dia menyodorkan kertas HVS kosong sebanyak 10 lembar, dan juga menyodorkan balpoinnya. "Kamu tulis dengan rapi, 'Saya Tidak Akan Terlambat Lagi, Kalau Saya Terlambat. Maka Saya Siap Menerima Hukuman Apapun.' Kamu tulis kata itu di seluruh HVS ini bolak balik dan nanti di HVS terakhir, kamu tulis yang bertanda tangan di sini, nah kamu tanda tangan dan sertakan nama kamu juga." What The Hell? "Tapi Pak-" "Apa masih kurang? Baiklah akan saya tambah lagi HVSnya." Dia kembali mengambil beberapa lembar HVS tetapi segera ku tahan. "Ini cukup!" cegahku dengan segera. "Baiklah, kau kerjakan di sofa itu. Karena setelah ini tak ada lagi jadwal kuliah, jadi kamu kerjakan itu di sini dan boleh keluar setelah selesai," ucapannya semakin membuatku terpekik. Dia gilaaaaaa.... Aku salah menilai dia sebagai pangeran dari negri Jepang, ternyata dia tak lebih dari Dosen tua yang sialnya begitu tampan. Aku berjalan dengan lesu menuju sofa berwarna hitam yang berada di ruangannya. Aku mulai menulis kata tak masuk akal yang tadi dia ucapkan. Beribu cacian dan makian aku luapkan di dalam hati untuknya. Dasar Dosen bossy Dosen gila, gak waras Dosen otoriter Dosen tua Aaahhhh menyebalkan... Baru satu HVS saja, pergelangan tanganku sudah sangat sakit. Bisa patah nih lama-lama tanganku. Dasarr dosen Kejam.... "Sudah selesai?" tanyanya. Apa-apaan dia, seenaknya saja kalau berbicara. Dia pikir aku ini cat women yang bisa menulis dengan cepat dalam waktu 10 menit. "Belum," jawabku dengan singkat. "Lamban!" ucapnya membuatku mendengus sebal. Sumpah yah hari ini adalah hari yang paling paling menyebalkan dalam kisah hidup Stella Anindita. Seorang putri tunggal dari keluarga Wiratmaja di perlakukan seperti ini oleh dosen gila kejam itu. Ini benar-benar sudah jatuh tertimpa gorilla juga. Menyebalkan..... ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD