Deg.
pertanyaan yang dilontarkan oleh Queen mampu membuat Tania terdiam sejenak ia tertegun sambil memperhatikan wajah dari keponakannya tersebut.
Queen yang melihat sikap tantenya itu pun langsung berkerut alis.
'Kenapa kayaknya Tante Tania jadi gugup.' batinnya.
"Tante, kenapa? Kok kayanya gugup gitu?"
Tanya Queen yang mulai curiga pada Tantenya tersebut.
Tania langsung terkekeh kecil, ia mencoba untuk tetap tenang dan berbicara kepada keponakannya tersebut walaupun terlihat jelas dari raut wajahnya Queen mengetahui bahwa sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan oleh tantenya itu kepada dirinya.
"Ng-nggak ... Tante nggak gugup kok. Kamu ini ngomong apa siTante itu cuman agak terkejut aja tadi pas kamu nanyain hal ini."
"Terkejut? Memangnya ada apa? Ada yang salah sama pertanyaan Queen terhadap tante soal rumah itu?"
"Em ... Nggak kok sayang. Nggak. Nggak ada apa-apa."
"Terus, kenapa Tante ngomongnya kayak terbata-bata gitu?"
Ucapan yang dilontarkan oleh Queen semakin membuat jantung Tania pun berdetak kencang. Ia berusaha untuk tetap tenang di depan keponakan ini.
"Em, nggak. Kan Tante dari tadi udah bilang sama kamu kalau Tante baik-baik aja Tante nggak apa-apa kok. Memangnya kamu mau nanyain soal apa tentang rumah itu."
Queen terdiam sejenak ia memperhatikan secara keseluruhan Tantenya tersebut apalagi terlihat jelas di raut wajahnya Yang sepertinya dia ini berusaha untuk tetap tenang dan menjaga nada bicaranya.
"Em, nggak. Queen cuma mau nanyain sesuatu aja sama tante soal rumah itu. Em ... Tante Masih menyimpan kan sertifikat rumah itu kan."
Deg.
Lagi, pertanyaan itu mampu membuatannya terdiam membisu. Ka tak mengatakan apapun karena sudah jelas dan sudah dipastikan sertifikat rumah itu sudah Ia berikan kepada Justin mantan dari Queen, hingga Tania pun menelan salivanya.
Queen memerhatikan raut wajah sang tante dan ia melihat tantenya hanya terdiam tak mengatakan kata apapun. Hal ini semakin yakin dengan perkataan yang dilontarkan oleh Justin kepadanya tadi.
'Gue jadi makin yakin dengan perkataan yang dilontarkan oleh Justin tadi, kalau sebenarnya tante menyembunyikan sesuatu soal rumah papah.' batinnya.
"Tante?" Panggil Queen yang mampu membuat Tania pun tertuju ke arah dirinya.
"Tante masih menyimpan kan sertifikat rumah Papah itu kan. Queen udah nitipin sama tante pasti masih ada sama tante kan sertifikatnya." Jelas Queen.
"Em ... I-iya. Ada kok, masih ada sama Tante. Tapi ...."
"Tapi apa Tante?"
"Em ... Gini, Queen--"
Tiba-tiba saja Tania menghentikan ucapannya ia terlihat sangat gugup sekali untuk berbicara kepada keponakannya tersebut dan hal itu semakin membuat Queen yakin bahwa tantenya ini memang benar telah berbohong kepada dirinya.
'Nggak di ragukan lagi, gue yakin pasti Tante Tania menyembunyiin sesuatu dari gue dan gue yakin pasti dia bingung gimana cara jawabnya karena sertifikat itu udah ada di tangannya Justin, yang sekarang Justin kasih ke gue.' batinnya.
Melihat ekspresi sang Tante yang sedari tadi hanya terdiam, dan sepertinya bingung ingin berbicara apa kepada dirinya, membuat Queen pun menghela nafasnya dengan panjang lalu ia segera membuka tas selempang yang ia kenakan dan mengambil sebuah map berwarna biru lalu ia tunjukkan kepada sang tante yang tak lain bahwa itulah sertifikatnya.
"Tante pasti bingung kan Gimana cara jawabnya karena keberadaan sertifikat itu udah sama Justin. Dan sekarang Tante lihat sendiri kan sertifikatnya sekarang udah ada di tangan saya." Ucap Queen sambil memperlihatkan sertifikat tersebut tepat di depan mata tantenya.
Deg.
Tania langsung tertegun ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa sertifikat itu sudah ada di tangan Queen.
"Jus-justin yang ngasih sertifikat itu ke kamu?" Tanyanya yang sedikit terbatas.
Queen mengangguk. "Iyap. Justin jujur sama aku dan dia ngasih sertifikat ini ke aku Dia bilang kalau Tante dan juga Om itu berniat untuk menjual rumah papah. Iya kan." Sahut Queen dengan nada yang agak tegas.
"Em ... Bu-bukanya kamu udah putus sama Justin."
"Tante ... tante. Nggak usah mengalihkan pembicaraan tentang rumah ini aku sama Justin Memang udah putus hubungan kita mana memutuskan secara nggak baik-baik tapi untuk saat ini aku masih sangat berterima kasih kepada Justin karena telah bilang ke aku kalau sebenarnya tante punya niat buruk akan rumah tersebut." Lontarnya.
Perkataan tersebut benar-benar membuat Tania Langsung terbelalak. Ia menatap sang keponakannya itu dengan tatapan yang berbeda.
"Kamu nggak usah asal bicara ya Queen. Tante punya alasan tersendiri Kenapa sertifikat rumah itu bisa ada di tangan Justin. Kamu tidak usah menyangka bahwa Tante ini melakukan hal yang tidak-tidak terhadap rumah itu. Kamu harus percaya dengan tante."
Queen terkekeh kecil. '"Tante, awalnya Queen sangat percaya sekali kepada tante maka dari itu sebelum Queen pergi ke luar negeri Queen menitipkan semua aset yang papa punya itu kepada tante, kecuali perusahaan Papah yang dikelola oleh teman papah. Tapi, mengetahui bahwa sertifikat rumah itu sudah di tangan orang lain, Queen jadi merasa yakin bahwa dari dulu tante memang mempunyai niat yang tidak baik dengan papa."
Jelas perkataan tersebut membuat Tania sedikit emosi maka dengan cepat Ia pun langsung bangkit dari posisinya Seraya menatap tajam keponakannya tersebut.
"Queen, tante peringatkan kepada kamu walaupun dari dulu hubungan tante dan juga papa kamu itu tidak selalu baik tapi Tante masih punya rasa kasihan terhadap kamu karena hanya Tante satu-satunya keluarga yang kamu miliki."
Queen pun ikut bangkit dari posisinya. "Fine, Queen tahu itu. Tapi, tidak seharusnya tante berniat menjual rumah tersebut kepada orang lain kan. Queen, mempercayai hal ini kepada Tannte karena Queen yakin kalau tante memiliki sifat yang baik tidak seperti apa yang Papah lontarkan dulu."
"Iya! Tante Memang masih memiliki rasa kasihan terhadap kamu tetapi tuduhan kamu tersebut itu malah membuat tante sakit hati. Tante, tidak ada niat sedikitpun Untuk memanfaatkan harta yang kami miliki itu."
Tahu Tania sedamg mengelaknya.
Queen mencoba mengolah nafasnya ia mengatur beberapa kali lalu mencoba untuk berbicara dengan kepala dingin kepada tantenya tersebut.
"Okeh, aku masih ada rasa percaya sama Tante aku minta maaf kalau ada perkataan yang buat Tante akit hati. Tapi, bisa Tante jelaskan kenapa sertifikat ini berada di tangan Justin."
Tania tertegun, sebenarnya apa yang dikatakan oleh keponakannya itu benar bahwa dirinya memang berniat ingin menjual rumah tersebut dan menjual beberapa hak waris yang diwariskan kakaknya itu terhadap Queen.
"Bisa Tante jelaskan." ucapnya sekali lagi Seraya memperhatikan tantenya tersebut.
"Okeh, akan Tante jelaskan. Kenapa sertifikat itu berada di tangannya Justin." Jawabnya yang mencoba untuk tetap tenang.
Queen mengangguk ia memerhatikan pantunnya Seraya melipat kedua tangannya di depan d**a.
'Gue berusaha untuk tetap percaya kepada tante Tania, karena walau bagaimanapun apa yang dia bilang itu benar satu-satunya keluarga yang gue miliki sekarang ini cuma tante adik kandung dari Papah.' batinnya.
Tania menghela nafasnya sejenak, dia mencoba untuk tetap tenang berbicara kepada keponakannya ini dan mencoba untuk melontarkan kata-kata yang tidak membuat dirinya semakin tersudutkan oleh Queen. Dan ketika ia hendak mengatakan sesuatu tiba-tiba saja dari ponsel berbunyi yang mengakibatkan ia pun langsung terfokus keasal suara ponsel tersebut.
"Itu kayaknya hp kamu lebih baik kamu anggkat aja dulu teleponnya, siapa tahu penting." Ucap Tania.
Queen menghela nafasnya. "Nggak perlu Tante. Nggak ada yang penting juga di hp aku." Sahutnya.
'Sial, gue jadi harus cari cara untuk bisa mengalihkan Queen. Karena jujur saat ini gue bingung mau ngomong apa Apalagi.as Tora sedang tidak ada di sini.' batin Tania.
Queen masih terus memperhatikan tantenya tersebut, ia masih menunggu jawaban atas Apa pertanyaannya Ini.
"Ayo Tante, katanya Tante mau jujur dan ngejelasin sama aku terhadap sertifikat rumah itu yang berada di tangan Justin."
"Iya, tapi kan tiba-tiba HP kamu bunyi terus lebih baik kamu angkat aja dulu daripada pembicaraan kita ini terpotong dengan suara bunyi HP kamu itu."
Queen menghela nafasnya akhirnya wanita dengan rambut panjang berwarna coklat itu mengalah Ia pun segera mengambil ponselnya yang berada dalam tas dan melihat ke layar ponselnya Siapa yang menghubungi dirinya itu.
Ia langsung berkerut alis ketika tahu bahwa yang menelpon dirinya beberapa kali itu adalah Justin.
'Kenapa lagi sih? Dia nelpon gue. Ganggu aja gue lagi bicara sama Tante.' batinnya.
Di saat Queen tengah fokus pada ponselnya Tania dengan cepat mengambil ponselnya juga yang berada di atas meja tersebut dan ia mencoba untuk mengirimkan pesan kepada suaminya.
Queen, tidak mengangkat panggilan dari Justin. Ia pun tidak membalas pesan tersebut maka dengan cepat, ia langsung mematikan ponselnya dan ia memasukan kembali ke dalam tasnya dan menaruhnya di atas sofa dan pandangannya kembali fokus terhadap tantenya tersebut.
"Nggak penting Tante, lebih baik kita lanjutkan lagi pembicaraan kita tadi maaf yang selalu tertunda gara-gara bunyi dari HP aku." Ujarnya.
"Em ... Okeh. No problem. Em ... Jadi, alasan Kenapa sertifikat rumah kamu itu bisa berada di tangan Justin. Jadi ... Waktu itu tante memang mencoba untuk berniat menyewakan rumah kamu itu terhadap orang lain karena uangnya itu buat bisnis Om Tora. Dan berhubung Justin juga tengah mencari rumah untuk ditempati maka langkah menyewakan kamera itu kepada Justin."
"Terus? Kalau memang tante Yang menyewakan rumah itu nggak seharusnya kan sertifikatnya itu berada ditangan Justin." Sahutnya yang sedikit emosi akan perkataan Tantenya itu.
"Benar, kamu dengerin dulu penjelasan Tante, Queen."
Queen Langsung terdiam, ia mencoba untuk tetap tenang dan masih mendengarkan kata-kata yang dilontarkan oleh tantenya itu.
"Em ... Jadi, waktu masa sewanya itu abis. Tante meminta dia untuk segera keluar dari rumah tersebut. Tapi ternyata dia malah memberikan uang lebih dan berkata kepada tante untuk melanjutkan menyewa rumah itu."
"Lalu, kenapa Tante kasih."
"Em ... Karena ... Saat itu, Om Tora memang benar-benar membutuhkan uang untuk menyongsong bisnisnya maka dari itu akhirnya tanpa pun menerima Justin tapi nggak lama dia menyambung masa sewanya itu hanya dua bulan saja. Dan, kalau dihitung satu bulan yang lalu itu sebenarnya dia udah putus asa sewanya."
Perkataan yang dilontarkan oleh Tantenya itu, membuat Queen berkerut alis. Ia sepertinya masih tidak mempercayai apa yang dikatakan oleh tantenya tersebut, apalagi ia mengingat bahwa saat ia tiba pertama kali di apartemen Indonesia Justin juga baru saja keluar dari apartemen tersebut maka tidak mungkin jika Justin itu masih berada di rumahnya tanpa seizin tantenya tersebut.
Queen memperhatikan tantenya dengan tatapan yang curiga. "Apa perkataan Tante yang bisa aku yang percaya, karena sepertinya masih ada sesuatu yang tanpa tutupi terhadap Queen."
Lagi-lagi Vania mencoba untuk tetap tenang dan ia tersenyum tipis ke arah keponakannya itu.
"Queen ... kamu itu terlalu kemakan omongan dari Justin. Kamu ingatkan Justin itu adalah mantan kamu dia itu sudah menyakiti hati kamu maka bisa aja dia memprovokasi kita berdua agar hubungan kita tidak baik-baik saja."
"Queen tahu, Justin memang mantanku tapi gue masih yakin kalau Justin tidak mungkin seperti itu."
"Jadi kamu lebih mempercayai Justin mantan kamu daripada tante keluarga kamu sendiri."
Queen menghela nafasnya dengan gusar. "Lanjutin apa yang mau Tante omongin."
"Okeh, jadi ... Setelah itu tante dan juga Om Tora berusaha sebisa mungkin untuk berbicara kepada Justin untuk keluar dari rumah itu tapi dia malah merebut sertifikat yang berada di tangan tante dan juga Om kamu saat itu."
"Merebut? Kenapa Tante dan juga Om pergi ke rumah itu untuk menemani Justin tapi dengan membawa sertifikat. Apakah Tante memang berniat ingin menjualnya?"
"Tidak. Tante hanya ingin memperlihatkan kepada Justin bahwa rumah ini adalah atas nama kamu dan agar dia percaya kalau rumah ini itu tidak diberikan kepada tante dan sertifikatnya itu atas nama kamu. Jadi, dia tidak seenaknya ingin membeli rumah itu begitu saja." Jelasnya yang mencoba meyakinkan pada Queen.
Queen terdiam sejenak, ia mencerna perkataan dari tantenya itu sepertinya ada benarnya jika tante dan omnya itu mengunjungi Justin dan memperlihatkan bahwa sertifikat rumah itu adalah miliknya maka Justin dipastikan tidak akan berani untuk membeli rumah itu tanpa seisi sendirinya.
Apalagi, keluarga Quuen ini memiliki jasa yaitu Sang pengacara yang mengurus semua hak waris milik wanita dengan rambut panjang berwarna coklat tersebut.
"Jadi ... Apa kamu percaya dengan perkataan Tante? Tante kan baru pulang sama om kamu itu tadi malam dan niatnya hari ini setelah Om kamu itu pulang dari kerja, Tante dan dia akan menemui Justin untuk meminta kembali sertifikat rumah itu yang ia rebut."