Pertemuan
Seorang gadis cantik dengan rambut panjang berwarna kecoklatan tengah berjalan menyusuri koridor hotel. Ia terus melangkah kakinya menuju ke kamar yang akan ia tuju.
Gadis itu menghentikan langkahnya tepat di depan kamar hotel nomor 363. Ia tertegun, gadis itu mengantur napasnya beberapa kali.
'Kalau memang benar, dia ada disini sama cewe lain. Gue akan aduin ini sama bokap gue.' batin gadis itu.
Gadis dengan bolamata hitam jernih itu mengatur napasnya beberapa kali. Lalu di rasa sudah Mulai tenang., Ia pun mengetuk pintu kamar hotel itu.
Tok ... Tok ... Tok ...
"Room servis." Teriaknya.
Tak ada jawaban dari dalam, membuat gadis itu mencoba mengetuknya sekali lagi, namun tetap saja tak ada sahutan dari dalam sana.
Di dalam kamar hotel itu, dua sepasang kekasih sedang b******u mesra, mereka saling menyatukan cinta mereka, bergumul dalam satu selimut yang sama tanpa sehelai benang pun.
"Room Servis."
Tiba-tiba, teriakan itu terdengar lagi, membuat kedua pasangan itu pun terusik akan aktivitas bercinta yang mereka lakukan.
"Sayang, ah ... kamu buka aja dulu deh pintunya." Ujar sang wanita.
"Nanggung sayang, aku udah di ujung nih." Sahut sang lelaki yang sedang asik di atas wanita itu.
"Tapi dia ganggu kita. Ah ... Kamu, buka dulu deh pintunya, ah ...." Sahut wanita itu seraya mendesah merasakan kenikmatan yang di berikan oleh lelaki itu.
Lelaki itu menghentikan sejenak aktivitasnya, ia pun segera bangkit dari posisinya dan mengambil kimono handuk yang berada di dekatnya, lalu memakainya. Sekilas ia melihat kearah wanita itu yang masih terbaring di ranjang sana. Ia mencium sekilas bibirnya lalu pergi hendak membuka pintu itu.
"Aku buka pintu dulu ya." Ucapnya yang dianggukan oleh wanita itu.
"Room servis." Teriak gadis itu lagi dari luar sana.
Ckelek.
Lelaki tampan itu langsung membuka pintu tersebut, ia terkejut dan juga melongo ketika ia tahu bahwa yang mengetuk pintu hotel itu bukanlah pegawai disana melainkan sang kekasih.
"Queen." gumamnya.
Gadis cantik bernama Uriana Queen Calixta itu masih terdiam, ia hanya melihat kearah lelaki itu. Namun jauh di dalam hatinya, ia sangat marah. Karena ternyata apa yang orang-orang gosipkan itu benar, bahwa sang kekasih sering cek in hotel.
"Ka-kamu kok ada disini? Kamu tau kamar ini dari mana?" Tanya lelaki itu dengan nada gugup.
"Sama siapa Lo kesini?" Tanya Queen dengan nada datar.
"Em ... Aku ada bisnis, dan karena bisnisnya di daerah sini. Makanya aku memutuskan untuk menginap di hotel ini." Jawabnya.
Queen masih menahan emosinya, ia melihat kearah dalam kamar hotel itu yang terbuka. Namun dengan cepat, langsung di tutup oleh lelaki tersebut.
"Jawab jujur Lo sama siapa kesini?!"
"Aku nggak sama siapa-siapa. Aku sendiri sayang." Sahutnya yang masih menutupi kebohongannya.
Queen tak percaya, ia masih menaruh curiga pada kekasihnya ini. Maka dengan cepat, ia langsung saja masuk ke dalam hotel itu, awalnya lelaki itu menghalanginya namun Queen tak kehabisan akal, ia menginjak kaki sang kekasih hingga sang empunya pun meringis kesakitan. Dan saat itulah Queen masuk ke dalam hotel itu.
Gadis itu langsung terdiam sejenak, ia tertegun dan merasakan sesak di d**a, ketika melihat seorang wanita yang tengah duduk di kamar itu dengan selimut tebal yang menutupi tubuhnya hingga sebatas d**a. Wanita yang sedang bermain ponsel itu pun langsung melihat Queen.
"Siapa Lo?" Tanya Queen.
"Aku pacarnya Justin. Kamu siapa?" Tanya balik wanita itu.
Deg.
Sungguh, perkataan itu membuat sesak dadanya. Sudah tiga tahun ia menjalin kasih dengan Justin dan sudah berkali-kali pula lelaki itu menyakiti dirinya. Beberapa kali Justin melakukan kesalahan, mungkin masih bisa ia maafkan namun untuk kali ini, gadis cantik berambut panjang berwarna kecoklatan itu sudah tidak bisa memaafkannya lagi.
Ia berbalik dan langsung menatap Justin yang sudah berada di belakangnya. Lelaki tampan dengan tinggi 180 cm itu tertegun.
"Queen, aku bisa jelasin ini."
Plak!
Tanpa berkata-kata gadis cantik itu langsung mendaratkan tamparan keras pada pipi Justin. Tatapannya tajam, serta matanya memerah menahan tangis. Sungguh, sakit rasanya hati ini di perlakukan seperti ini oleh sang kekasih yang ia anggap selama ini adalah laki-laki yang baik.
Justin melihat kearah Queen. "Sayang, aku bisa jelasin ini. Beri aku kesempatan untuk jelasin semuanya."
"Nggak ada yang perlu Lo jelasin lagi. Kita PUTUS!" ucapnya dengan nada tinggi.
Wanita yang berada di kasur itu pun segera bangkit dan memakai daster yang berada di dekatnya, ia berjalan menuju kearah mereka.
"Apa-apaan Lo nampar cowo gue?!"
Pandangan Queen langsung tertuju pada wanita itu, ia terkekeh pelan. "Lo cocok sama dia. Sama-sama kotor!"
Queen langsung berjalan pergi keluar dari hotel itu, namun dengan cepat Justin mengejarnya dan berhasil menggapai pergelangan tangannya tapi langsung ditepis oleh Queen.
"Nggak usah Lo sentuh gue! Gue jijik sama Lo!"
"Please, Lo dengerin gue dulu Queen."
"Nggak ada lagi yang perlu Lo jelasin, Justin. Lo itu memang bajing*n! Bangs*t! Gue benci sama Lo! Jauhin gue, dan jangan pernah lo datang ke hadapan gue lagi. Gue udah jijik sama Lo!"
"Queen ... Aku akan jujur sama kamu."
Queen yang sudah muak dengan semua pembelaan diri yang di lakukan oleh Justin, sudah tak mau lagi mendengar kalimat yang keluar dari mulutnya. Gadis cantik itu tetap berjalan keluar dari hotel itu dengan rasa sakit di d**a.
'Gue t***l. Kenapa selama ini gue masih maafin dia sih. Kenapa gue masih percaya sama kata-kata yang keluar dari mulut manisnya. Kenapa gue sebodoh itu sih. Argh ... Gue benci sama diri gue sendiri.' teriaknya dalam hati.
"Queen ... Quenn tunggu! Aku bisa jelasin semuanya." Teriak Justin.
Saat Justin hendak mengejar Queen, namun tiba-tiba saja wanita itu menarik tabungannya hingga Justin pun menoleh kearahnya.
"Sayang, kamu mau kemana? Ayo kita lanjutin lagi, aku udah nggak tahan nih." Ucap wanita itu dengan nada manja sambil mengigit jari telunjuknya sendiri.
Justin yang memang menginginkan itu, tak tahan biak di goda seperti itu. Ia pun langsung mengecup bibir wanita itu.
Sebelum Queen masuk ke dalam lift, ia sempat menoleh kearah mereka. Dari kejauhan, ia pun melihat mereka yang sedang b******u mesra dan tak lama mereka langsung masuk ke dalam kamar hotel tersebut. Dengan perasaan hati yang teriris, Queen pun langsung masuk ke dalam lift.
*****
Tes.
Mengingat kejadian lima tahun yang lalu, membuat gadis cantik berambut panjang itu menitihkan air mata. Ia memerhatikan dirinya di depan cermin tersebut. Gadis itu mengusap kedua pipinya lalu mengatur napasnya beberapa kali.
"Ini udah lima tahun berlalu, dan udah lima tahun juga gue lost contac dan sama sekali nggak ketemu dia. Gue harap saat gue kembali ke Indonesia gue nggak ketemu dia lagi." Monolognya.
Ting.
Sebuah notifikasi pesan muncul di ponselnya. Pandangannya pun langsung tertuju pada ponsel tersebut yang berada di meja tersebut. Ia langsung mengambil ponselnya dan duduk di kasurnya.
|| Tante Tania
("Queen, kapan kamu kembali ke Indonesia? Om dan Tante udah kangen banget sama kamu.")
Queen menghela napasnya sejenak. Ia pun langsung membalas pesan tersebut lalu setelah itu ia menaruh ponselnya di meja dan mulai membaringkan tubuhnya di kasur, tatap matanya tertuju pada langit-langit diatasnya.
"Gue ke Indonesia untuk mengunjungi makam kedua orang tua gue, bukan untuk ketemu dia." Gumamnya.
Pandangan matanya tertuju pada jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Gadis itu langsung menutup kedua matanya dan ia mulai tertidur lelap.
*****
Pukul 10.00 Gadis cantik berambut panjang itu, baru saja tiba di bandara. Ia berjalan seraya membawa koper berwarna hijau. Ia menghentikan langkahnya sejenak lalu membuka kacamata hitam yang dikenakannya.
"Mana nih? Kok nggak ada yang jemput gue?" Gumamnya.
Ting.
Notifikasi ponsel muncul di ponselnya, Dengan cepat ia pun mengambil ponselnya yang berada di dalam tas dan membaca pesan yang di kirim oleh Tantenya.
||Tante Tania
("Maaf Queen, Tante Dan Om ada acara mendadak, jadi nggak bisa jemput kamu. Tapi tenang aja, Kami sudah menyiapkan apartemen untuk kamu di dekat rumah Tante. Ini alamatnya. Kamu tinggal bilang saja kalau kamu adalah Queen anak almarhum Pak Ardan.")
Queen menghela napasnya, ia segera memasukkan ponselnya ke dalam tas. "Kalau tau gini, gue nggak pulang sekarang. Percuma juga gue ke Indonesia, tetap aja gue seorang diri disini." Monolognya.
Beberapa menit telah berlalu. Gadis cantik itu telah sampai di apartemen, ia Baru saja keluar dari lift dan berjalan mencari kamar yang telah di peruntukan untuk dirinya.
Seorang lelaki tampan berpapasan dengan dirinya, sontak lelaki itu merasa tak asing padanya hingga ia pun berbalik dan melihatnya dari belakang.
'Apa itu Queen?' batinnya.
Dengan cepat, ia langsung menghampiri gadis itu dan menarik pelan tangannya. "Queen." Ucapnya.
Sontak, gadis itu pun langsung menoleh dan melihat kearah seseorang yang memanggilnya. Ia terbelalak karena ternyata dirinya bertemu dengan mantan kekasihnya, yaitu Justin.
"Justin." Gumamnya.
Justin langsung tersenyum miring disudut bibirnya, ia memerhatikan secara keseluruhan gadis itu dari ujung kaki hingga ujung rambut.
"Ternyata Lo masih kenal gue? Dan gue lihat-lihat Lo sekarang tambah cantik."
Queen mengerjapkan kedua matanya, kesal. Kenapa disaat dirinya baru saja tiba di Indonesia harus bertemu dengan laki-laki ini.
'Sial! Kenapa gue harus ketemu dia sih.' batinnya.
Queen tak berkata sedikit pun, Queen kembali berbalik dan langsung melanjutkan langkahnya dengan cepat menuju ke kamarnya. Namun Justin langsung menariknya hingga ia pun berontak.
"Justin, lepasin gue!"
"Hey, lo baru tiba di Indonesia kan. Kita ngobrol-ngobrol dulu lah. Nggak usah cuek gitu sama gue."
"Justin lepasin gue! Gue nggak mau ketemu sama Lo lagi!"
Dari kejauhan, seorang lelaki Tampan dengan jas Berwarna biru muda tengah berjalan melewati koridor itu.
Dengan jelas, ia pun melihat seorang wanita dan juga laki-laki tengah bertengkar. Ia melihat bahwa wanita itu enggan untuk di ajak pergi dengan lelaki itu maka dengan cepat ia pun menghampiri mereka.
"Justin lepasin! Atau gue bakal teriak dan bilang kalau Lo mau ngelakuin kejahatan sama gue!"
"Lo kenapa sih, masih ketus aja sama gue. Dulu kita pernah menjalin kasih selama tiga tahun, Queen. Dan gue yakin masih ada rasa cinta di hati lo terhadap gue."
"Najis! Jijik. Gue nggak pernah aggap Lo ada dalam hidup gue. Gue udah punya pacar!"
"Stop!"
Teriak seseorang yang tadi melihat mereka dari kejauhan. Sontak, pandangan mereka pun langsung tertuju pada lelaki itu.
"Siapa Lo? Apa hak Lo ngelarang-larang gue, hah?!"
Lelaki dengan tinggi 180 cm itu mendengus pelan, ia melirik kearah Queen sekilas lalu melihat kembali ke arah Justin.
"Gue pacarnya."
Deg.
Perkataan itu jelas membuat Justin terkejut, tak hanya Justin namun Queen juga ikut terkejut, lantaran ia sama sekali tidak mengenal lelaki itu bahkan ia baru saja melihatnya untuk pertama kali, bagaimana bisa lelaki ini mengaku sebagai pacarnya.
Justin terkekeh kecil. "Apa Lo bilang? Pacarnya? Nggak usah bohong deh Lo, gue nggak percaya kalau Lo pacar dia." Ucapnya.
"Lepasin tangan cewe gue sekarang!" Ucap lelaki itu dengan nada tinggi.
"Nggak. Lo pasti bukan pacarnya." Sahut Justin.
Lelaki itu menghela napasnya. "Lo perlu pembuktian dari gue?"
Belum sempat Justin menjawab namun Lelaki yang tidak di kenal itu langsung mendaratkan kecupan manis di bibir Queen.
Syok. Gadis cantik berambut panjang itu langsung terbelalak, ketika dirinya di cium oleh lelaki yang tidak ia kenal sama sekali. Justin yang melihatnya pun ikut syok dengan mudah ia melepaskan pegangan tangannya dari Queen.
'Selama pacaran tiga tahun, dia nggak pernah mau untuk gue cium. Sekarang, jelas-jelas gue lihat didepan mata gue, dia dicium sama cowo yang ngakunya pacarnya.' batin Justin.
Dering ponsel yang berbunyi membuat Justin pun segera pergi dari tempat itu, dengan tatapan yang masih tak percaya karena melihat Queen yang berciuman dengan lelaki itu.
Melihat bahwa Justin sudah pergi, membuat lelaki itu langsung melepaskan ciumannya pada bibir Queen.
"Sorry. Gue nggak bermaksud untuk ngelakuin itu ke Lo."
Queen yang masih syok hanya mengangguk, dengan cepat ia hendak melanjutkan langkahnya. Tapi, secara tiba-tiba lelaki itu mengulurkan tangannya.
"Gue Nicho."
Queen terdiam sejenak, lailu ia membalas jabat tangannya seraya tersenyum tipis. "Queen."
Nicho tersenyum manis. "Sekali lagi gue minta maaf." Ucapnya yang dianggukan oleh Queen.