1. Pernikahan

1285 Words
"Saya terima nikah dan kawinnya Levania Audira Binti Teddy Suseno dengan maskawin tersebut, tunai!" Dengan satu kali tarikan napas, Ageng mengucapkan kata sakral itu di depan Teddy, penghulu dan para saksi yang hadir. "Bagaimana para saksi? Sah?" "SAHHH!" teriak para saksi serempak. "Alhamdulilahirabbil 'alamin ...." Penghulu mengucapkan doa setelah ijab kabul selesai. Kali ini Ageng merasa gugup karena pasti setelah ini Levania yang merupakan sahabatnya dan kini sudah menjadi istrinya pasti akan menghampiri mereka, entah apa reaksi wanita itu ketika tahu kalau yang menikahinya adalah Ageng dan bukannya Rajendra sang kekasih tercintanya. Ageng hanya bisa berdoa semoga saja Levania tidak marah padanya karena hal ini, sebenarnya pun ia tidak ingin menikahi Levania dengan cara seperti ini. Namun, apa mau dikata kalau pernikahan ini harus terjadi. Semua mata memandang ke arah sosok cantik yang kini menjadi pusat perhatian, hal itu membuat Ageng Tirtayasa yang sedari tadi hanya menundukkan wajahnya pun ikut menatap ke arah pusat perhatian itu. Di sana, ada Levania yang nampak cantik dengan kebaya putih gading, rok batik dan juga rambutnya yang tertata rapi dan diberi sanggul serta mahkota ratu itu nampak begitu cantik. Tak hanya cantik, Levania terlihat sangat anggun nan mempesona. Ageng bahkan tak berkedip barang satu detik pun karena ia takut momen seperti ini tak lagi bisa ia lihat seumur hidupnya. Levania yang datang bersama ibunya pun menghampiri Ageng, ibu Levania yang bernama Sella menepi dengan senyum tipis yang tersungging di sudut bibirnya. Wanita paruh baya itu memilih duduk tepat di samping suaminya dan membiarkan Levania menghampiri Ageng. Levania menundukkan wajahnya, ia tak berucap ataupun melakukan apapun. Hal itu membuat Teddy mendelik, pria paruh baya itu menghampiri Levania kemudian membisikkan sesuatu hingga membuat tubuh Levania menegang. Ageng sama sekali tidak mendengar apa yang Teddy bisikkan pada Levania, tetapi setelah itu ia merasa kalau Levania mengulurkan tangan padanya. Ageng terdiam beberapa saat, hingga akhirnya ketika ia paham pun ia ikut mengulurkan tangannya. Levania meraih tangan Ageng untuk ia cium, agak lama Levania menunduk untuk mencium tangan Ageng. Hal yang tidak orang lain tahu kalau di saat ia menunduk ia menumpahkan air matanya, hanya Ageng lah yang menyadari karena ia merasa air mata Levania membasahi punggung tangannya. Karena tidak ingin terlihat sedih di hadapan banyak orang, Levania mengusap kedua pipinya masih dengan menunduk. Kemudian setelah di rasa hatinya sudah cukup tenang, ia mendongak sambil menunjukkan senyum palsunya. "Kamu baik-baik saja?" tanya Ageng berbisik pada Levania, Levania hanya melirik sekilas ke arah Ageng. Ia tidak mengatakan apapun selain mengangguk pelan menjawab pertanyaan Ageng. Hanya anggukan kepala yang Ageng dapatkan, hal itu membuat Ageng tak tenang karena pasti Levania tengah sangat bersedih saat ini. Namun, Ageng tak dapat berbuat apa-apa karena ia pun tidak mungkin mencoba menghibur Levania di saat masih banyak orang seperti ini. "Ageng, Nia. Ayo kalian pasangkan cincin ke jari manis kalian," ucap Teddy ketika ia melihat kalau pasangan pengantin itu hanya diam dengan Ageng yang menatap Levania, sedangkan Levania hanya menunduk. "I-iya." Ageng gelagapan, ia mengambil kotak cincin yang ada di atas meja. Pria itu mengambil salah satu cincin kemudian dengan perlahan memasangkan cincin itu di jari manis Levania, sorak riuh tepuk tangan dari semua tamu undangan yang hadir terdengar begitu merdu. Levania hanya diam, tangannya tak berinisiatif mengambil cincin di dalam kotak itu. Tatapannya kosong seakan ia tengah memikirkan sesuatu, hal itu tentu tidak luput dari penglihatan Ageng. Pasti Levania sedang memikirkan Rajendra, pikir Ageng. "Nia," tegur Sella ketika putrinya hanya diam melamun. Levania tersentak, ia pun bergegas mengambil cincin yang ada di dalam kotak itu kemudian memasangkannya ke jari manis Ageng. Sejenak ia memerhatikan cincin di jari manisnya dan cincin yang ia pasang di jari manis Ageng, ada perbedaan di cincin ini. Cincin ini berbeda, berbeda dengan yang ia beli bersama calon suami ... tidak, lebih tepatnya mantan calon suami. Setelah hari ini, Levania tidak akan mungkin memaafkan pria yang sudah menghancurkan mimpi bahagianya itu. Setelah acara pemasangan cincin dimulai, ada sebuah adat yang pastinya sudah tidak asing lagi. Yaitu di mana kedua mempelai akan menyalami kedua orangtua dan mendengarkan segala wejangan tentang pernikahan yang akan dikatakan. Ageng merasa sangat canggung karena pernikahan ini sama sekali tidak pernah terbayang di hidupnya akan terjadi padanya, Ageng berkali-kali melirik ke arah Levania yang terus saja menunduk. Kalau Ageng tidak salah memerhatikan, Levania sepertinya tengah menahan tangisnya. Hingga ketika Levania bersimpuh di kedua paha ibunya, isak tangis itu terdengar. Tak banyak orang yang bisa mendengar isak tangis itu, hanya dirinya dan kedua orangtua Levania saja yang mendengar. Ageng masih terus memperhatikan Levania, hingga sebuah tepukan di bahunya menyadarkan dirinya. Ia mendongak dan mendapatinya kalau Teddy kini tengah menatapnya tajam. "Tolong ingat baik-baik kalau pernikahan kalian hanya sementara," bisik Teddy dengan suara yang jelas nan tajam. Ageng hanya mengangguk, tentu ia tidak akan lupa dengan apa yang Teddy katakan. Namun, ketika melihat wajah Levania yang mendongak itu sembab, mengapa sebagian hatinya tak tega menyakiti Levania? Menyembunyikan perjanjian yang ia sepakati dengan kedua orangtua wanita itu. Hati kecil Ageng menjerit, meminta agar ia tidak menyetujui apa yang Teddy katakan. Apakah ia bisa memberikan kebahagiaan pada Levania di sisa waktu pernikahan mereka yang tidak akan lama itu? Ageng bergegas menyalami pria paruh baya yang sudah menjadi mertuanya itu kemudian kini beralih menyalami Sella. "Jaga putri Ibu baik-baik ya?" pinta Sella sambil tersenyum lembut. Teddy yang keras kepala memang cocok bersandingan dengan Sella yang lemah lembut, saling melengkapi satu sama lain. Hanya Sella lah yang bisa menerima Ageng tanpa ada raut tak suka dari wanita paruh baya itu, berbanding terbalik dengan Teddy yang terang-terangan menatapnya tak suka seakan mengajak perang. "Baik, Bu." Hanya itu yang bisa Ageng katakan. "Papa ...." Mata Levania kembali berkaca-kaca, setelah ia menyalami tangan ayahnya, ia langsung memeluk pria yang merupakan cinta pertamanya itu dengan erat dan menumpahkan lagi tangisnya di pelukan ayahnya itu. "Jangan menangis, Sayang. Semua akan baik-baik saja, percaya pada Papa ya?" Teddy berusaha menenangkan putrinya, hanya ini yang bisa ia berikan pada Levania. Sebuah pelukan hangat yang ia berharap bisa membuat Levania tenang. Kini Ageng dan Levania tengah berada di pesta pernikahan yang begitu mewah, para tamu undangan yang hadir tentu bingung mengapa tiba-tiba saja sang mempelai prianya berubah wajah. Suara bisik-bisik itu terdengar cukup keras, Ageng hanya tersenyum tipis. Namun, ketika melihat reaksi wajah Levania yang muram, ia tahu kalau hati Levania tak baik-baik saja. Inginnya Ageng memarahi orang-orang yang berbisik-bisik dengan sangat jelas itu, tetapi ia tidak ingin membuat keributan di pesta pernikahan yang seharusnya bukan miliknya ini. Ageng menarik bahu Levania agar mendekat padanya, pria itu memeluk bahu Levania erat hingga membuat wanita itu mendongak. Tatapan mereka bertemu beberapa saat hingga akhirnya Ageng lah yang memutuskan kontak mata itu, ia takut kalau diteruskan ia tidak bisa lagi menghentikan perasaannya yang menggebu-gebu pada Levania. Ya tanpa Levania tahu kalau selama ini, Ageng tak pernah menganggap kalau Levania adalah sahabat. Ageng menganggap kalau Levania adalah wanita yang dicintainya dan harus ia jaga, walaupun rasanya itu harus gugur sebelum mekar karena kehadiran Rajendra yang membuat Levania jatuh cinta pada pria itu. "Semua akan baik-baik saja," bisik Ageng tersenyum lembut pada Levania. Pria itu mengusap bahu Levania lembut, berusaha memberikan ketenangan pada wanita yang kini tak lagi hanya menjadi sahabatnya, melainkan kini sudah menjadi istrinya. Walaupun nampak tegar di luar, Ageng tahu betul kalau Levania di dalamnya begitu rapuh. Sudah bersahabat cukup lama dengan Levania, tentunya Ageng tahu seluk-beluk Levania. Bahkan biasanya, ialah yang menjadi orang pertama yang Levania cari ketika ia sedang gelisah. Ya, semua curahan hatinya Levania ceritakan pada Ageng di saat pria itu menjadi sahabatnya. Entah adakah perbedaan di antara keduanya ataukah tidak ketika ternyata mereka menyadari kalau status mereka kini sudah berbeda. *** Up lagi, sebenarnya ada yang nunggu gak ya cerita ini up? Kalau ada, komennya dong biar cerita ini segera dilanjutkan ❤️
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD