2. Kesedihan

1287 Words
Pesta pernikahan sudah selesai tepat pukul sebelas malam, memang cukup malam mengingat kalau tamu yang diundang memang sangat banyak. Levania merupakan anak satu-satunya dari pasangan Teddy dan Sella, tentu saja pernikahan harus diadakan begitu mewah dan mengundang beribu tamu undangan. Sepertinya perbedaan mempelai pria di undangan dan yang hadir tentu akan menjadi pertanyaan banyak orang, tetapi dengan kekuasaan dan kekayaan yang Teddy miliki tentu ia akan dengan mudah mengurus semua itu. Yang terpenting pernikahan putrinya tak berakhir gagal dan memalukan dirinya, masalah lainnya akan sangat mudah ia urus. Tinggal memberi beberapa lembar uang maka semua itu akan beres, biarkan kekuasaannya lah yang bekerja. Ageng membuka pintu kamar Levania, entah mendapat kebaikan dari mana Teddy mengizinkan Ageng memasuki kamar Levania. Mungkin pria paruh baya itu percaya kalau Ageng pasti tidak akan mungkin melakukan hal-hal yang tidak diinginkan pada putrinya mengingat kalau mereka ada perjanjian yang disepakati. Levania tidak ada di dalam kamar, Ageng sudah begitu panik ingin mencari keberadaan Levania. Namun, ketika mendengar suara pintu kamar mandi dibuka dan muncul Levania dengan pakaian tidur bergambar beruang coklat, Ageng dapat bernapas dengan lega. Dengan perlahan ia menutup pintu kamar Levania, agak ragu ia berjalan mendekati Levania yang hanya diam membisu di depan kamar pintu mandi. "A-aku boleh tidur di sini?" tanya Ageng ragu dengan pertanyaannya sendiri, Levania agaknya terkejut mendengar pertanyaan itu. Ageng pikir Levania yang cerewet akan memarahinya dan mengusirnya dari kamar wanita itu, rupanya ia salah karena begitu mendapat anggukan kepala dari wanita itu tubuh Ageng terasa kaku. Ini pertama kalinya ia bisa satu kamar dengan seorang wanita, dan wanita itu adalah orang yang paling ia cintai. Meskipun bersahabat lama dengan Levania, satu kali pun Ageng tak pernah memasuki kamar Levania karena ia begitu menghormati wanita itu. Namun, ini kali pertamanya ia memasuki kamar Levania dan ternyata yang tak ia duga wanita itu sama sekali tak marah dan malah mengizinkannya masuk. "Apa kamu sudah selesai di kamar mandi?" tanya Ageng lagi ketika ia melihat kalau Levania hanya berdiri kaku di depan pintu kamar mandi. Levania tersentak, wanita itu segera pergi dari depan pintu kamar mandi menuju ranjangnya. Dengan pelan, ia duduk di tepi ranjang dengan pikiran yang kosong. Ageng hanya menggeleng pelan sambil tersenyum tipis, pria itu pergi ke kamar mandi karena ia pun harus membersihkan tubuhnya yang terasa begitu lengket. Ageng kelimpungan sendiri karena ia sama sekali tidak membawa baju ganti ketika di dalam kamar mandi, mau tak mau ia keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk sebatas pinggangnya. Suara isak tangis terdengar begitu jelas di telinga Ageng ketika ia membuka pintu kamar mandi, ia melihat Levania meringkuk di atas ranjang dengan sebuah bantal yang menutupi wajahnya. Isak tangis itu terdengar begitu pilu, hal itu membuat Ageng begitu panik. Pria itu mendekati Levania, ia menarik paksa bantal yang menutupi wajahnya Levania dan langsung membawa tubuh wanita itu ke dalam pelukannya. Levania sama sekali tak berontak, ia menangis di dalam pelukan Ageng. Bahkan keduanya tak sadar kalau Ageng belum memakai bajunya, Levania terlalu sibuk dengan tangisnya. Sedangkan Ageng sendiri sibuk menghibur Levania, Ageng tak tahan melihat sahabatnya yang menangis terus seperti ini. "Aku tahu kamu sedih karena Rajendra pergi di hari pernikahan kalian tanpa ada kabar, aku tahu perasaan kamu, Nia. Tapi aku mohon jangan terus-terusan menangis seperti ini, aku enggak tega liat kamu nangis." Ageng merenggangkan pelukannya, ia mengusap kedua pipi Levania yang basah karena air mata. "Mas Jendra pergi, padahal aku cinta banget sama dia. Hiks ... hiks ... kenapa dia ninggalin aku? Padahal selangkah lagi kami akan hidup bahagia, kenapa!? Kenapa, Geng?" Tumpah sudah tangis dan segala emosi Levania di hadapan Ageng, wanita itu memukul-mukul d**a telanjang Ageng kuat-kuat. Seakan ia ingin menyampaikan kalau hatinya begitu sakit karena kepergian Rajendra di hari pernikahan mereka yang seharusnya membahagiakan, pria yang dicintainya pergi meninggalkannya tanpa ada kabar apapun. Hati wanita mana yang tidak terluka? Semua wanita pasti akan marah, kecewa, sedih dan terluka ketika pria yang dicintainya, pria yang diharapkan bisa hidup bersamanya malah meninggalkannya. Ageng sendiri membiarkan Levania memukul dadanya, ia membiarkan wanita itu menumpahkan segala emosinya padanya. Ia membiarkan sampai Levania bisa tenang, hingga ketika ia merasa kalau pukulan Levania memelan, Ageng menyadari kalau ternyata Levania telah tertidur dalam dekapannya. Ageng membaringkan tubuh Levania di atas ranjang dengan perlahan, pria itu mengusap sudut mata Levania yang bersisa air mata dengan lembut. Ageng mengusap rambut panjang Levania dengan lembut, laki-laki itu menghela napas panjang. Tak tega ia melihat Levania menangis seperti ini, sejak dulu ia begitu menjaga Levania dan tak pernah membuat Levania bersedih. "Kenapa kamu harus sesedih itu ditinggalkan oleh so b******k itu, Nia?" gumam Ageng merasa sedih sekaligus kecewa karena ternyata cinta Levania begitu besar untuk Rajendra. "Akan aku pastikan kamu berbahagia selama bersama aku diwaktu yang sudah ditentukan." Ageng bertekad bahwa ia akan membahagiakan Levania semampu yang ia bisa, tak akan pernah ia biarkan Levania menangisi Rajendra lagi. Menatap wajah polos Levania yang sedang tertidur membuat Ageng tersenyum, pria itu mengusap pipi Levania yang begitu lembut. Di saat tidur seperti ini Levania terlihat sangat cantik sekali, meskipun matanya bengkak dan sembab hal itu tidak mengurangi kadar kecantikan dari seorang Levania Audira. Salahkah kalau Ageng kini semakin jatuh hati pada Levania setelah wanita itu menjadi istrinya? Sungguh, perasannya sama sekali tak dapat ia tahan lagi. Sedalam dan selama itu ia mencintai Levania, awalnya ia pikir kalau ia akan patah hati, nyatanya takdir berkata lain. Ia malah menikahi Levania, walau hanya sebagai suami pengganti dan perjanjian bersama orangtua Levania. Tok ... tok ... tok .... Sebuah ketukan pintu membuyarkan lamunan Ageng, pria itu baru sadar kalau ternyata ia belum memakai bajunya. Ageng berubah panik ketika ketukan pintu itu semakin kencang sedangkan ia sama sekali belum mengenakan pakaian, karena takut yang di luar menunggu lama akhirnya Ageng membuka sedikit pintu kamar itu dengan mengeluarkan kepalanya di celah pintu. Di luar berdiri Sella yang ternyata membawa sebuah pakaian. "Ibu pikir kalian sudah tidur, untunglah kalau belum tidur. Ini Ibu bawakan baju ganti, kamu pasti enggak punya baju ganti 'kan?" Ageng mengangguk, ia memang sama sekali tak memiliki baju ganti. "Terima kasih, Bu." Ageng menerima pakaian yang Sella berikan sambil tersenyum. "Ya sudah kalau gitu Ibu pergi dulu ya? Selamat istirahat." Ageng mengangguk dan membiarkan Sella pergi dari hadapannya. Ageng kembali menutup pintu kamar, dengan cepat ia memakai pakaian yang tadi Sella bawakan untuknya. Dengan perlahan Ageng ikut berbaring di samping Levania, awalnya ia ragu karena takut Levania akan marah padanya. Namun, ia bingung ingin tidur di mana karena kamar ini sama sekali tak memiliki sofa panjang, entah ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan atau apa Ageng menarik Levania ke dalam pelukannya. Ageng tersenyum ketika tiba-tiba saja Levania membalikkan tubuhnya ke arahnya kemudian memeluknya erat. "Kapan lagi aku bisa mendapatkan durian runtuh seperti ini?" gumam Ageng tersenyum bahagia. Mungkin sudah biasa ia merasakan pelukan Levania, tetapi jelas saja pelukan kali ini terasa begitu berbeda karena mereka berpelukan di saat status mereka sudah berbeda. Sepasang suami istri yang tidur di atas ranjang yang sama, Ageng yakin kalau malam ini ia akan tidur begitu nyenyak. Pelukan Levania terasa begitu hangat dan mungkin jika wanita itu tidak keberatan, ia ingin menjadi pelukan Levania menjadi hal yang paling ia sukai di dunia ini. Sedahsyat itu rasa cintanya pada Levania dan tentunya hanya ia yang tahu perasannya itu, ia sudah menyimpan rapat-rapat apa yang ia rasa. "Selamat malam, Sayang." Ageng berbisik lirih, Levania hanya bergumam pelan dalam tidurnya. Agak terganggu dengan tidurnya, tetapi ternyata ia malah mengeratkan pelukannya dan semakin nyenyak dalam tidurnya. "Mungkin ini akan menjadi malam terindahku, aku akan tidur dengan nyenyak. Makasih, Nia." Ageng mulai memejamkan matanya hingga ia menyusul Nia dalam tidurnya. *** Entah ini akan di up kapan kelanjutannya, yang terpenting kalian harus tap love dulu ya ceritanya .... Jadwal update biasanya akan author tulis di beranda author.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD