Pangeran Yang Terbuang

1053 Words
Beberapa waktu sebelum terjadi ledakan dari kamar pangeran ketiga belas, dan juga beberapa menit sebelum Pangeran Acer datang ke meja jamuan. Adam selaku orang yang memiliki pengaruh paling besar di sini tengah tersenyum nyalang. “Saya yakin kita semua yang hadir di sini memiliki satu tujuan yang sama. Ataukah ini hanya saya saja?” tanyanya sambil memutar kepala, mengedarkan pandangan dengan menatap satu demi satu wajah kelima para pemimpin keluarga yang lain. “Anak itu … sudah besar juga rupanya, ya? Dia akan berumur tujuh belas tahun dalam tiga hari nanti.” Nyonya Carla merespon, sambil mengibaskan pelan kipasnya dalam gerakan yang terkesan elegan. Bibirnya tebal dan terlihat sangat mencolok dengan warna semerah darah. “Dan dia sudah lancang mengundang kita seperti ini.” Salah seorang pria dengan topi besar di kepalanya ikut menimpali. Dia adalah kepala keluarga dengan gelar bangsawan di bawah Reasent, yakni Fort. Dari beberapa keluarga Fort yang tersebar di seluruh Kerajaan Atlantesia, Keluarga Achilleo Fort adalah keluarga yang paling terkenal. Bahkan lebih besar dari pada keluarga Fort yang asli. Yakni keluarga yang mendapat gelar bangsawan Fort karena nenek moyang mereka adalah anak dari Raja Exilus. “Haha, kau benar, Dante. Keluargamu adalah yang paling kuat dari seluruh Fort yang ada di kerajaan ini, bukan?” Pria dengan rambut perak paling mencolok karena wajahnya yang cerah terdengar bersuara juga. “Pasti bocah itu berpikir untuk membuat kita berada di pihaknya. Agar kita bisa mendukung dia menjadi pewaris utama. Naif sekali,” ujar Diego. Dia memiliki gelar bangsawan Erdest. Gelar bangsawan selanjutnya, di bawah dari Fort. Sama halnya dengan Dante Achilleo yang memiliki gelar Fort paling besar dari pada Fort yang lain, Diego Cardy pun juga demikian. Dari seluruh keluarga bangsawan dengan gelar Erdest, keluarga yang dia pimpinlah yang paling kuat. Ini juga terjadi karena faktor bahwa Keluarga Cardy Erdest sudah lama berdiri. Yakni dari anak Raja Exilus itu. Cardy Erdest sampai sekarang tetap mempertahankan kekuasaan mereka. “Saya yakin bahkan Yang Mulia Raja tidak tahu menahu tentang pertemuan kita hari ini, di sini. Apa tidak apa-apa?” Kali ini pemimpin keluarga selanjutnya juga sudah membuka suara. Wajahnya malah diwarnai dengan ekspresi cemas yang begitu ketara. Dia adalah Ellio Dominic Cons. Pemimpin dari Keluarga Dominic Cons. Gelar Cons sendiri merupakan gelar bangsawan yang berada di bawah Erdest. “Kalau kau takut, tidak perlu kemari. Sebenarnya untuk apa kau berada di sini? Kau bisa pulang dengan izin sakit perut. Jika kau mau, lakukan sekarang,” gerutu pemimpin keluarga yang tampak paling banyak cerewet di sini. Laiv Ludovic Ecrest. Pemimpin dari Keluarga Ludovic Ecrest. Ecrest sendiri merupakan gelar bangsawan paling rendah. Namun, Ludovic Ecrest sedikit berbeda dengan keluarga Ecrest yang lain. Bisa ditebak, bukan? Itu karena Keluarga Ludovic Ecrest merupakan keturunan dari anak Raja Exilus yang terakhir. Jadi seperti itulah pembagian wilayah dan kekuasaan secara turun-temurun sejak Raja Exilus. Sang raja tetap membuat hanya keluarga kerajaan yang tetap memiliki Jantung Penyihir. Meski begitu, ia menyuruh enam anaknya yang lain untuk memimpin tempat mereka yang sudah dibagikan secara masing-masing. Walau pada akhirnya terjadi perpecahan, tapi kini semua wilayah tersebut telah bersatu lagi di bawah kekuasaan Kerajaan Atlantesia. Berkat raja yang memimpin sekarang. Apalagi, pada hakikatnya Jantung Penyihir jika bisa dimanfaatkan sangatlah luar biasa. Itu terbukti dengan Raja Lemonds—Raja Atlantesia saat ini—yang bisa menggunakan Jantung Penyihir dengan memaksimalkan fisik. Sehingga sang raja dapat berumur panjang dalam keadaan sehat sentosa. Bahkan sudah terhitung enam puluh tahun sejak Raja Lemonds berkuasa. Raja yang membuat Atlantesia berada pada titik kekuasaan yang paling berjaya. “Ah … Kepala Pelayan sudah datang,” bisik Dante yang membuat seluruh percakapan antara orang-orang di sana tadi langsung terhenti. Kepala pelayan pun mengumumkan akan kedatangan pangeran kedua. Waktu bergulir dengan sangat tidak terasa, bahkan jamuan makan atau hidangan utama saja belum datang, tapi pertemuan ini sudah harus kacau karena suatu ledakan yang sangat meresahkan. Apalagi titik ledakan tadi tidaklah jauh dari posisi mereka saat ini. “Rudh,” panggil Acer dengan gigi yang menggertak nyaring. “Bukankah ledakan tadi berasal dari kamar Ashleigh?” tanyanya seakan masih merasa ragu. Rudh adalah kepala pelayan di Istana Sirius ini. Orang tua tersebut mengangguk dengan penuh keyakinan. Bahkan air wajahnya tampak cukup tenang. “Benar, Pangeran. Itu berasal dari kamar pangeran ketiga belas,” jelasnya lugas. “Sial! bocah itu! Padahal sudah aku peringatkan untuk tidak membuat keributan! Apa-apaan dia?” Omelan Acer berhasil membuat keenam kepala keluarga di sana saling melempar tatap. Seolah tengah melakukan telepati. “Cepat kau urusi sana! Hukum dia atas perintahku! Dia harus diberi pelajaran dan kau pun sama!” bentak Acer yang memang tidak pernah bisa mengendalikan emosinya. Sering kali meledak hampir dalam setiap kondisi. “Baik, Pangeran Acer,” sahut Rudh penuh kepatuhan akan kesetiaan. Dia lalu membungkuk dalam lalu melangkah cepat ke sumber ledakan, bersama dengan beberapa ksatria lain yang tengah berjaga. Bahkan kini nyala api sudah mulai berkobar dari bangunan sana. Acer melirik pada enam pemimpin dari keluarga besar tadi. Keringat dingin mulai bercucuran dari kening. Giginya bergerak gemetaran. Bagaimana ini? Sekarang apa yang harus ia lakukan di tengah situasi kacau seperti saat ini? Tanpa sadar, Acer mulai menggigit kuku-kuku jarinya sendiri, wajah tampan tadi tenggelam dalam rasa ketakutan yang tidak bisa dijelaskan bahkan hanya dengan kata-kata saja. Acer tidak ingin para pemimpin keluarga tadi bertemu dengan adiknya yang terkutuk itu, tapi Acer juga tidak mungkin menyuruh mereka semua untuk tenang, diam, dan melanjutkan acara jamuan. Acer dengan terpaksa membalikkan badan, menghadap penuh kegugupan para pemimpin keluarga bangsawan paling tinggi tadi. “Anu … se-semuanya—" “Bisa-bisanya ada serangan di istana pangeran,” sela Adam dengan tatapan yang sangat dingin. Wajahnya tampak gelap, seolah dipenuhi oleh kebencian. “Apalagi saat kita berada di sini,” timpal Dante dengan nada sengaja dibuat dramatis. “A-Apa kita harus sembunyi?” Hanya Ellio yang benar-benar merasa ketakutan dan terancam di tengah-tengah taman nan indah ini. “Para penyusup itu harus di balas, Pangeran Acer. Mereka sudah kurang ajar karena berani menyerang di acara yang Anda selenggarakan bersama kami.” Laiv maju dengan pedang besar di tangan. Ternyata ia tadi sudah melakukan sihir pemanggilan senjata. Wajah garangnya terlihat sangat bersemangat untuk membunuh orang. T-Tidak! Acer hanya dapat diam dengan wajah pucat pasi. Ia mematung ketika enam pemimpin dari keluarga tertinggi tadi berjalan melewatinya begitu saja. Mereka semua … tengah menuju pada Ashleigh. Ini sangat berbahaya!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD