Pangeran yang Terbuang 2

1151 Words
Pangeran Acer yang tidak bisa menghentikan para pemimping dari keluarga bangsawan tertinggi itu pun, berakhir dengan membuntuti di belakang, tiap langkah kaki yang mereka ciptakan kini sudah semakin dekat dengan sumber keributan. Beberapa orang ksatria dengan baju zirah yang lengkap juga ada sekali dua melewati rombongan ini terlebih dahulu, itu karena para ksatria tadi berlari dengan sangat cepat. Meski demikian, mereka masih sempat memberi salam hormat singkat dengan menunduk sekilas. Seisi Istana Sirius benar-benar ribut sekarang. “Pangeran Acer,” panggil Adam dengan memelankan langkah agar bisa sejajar dengan Acer. Tidak ada yang bisa mengkritik seorang pangeran yang saat ada bencana akan berjalan di belakang. Karena pada dasarnya pangeran yang merupakan masa depan dari kerajaan harus dijaga. Para ksatria tadi langsung menuju lokasi karena melihat bahwa Acer telah dijaga oleh enam pemimpin keluarga bangsawan tertinggi secara sekaligus. Sedangkan untuk para pangeran yang lain, tentu saja sudah para ksatria amankan—kecuali satu pangeran, Ashleigh tentu saja. “Ada apa, Adam?” Acer berusaha menjaga ekspresi wajah. Padahal lehernya sudah berurat, menunjukkan amarah yang tengah meluap-luap. “Saya tadi mendengar kalau Anda ada menyebutkan sesuatu, apa itu Yang Mulia Pangeran ketiga belas?” pancingnya sambil tersenyum sampai matanya terlihat mengatup semua. Acer tidak bisa mengelak, tapi ia juga lebih tidak ingin menjawab. “Entahlah. Hanya perkiraan saja,” sahut Acer sekenanya. Ia memalingkan wajah, menatap lurus ke depan. Tanpa Acer sadari, ada senyuman penuh arti dari mimik muka Adam di samping. “Saya sangat penasaran dengan keturunan terakhir dari raja Lemonds itu, sibungsu,” timpal Adam semakin menyulut api cemburu di dalam benak Acer. Adam sendiri merasa tidak begitu rugi untuk datang ke dalam jamuan ini. Akhirnya dia bisa melihat atau bahkan bertemu langsung dengan pangeran yang disembunyikan itu. Kutukan Sihir. Adam pun sangat penasaran dengan hal tersebut. Siapa tahu Keluarga Pice Altess bisa— DUARR!! Ledakan susulan kembali berkobar, kali ini dengan angin yang lebih kencang sampai-sampai Diego harus mengeluarkan sihir berupa tameng perlindungan, agar mereka semua tidak terlempar dari tempat berdiri sekarang. Suara riuh para ksatria pun mulai terdengar semakin panik. Kini mereka semua sudah berada di lokasi kejadian. Di depan sana … adalah kamar dari pangeran ketiga belas yang terbuang. “Padamkan apinya!” teriak salah satu ksatria yang sibuk menarik beberapa rekannya yang terluka akibat ledakan kedua tadi. “Cepat! Cepat! Cepat!” pekik beberapa ksatria lain yang sudah mengeluarkan gulungan air berukuran sedang dari kedua tangan. “Evakuasi yang terluka!” seru ksatria lain. “Kumpulkan lebih banyak orang lagi!” “Kita harus menyelamatkan tempat ini!” “Yang memiliki kemampuan tekanan udara siapa? Kita harus menetralkan anginnya!” “Bentuk formasi! Minimalisir korban!” “J-Jangan lupa bahwa prioritas utama kita adalah Pangeran Ashleigh!” Keenam pemimpin keluarga tadi, beserta Acer tampak terdiam lebih dahulu di depan kamar Ashleigh. Tidak. Mereka bukan takjub dengan bagaimana usaha para ksatria rendahan itu dalam menghadapi situasi mencekam ini. Mata mereka semua kini terpaku pada satu objek luar biasa yang tengah mengamuk di depan sana. Ada gulungan besar berbentuk bola yang terdiri dari guntur dan petir, kilatan cahaya, api ungu, angin yang menggiling, serta tanah yang bercampur dengan besi. Tepat di tengah-tengah kumpulan mana berkekuatan tinggi tersebut ada sosok dari pangeran ketiga belas, dia tampak sangat tersiksa karena terjebak di dalam sana. “Pangeran Acer,” panggil Adam dengan suara tegas. “Y-Ya?” Wajah pria itu tampak sangat serius. “Ini … bukanlah sesuatu yang dapat Anda atau para ksatria itu tangani. Tolong izinkan kami untuk mengambil alih.” Itu bukanlah sebuah permintaan, lebih berkesan pada suatu perintah. Tidak ingin kehilangan harga diri dengan konyol di sini, Acer pun hanya dapat menghela napas berat dan mengangguk. “Baiklah, Adam. Aku serahkan padamu dan kepala keluarga yang lain.” Tersenyum tipis, Adam pun membungkuk dengan hormat. “Segala keagungan terlimpahkan pada matahari Atlantesia,” pujinya. Setelah itu, ia mengangkat kepala. “Anda harus mengungsi sekarang, saya akan menyuruh seluruh ksatria di sana untuk mengawal Pangeran.” Pada saat itu, Acer bisa tahu bahwa Adam tidak akan pernah mau berada di pihaknya. Bahwa Pemimpin dari keluarga bangsawan paling tinggi di kerajaan Atlantesia itu … tidak akan sudi untuk bekerja sama dengan dirinya yang mungkin di mata Adam, Acer masih terlalu mudah serta … terlalu lemah. Sial! Acer hanya dapat mengepalkan tangan sambil mengigit bibirnya kesal, sampai ada rasa asin yang bisa lidahnya kecap. Tanpa banyak debat, Acer pun membalikan badan, lantas melangkah cepat dengan segera disusuli oleh puluhan ksatria yang sudah Adam usir barusan. “Nah.” Adam menepuk tangan, berdiri dengan posisi paling muka, tepat di depan gumpalan bola dengan banyak campuran elemen dari mana berkekuatan tinggi milik Ashleigh tersebut. “Bukanlah kalian setuju untuk melakukan ini karena penasaran dengan pangeran yang disembunyikan itu, juga?” tebaknya sedikit memaksa. “Tidak,” elak Ellio cepat, ia langsung menggeleng keras. “K-kalian lah yang memaksaku untuk berada di sini!” keluhnya setengah protes. Pria ini memang pada dasarnya penakut. Ellio lebih suka berkutat dengan ribuan dokumen dari pada disuruh untuk bertarung. “Haha. Jangan begitu.” Laiv mendekati orang yang sebenarnya sudah berteman lama dengannya ini. Mereka memiliki satu guru les yang sama. “Kemampuanmu adalah yang paling kami butuhkan di sini.” Laiv memutar kepala ke arah Adam. “Bukan begitu, Pice Atless?” tanyanya sambil tersenyum nyalang. “Benar sekali.” Carla malah ikut menimpali. “Melihat keadaan yang ada, kemampuan Anda lah yang bisa kami andalkan, Tuan Dominic Cons.” “Kami juga setuju,” tambah kepala keluarga yang lain. Membuat Ellio semakin merasa terpojok. “Hah ….” Tampak wajah Ellio bertambah pias. “Baiklah-baiklah.” Ia merenggangkan tubuh, bersiap mengambil ancang-ancang. “Kalian bisa membuka celahnya untukku, bukan?” “Tentu saja!” sahut lima orang di sana secara bersamaan. Mereka pun tak mau kalah, segera mengambil posisi dengan berdiri sejejer di depan Ellio. Rencananya sederhana, mereka akan menyerang lingkaran yang mengurung pangeran ketiga belas itu. Saat lubangnya terbuka, maka Ellio akan menyegel tubuh sang pangeran. Jadi, ledakan mana akibat pembangkitan sihir ini bisa dikendalikan. “Baiklah.” Ellio mulai banjir oleh keringat, berkali-kali ia mengatur napas dan menjilati bibir. Ellio benar-benar tidak pernah terbiasa dengan sebuah pertempuran. Lagi pula, sihir penyegelan miliknya biasa digunakan setelah pertempuran. Dan bukan di medan perang. “Kau harus siap.” Adam dengan batu sihir yang ia jadikan cincin di jari jempol kanan mulai mengumpulkan mana dari dalam diri dan untuk mengeluarkannya, tentu perlu juga mana sihir dari alam. “Ayo kita serang sama-sama. Jangan dengan kekuatan penuh,” beo Adam. “Satu goresan saja pada tubuh seorang pangeran, kita bisa dibunuh oleh raja.” Peringatan bagus yang membuat keadaan jadi bertambah tegang. “Oi, cepat.” Diego mulai mengajukan protes, ia yang dari awal sudah menggunakan perisai pelindung berupa setengah lingkaran sudah mulai lelah. Makanya mereka semua tidak apa-apa ketika mendekati Ashleigh, itu semua berkat Diego. “Kunci kedua!” teriak Adam, Carla, Dante, dan Laiv secara bersamaan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD