Kemunculan Kekuatan Baru

1114 Words
Ellio tengah mempersiapkan salah satu segel terkuatnya, di mana kemampuan dari serangan itu bisa mengurung matahari sekali pun—jika dia mau. Dan segel ini tentunya cukup istimewa karena tidak akan menyakiti objek yang berada di dalamnya. “Kunci Kedua,” seru Adam dengan suara rendah. “Kegelapan Matahari Malam, Pedang Gerhana!” Maka munculah lingkaran sihir berwana hitam dengan pola yang terkesan tajam. Lantas, keluarlah dari lingkaran sihir tadi beberapa buah pedang dengan lukisan gerhana matahari total pada tiap ganggang. Kemudian pedang-pedang tadi langsung menyerang tepat ke arah bola mana yang menyelimuti Ashleigh di depan sana. “Kunci Kedua.” Carla juga ikut menyerang dalam waktu yang bersamaan. “Warna Kebenaran, Cahaya Putih!” serunya lantang. Seperti tadi, muncul lingkaran sihir tapi kali ini dengan warna putih, kemudian sebuah gelombang menyilaukan dengan ujung yang tajam langsung menusuk bola mana milik Ashleigh. Dante pun tak mau kalah. “Kunci Kedua. Wahana Listrik, Membara!” tekannya dengan sedikit menjaga tenaga. Ia ingat pesan Adam kalau mereka tidak boleh melukai barang segores pun tubuh pangeran malang di dalam ledakan mana itu. Terdengar suara seperti kaca yang pecah dari bola mana Ashleigh tadi. tampaknya serangan listrik milik Dante sebagai serangan yang ketiga memiliki dampak yang cukup terlihat. Kumpulan mana menggila di sana tampak retak. “Sedikit lagi, Laiv,” bisik Dante dengan wajah serius. “Ingat, jangan berlebihan,” peringat Adam lagi. Takut bahwa pria di sana malah lepas kendali … seperti hari-hari biasa. “Jangan menatapku seperti anak kecil begitu, kalian semua.” Laiv yang merasa tersinggung sudah tidak menggunakan bahasa yang formal lagi. Dalam aturan kerajaan, harusnya sesama kepala atau pemimpin keluarga tetap menggunakan kata ‘saya’ untuk menyebutkan diri. “Kunci Kedua.” Laiv memulai serangan terakhir yang diharapkan dapat membuka celah dari mana menggila di depan sana. “Racun Bunga, Kelopak Mematikan!” Tampak raut wajah terkejut semua orang yang berada di sana. Bahkan sihir pelindung yang Diego pasang sedari tadi hampir saja goyah karena jantungnya berdetak lebih cepat dari pada seharusnya. Ellio pun sama. Hampir saja dia batuk dan muntah kalau tidak menjaga sirkulasi darahnya dengan segera. Laiv benar-benar begundal gila. Dia menggunakan salah satu teknik andalannya untuk menolong seorang pangeran? Yang benar saja! Kalau Yang Mulia Raja Lemonds tahu … mungkin kepala mereka semua akan dipenggal satu-satu. KRAKK!! Dengan sangat ajaib, puluhan kelopak bunga dengan ujung yang lebih tajam dari pisau tadi menancap di bola mana yang menelan Ashleigh, lalu kelopak bunga itu menyuntikkan racun yang membuat bola mana tadi langsung mengalami pecahan yang besar. Tubuh kurus pangeran ketiga belas yang sudah tidak sadarkan diri langsung terlihat jelas. “ELLIO SEKARANG!” pekik semua orang dengan wajah yang cukup tegang. “Kunci Pertama Tingkat Tinggi,” sebut Ellio cepat. “Segel Telur Naga.” Ia merasakan tekanan harapan dan kecemasan yang membuat pria ini berada diambang kegilaan. Salah sedikit saja … tamatlah seluruh riwayat mereka, sampai dengan anak dan istrinya. “K-Kurung!” perintah Ellio sambil memejamkan mata. Maka dalam hitungan setengah detik saja, tubuh ringkih Ashleigh di dalam bola mana menggila tadi langsung diambil alih oleh sebuah telur bersisik yang langsung menelan Ashleigh. Misi mereka berhasil! Laiv langsung menopang tubuh Ellio yang lemas tak berdaya. “Kau berhasil, sobat!” puji Laiv dengan bangga. Ternyata pria ini tidak merasa bersalah sama sekali sudah membuat suasana menjadi sedikit panik karena ulahnya tadi. Sebenarnya, Laiv sudah menduga akan hal tersebut. Namun, Laiv tidak memberitahu kalau dia sudah bisa mengendalikan kadar kekuatan miliknya sendiri. Ia rasa hal tersebut tidak perlu didiskusikan. Langsung praktek saja tanpa banyak bicara. Begitulah prinsip hidupnya. “D-Dasar tidak ada otak!” maki Ellio kesal, memukul d**a Laiv meski dengan hantaman yang lemah saja. Bahkan napas pria ini masih terengah-engah. Mengeluarkan sihir seperti tadi sungguh menguras lebih dari setengah mana yang ia di dalam tubuhnya. “Kau tadi membuatku terkena serangan jantung!” protes Diego mewakili semua perasaan orang-orang di sana. Ia berniat mukul kepala Laiv, tapi urung mengingat keberadaan mereka saat ini adalah di dalam istana. Saking emosinya, Diego sampai-sampai juga ikut-ikutan tidak menggunakan bahasa formal lagi. “Heh.” Laiv malah tersenyum nyalang. “Kalian semua ini terlalu kaku.” “Kau—hhh hampir membuat kita dieksekusi Yang Mulia Raja, tahu!” Ellio menarik kerah baju Laiv dengan tatapan penuh amarah nan membara. “Kenapa aku harus mengeksekusi kalian semua?” tegur sebuah suara dengan sedikit menggema yang terdengar amat bijaksana—karena nada berwibawa yang khas. Tanpa perlu melihat pun, semua orang di sana langsung tahu siapa gerangan sosok yang datang di tengah kekacauan. Memang karena panik tadi, sepertinya mereka jadi menghilangkan satu pemikiran penting. Tentang kemungkinan dari kedatangan raja karena keributan di istana para pangeran ini—Istana Sirius. “Hormat kami, pada matahari Atlantesia, semua keberkahan terlimpahkan pada Anda, Yang Mulia Raja,” sebut keenam orang di sana yang langsung mengambil posisi khas menghormat raja dalam keadaan tidak pantas—pakaian tidak rapi, suasana buruk misalnya. Posisi ini sama seperti seorang ksatria yang hendak dilantik. Yakni posisi setengah duduk, dengan tangan kiri di sembunyikan di punggung, kaki kiri dilipat ke belakang, satunya ke arah depan sebagai tumpuan dari tangan kanan. Lalu kelapa yang menunduk dalam. “Kalian boleh berdiri sekarang,” perintah Raja Lemonds ringan. Lantas, keenam dari pemimpin keluarga bangsawan tertinggi itu langsung menegapkan tubuh mereka kembali. “Sepertinya ….” Raja Lemonds menggosok janggut putihnya yang panjang. “Aku tidak pernah mendengar ada pertemuan antara para bangsawan tertinggi?” sindir sang raja di akhiri dengan tawa menekan. Ah, satu lagi tentang etika kerajaan. Bahwa yang memiliki identitas lebih tinggi bisa bebas menggunakan bahasa formal atau tidak pada orang di bawahnya. “Kami siap menerima hukuman dari Anda, Yang Mulia Raja,” sebut Adam mengambil alih sebagai perwakilan. Posisinya sebagai Keluarga Pice Altess membuat lima orang yang lain tidak terlihat protes sama sekali. “Aku maunya sih, begitu.” Raja Lemonds melangkah melewati semua pemimpin keluarga itu. Dia berhenti tepat di depan sebuah telur bersisik dengan berbagai warna campuran yang sedari tadi berkilauan. “Tapi kalian semua sudah menyelamatkan nyawa anakku.” “Kalian sebaiknya pergi,” ucap Raja Lemonds lagi, mengusir tanpa basa basi. “Segala keagungan pada Yang Mulia Raja Atlantesia,” pamit keenam pemimpin keluarga bangsawan tertinggi tadi secara serentak. Mereka pun langsung mengambil langkah secepat mungkin untuk menjauh dari lokasi kejadian. Melihat respon itu, maka dugaan Adam benar. Selama ini, dia tidak ingin percaya dengan rumor yang mengatakan bahwa raja telah membuang dan mengucilkan pangeran ketiga belas. Rasanya itu tidak mungkin. Karena Adam tahu betul identitas dari bocah di dalam segel itu. Ini jadi semakin menarik. Ada senyuman licik yang Adam sembunyikan. “Bukan dibuang … ya? Lalu kenapa dia terlantar?” Adam beradu tanya dengan diri sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD