Pertemuan Rian dan Riana

1174 Words

Genap hampir dua minggu, Mas Rian sudah tidak pernah menggangguku dan Bian. Ada rasa kehilangan dan sesak yang membuat kami sulit beradaptasi. Kami terbiasa 8 tahun bersama kini harus menjalani hidup bertiga saja, bersama janin yang kukandung. "Mah, makan dulu yuk ...," ajak Bian menarik jemariku. "Bian aja ya sayang, Mamah lagi nggak mau makan," keluhku lemah. Rasa mual yang menjejal d**a membuatku enggan untuk makan apalagi mencium bau nasi. "Tapi, Mamah sudah 3 hari nggak makan," protes Bian lagi. "Iya sayang, Mamah belum bisa makan nasi." "Dede bayi kok begitu ya Mah, jahat," keluh Bian. "Nggak kok sayang, ini bukan karena dedek bayi jahat. Tapi, karena proses seseorang yang sedang hamil itu ya begini," jelasku pelan mencoba membuatnya mengerti dan tidak membenci adiknya. Bian

New users can unlock 2 chapters for free!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD