Bag 2

1813 Words
Tiba tiba Yvan limbung terdorong ke belakang. Tanpa disadari, komik itu sudah jatuh ke tangan Naya.  Sambil bersorak senang, Naya menggoyang goyangkan komik itu di depan mata Yvan. "Hah... kasian deh lo! Makanya jangan anggep remeh tenaga cewek! Komik ini jadi milik gue sekarang! Aaa... senengnya..." Naya tersenyum lebar sambil memeluk komik itu. "Om Yv, mana komiknya? Katana akuh diculuh tunggu dicitu, tapi Omnya enggak balik-balik! Pegel tau, Om, tunggu-tunggu Om lama!" Sungut gadis kecil cantik kira-kira berusia lima tahun yang datang tiba-tiba dari arah timur. Perlahan, Yvan berlutut untuk mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan bocah cantik tersebut. "Maaf, Chelsea sayang, komiknya habis. Nanti kita cari di toko buku lain ya, Baby-nya om yang cantik," jelas Yvan sambil mengusap lembut rambut kuncir dua bocah yang disebut Chelsea itu. "Lagi, Om??? Kita udah putal-putal mall di cana-cini dari kemalen, tapi keabisan melulu. Chelcea capek, Oooomm!" jawab Chelsea sambil menghentak-hentakkan kaki mungilnya ala anak kecil sedang merajuk. "Ehem…" Naya yang melihat pemandangan tak terduga itu langsung menyodorkan komiknya pada Yvan. "Nih! Bilang dong kalau buat anak kecil!" Sungut Naya. Setelah itu, wanita ini melenggang pergi. Namun sebelum dia benar-benar berbalik pergi, sekilas Naya tersenyum lembut pada Chelsea. "Eh, tunggu..." Yvan kembali berdiri sambil mencoba memanggil wanita itu. Namun Naya sudah terlanjur berjalan menjauh dari tempatnya sekarang. "Om, kakak cantik itu capa? Ini dia kacih komiknya? Yang akuh mau? Kakak itu baik ya, Om!" Chelsea langsung melompat-lompat sambil terus mengoceh pada Yvan. "Om halus bilang makacih cama Kakak cantik itu ya?!" Chelsea terus saja mengoceh dengan tatapan malaikatnya. Yvan hanya mengangguk dan memperhatikan punggung Naya yang semakin menjauh sampai menghilang dari pandangan. 'Tadi om mau bilang makasih, tapi kamunya malah tarik celana om,' batin Yvan pasrah. Pria ini tersenyum kecil saat melihat wajah berbinar gadis cilik bernama Chelsea itu. "Ayo kita bayar dulu." Yvan menggandeng tangan mungil Chelsea menuju ke arah kasir.  Di sela langkah kakinya, pikiran pria ini dipenuhi wajah Naya yang tadi tersenyum lembut pada Chelsea. Senyum semringah terbit dari bibirnya. "Gak salah cewek itu dijulukin bidadari." "Tenapa, Om?" Yvan langsung menggeleng kencang dengan senyum yang belum luntur, saat Chelsea berhasil membuyarkan lamunannya. *** "Yang bener ini novel, Kina?? Banyak pake banget! Lo khilaf atau gimana?" seru Naya terkejut sambil membawa tentengan plastik novel milik Kina ditangannya. Sedangkan tangan kiri dan kanan Kina juga menenteng plastik yang sama. "Hehehe... mumpung__" Kina sengaja memotong ucapannya seiring langkah kaki mereka ke luar toko buku. "Mumpung?" tanya Naya tak mengerti. "Mumpung pakai kartu kredit bokap... hahaha..." jawab Kina terbahak. "Sumpah kalau gue jadi bokap lo, gue pecat lo jadi anak!" Naya geleng geleng kepala. "Untung lo bukan bokap gue. Hahaha..." Naya kembali menggeleng, kali ini gelengan pasrah karena jawaban Kina. Drrttddttt... "Eh tunggu, kayaknya ada yang nelepon gue." Naya merogoh tasnya, lalu mengeluarkan benda pipih berwarna putih. "Dari Hani," ucap Naya sekilas sebelum menjawab telpon Hani. >>"Nay dimana?!" suara Hani terdengar nyaring dan kesal dari seberang sana. "Halo Assalamualaikum, Hani... Ya ampun gak bisa pakai salam dulu apa?" jawab Naya menasehati. >>"Iya Waalaikumsalam, Naya. Lo dimana?!" Hani kembali bersuara, masih dengan nada yang sama. Sambil geleng-geleng kepala ke arah Kina, Naya menjawab bahwa dia dan Kina ada di sebuah mall. >>"Apa?? Lo pada ke mall gak bilang gue?! Terus itu yang lo bilang sahabat?! Nay, lo jahat banget, sumpah! Ngeselin banget sih!" "Han, tadi tu gue--" Tut... tut... tut... "Hah? Dimatiin sama dia," ucap Naya sambil menatap Kina. Kina hanya mengedikkan bahu tanda tidak peduli. "Childish!" bisik Kina. Drrttddttt... Lagi-lagi ponsel Naya bergetar dan menampilkan nama Hani di layarnya. "Hal--" >>"Gue menuju ke sana! Lo berdua di mananya?!" "Gue sma Kina di depan toko buku," jelas Naya. >>"Tunggu di situ, jangan kemana-mana!" perintah Hani. "Oke." Naya hanya membalas singkat, dan Hani langsung memutuskan sambungan teleponnya. "Dia minta kita tunggu di sini, Na." Dengan wajah malas, Kina mengangguk, karena dia tahu Naya tidak akan tega dengan Hani. Kina melakukan ini untuk sahabatnya tersayang, yaitu Kanaya si hati bidadari. Setelah 15 menit menunggu, Hani datang dengan wajah yang terlihat tak bersahabat sama sekali, wajah yang seakan siap menerkam siapa saja yang mengganggunya. "Nyebelin kalian berdua!" bentak Hani, wanita berwajah setengah bule yang terlihat sangat sempurna. Wajah cantik nan juteknya sangat digilai laki-laki. Apalagi Hani punya bentuk tubuh yang diimpikan para wanita. Tubuh langsing, tinggi, kulit putih dan wajah blasteran dari ibu dan ayahnya. "Lebay lo!" tembak Kina. "Lo bilang apa?! Dasar cewek jadi-jadian! Tomboy tapi suka novel romance! Gak nyambung banget hidup lo!" cerocos Hani tajam. "Biarin aja gak nyambung. Emang lo ngerasa hidup lo nyambung? Muka malaikat, kelakuan iblis," balas Kina santai. Naya hanya dapat menoleh ke arah Kina dan Hani bergantian. 'Huft... mulai lagi deh mereka. Ini gak bisa dibiarin,' batin Naya. "Udah, stop! Diliatin orang kali. Kalian itu ngalah-ngalahin tom and jerry aja." Naya menghela napas seakan ada beban berat di pundaknya. Kina dan Hani saling menatap sinis, lalu setelah itu, saling membuang muka seolah-seolah tak ingin saling memandang. "Makan yuk,” ucap Naya mencoba mencairkan suasana kaku ini. Naya tersenyum manis ke arah mereka berdua. Dengan ceria, Naya merangkul bahu Hani dan menggandeng tangan Kina yang terdapat plastik belanjaan buku milik Kina. Mereka menuju food court yang terletak di lantai lima menggunakan lift yang berada tak jauh dari toko buku yang sempat disinggahi Kina dan Naya. Selalu seperti ini, jika Hani dan Kina sudah memanas, Naya akan menjadi pendingin untuk mereka berdua. *** "Kanaya, tolong kamu bawakan tugas-tugas ini ke meja saya di kantor ya. Saya ada urusan sebentar," ucap Pak Dody, salah satu dosen Kanaya. Karena kelas sudah langsung sepi, dan tinggal Naya yang tersisa di sana, jadi pria itu meminta Naya. "Baik, Pak." Patuh Naya. Wanita ini segera ke luar kelas dengan tumpukan tugas yang ada di tangannya. Naya berjalan menyusuri koridor kampus yang sepi menuju ruangan dosennya itu. "You're so gorgeous... I can't say anything to your face…" Wanita ini bersenandung kecil menyanyikan lagu dari Taylor Swift, salah satu musisi idolanya. "Sstttsttstst..." 'Apa tuh?' batin Naya terkejut. Dia menghentikan sebentar langkahnya, untuk mendengar lebih jelas desisan yang sempat tertangkap indera pendengarannya. 'Kayaknya gak ada apa apa… huft... apa cuma perasaan gw aja ya?’ Naya kembali berjalan. "Sssttststt..." Desisan itu kembali terdengar di belakangnya. Naya mempercepat langkahnya karena jujur dia adalah orang yang penakut. "Sstt... Sttts..." Suara itu semakin mendekat, yang membuat Naya semakin mempercepat langkah kakinya. Namun semakin dia mempercepat langkahnya, suara desisan itu semakin jelas. Karena benar-benar takut, akhirnya Naya memutuskan berlari dan, "AAAAAAAA..." jerit Naya karena tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya. Kertas tugas sang dosen jatuh berserakan ke atas lantai. Namun Naya tidak memedulikan kertas-kertas tersebut. Yang Naya pikirkan saat ini suara menyeramkan itu dan tepukan di pundaknya. Wanita ini membaca doa-doa yang dia hapal. Berharap hatinya bisa segera tenang jika memang suara yang didengarnya tadi adalah makhluk gaib. Sambil memejamkan mata dengan masih berdiri terpaku, Naya khusyuk berkomat-kamit. "Hey, Nay..." seru suara di belakangnya. Mulut wanita ini langsung berhenti berdoa. Matanya membuka perlahan. Dia menolehkan kepala ke belakang, dan matanya langsung bertatapan dengan bola mata hazel milik__ "Yvan??" ucap Naya tak percaya. Wanita ini ternganga sambil menatap pria itu dari atas sampai bawah. Naya masih belum dapat kembali bersuara beberapa saat. Tak berapa lama, wajah wanita ini terlihat murka. "Gil4 lo, Yvan sialan! Ber3ngsek! Bikin gue jantungan aja! Lo mau buat gue m4ti muda ya?! Asal lo tau, gue itu punya cita-cita banyak! Mana gue belum nikah pula! Sial4n lo dasar!" Wanita ini memukuli bahu Yvan membabi buta. Jantungnya benar-benar berdebar hebat karena dia pikir dia diganggu makhluk halus. Yvan meringis nyeri. Pukulan Naya di tubuhnya lumayan terasa. "Udah, Nay... ampun gue..udah..aduh..aduh..udah..." Naya tak peduli permintaan pria di depannya ini. Tangannya masih terus saja menyiksa tubuh Yvan layaknya memukul samsak. Setelah puas, wanita ini menghentikan aktifitasnya. Matanya mendelik tajam. "Lagian..ngapain sih lo..st-st’an segala?! Kayak siluman... ular aja lo!!" ucap Naya di sela usahanya mengatur napas yang terengah karena menyiksa Yvan. Wanita ini mencari dinding terdekat untuk bersandar. 'Gila..tu badan apa samsak?! Sakit tangan gue mukul badannya. Sering nge-Gym kali nih orang,' batin Naya sambil memperhatikan tubuh Yvan dari atas sampai bawah. Yvan hanya memperhatikan Naya yang masih terengah sambil bersandar di dinding koridor. 'Miss bidadari cantik juga kalau lagi galak. Gemes deh gue jadinya! Jadi pengen c1um...' Yvan tersenyum tanpa sadar, membuat Naya memicingkan mata curiga. "Heh... Silum4n ular putih, ngapain lo senyum-senyum liat gue?! Awas lo ada pikiran m3sum ke gue, nih gue beri lo!" ancam Naya sambil menunjukkan tinjunya. Dalam hati, Yvan tersenyum geli melihat kelakuan Naya. "Otak lo yang kot0r. Bersihin sana pakai karbol di toilet kampus, biar gak berkerak," ucap Yvan sambil mendorong pelan kepala Naya. "Jangan pegang-pegang! Nanti kepala gue langsung ketombean!" Naya beranjak dari dinding yang disandarinya, lalu mulai memunguti lembar tugas sang dosen yang berserakan. "Lo belum jawab pertanyaan gue yang tadi, ngapain lo di belakang gue?" cerocos Naya tanpa jeda. Yvan membantu memunguti lembar tugas tersebut sampai terkumpul semua, dan memberikannya ke tangan Naya. "Jadi?" tanya Naya yang masih penasaran, karena Yvan tak kunjung menjawab. Yvan masih terdiam sambil menatap Naya dengan tatapan yang sulit diartikan. 'Nih orang bukannya jawab, malah liatin gue gitu sih! Gue kan jadi deg-deg’an. Apa??? Deg-deg’an??? Gak salah ngomong otak gue??!!' Naya menggelengkan kepalanya beberapa kali, karena menyadari otaknya berkata konyol. Yvan tertawa kencang melihat tingkah gadis di depannya ini. "Hahaha... Lo kenapa geleng-geleng? Otak lo memikirkan ketampanan gue ya?" tanya Yvan sambil memainkan alisnya naik turun. "Amit-4mit!" Naya mendelik tak terima. "Udah ah, gue mau ke ruangan Pak Dody. Ladelin ke-gajean lo, gak bikin tugas gue dapet nilai bagus. Bye!" Baru saja Naya akan melenggang santai, lengan Naya sudah ditahan oleh Yvan. "Apa sih!" Naya sambil berusaha melepaskan tangan Yvan di lengannya. Tak lama, Yvan merogoh saku celananya dengan tangan kiri, karena tangan kanannya belum juga melepaskan lengan Naya. "Van--" "Thada!!! Ni buat lo." Sambil bergaya ala sulap ,Yvan mengeluarkan gantungan kunci berbentuk kartun kucing yang komiknya sempat mereka perebutkan kemarin dari kantong celananya itu. Naya hanya melongo karena tidak mengerti maksud pria di depannya ini. "Hey... kok lo jadi bengong?" "A--aa..anu..apaan maksud lo kasih gue ini?" tanya Naya gugup. Gugup? Sejak kapan dia bisa gugup di depan Yvan? "Buat gantiin komik seminggu yang lalu. Sumpah gue udah cari sana-sini tu komik sold out. Jadi untuk sementara waktu, cuma bisa gantiin pakai gantungan kunci ini. Tapi tenang aja, gue udah tinggalin nomer gue kok ke toko-toko yang gue datengin. Jadi kalau ada komik itu, pegawainya bisa langsung hubungin gue," jelas Yvan panjang lebar. "O--oh... Ehem...gue kirain lo kesambet. Ya ampun, gak pa-pa kali. Kalau buat anak kecil gue ikhlas kok, tapi kalau buat lo... No!! Jangan harap ya!" "Iya... iya...Ya udah ambil aja nih." Yvan meletakkan gantungan kunci itu di atas tumpukan kertas di tangan Naya. Lama mereka terdiam sambil menyelami mata masing-masing. Sampai akhirnya, Yvan pamit dan melenggang pergi. "Lucu!" ucap Naya pada diri sendiri sambil tersenyum kecil. Wanita ini memperhatikan gantungan kunci yang diberikan Yvan. ***  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD