Bag 4

1207 Words
Naya pun membalikkan tubuh dan menatap Yvan tajam. "Bidadari Galak? Maksud lo gue??" tanya Naya sambil menunjuk dirinya sendiri. Yvan megangguk sambil tersenyum geli melihat wajah jutek wanita yang sempat dia berikan gantungan kunci Doraemon itu. "Sejak kapan gue jadi Bidadari? Lagian lo gak liat kalau gue lagi nyangkul di sini!" sinis Naya tanpa sadar. Beberapa pengunjung restoran berbisik karena mendengar ucapan sinis Naya yang notabene adalah pelayan di restoran ini. Sepertinya mereka sedang membicarakan Naya yang berani-beraninya berkata tajam pada Yvan yang saat ini menjadi salah satu pengunjung. Naya yang mendengar bisikan para pengunjung, langsung tersadar dari kebodohannya. 'Kenapa gue bisa emosi sih!! Aduh gimana nih kalau Pak Bos tau dan lihat gue? Gara-gara si k4mpret sih nih!' Naya menutup mulutnya dengan nampan sambil masih menatap Yvan tajam. Sementara Yvan, terlihat semakin tersenyum geli karena tingkah Naya yang entah mengapa membuatnya gemas sendiri. "Ehm..." Naya meredakan tenggorokannya yang tiba-tiba kering dan berusaha memasang senyum ramah ke arah Yvan. "Maafkan atas kelancangan saya. Apakah Anda ingin memesan sesuatu?" tanya Naya berusaha tidak terpancing emosi lagi. Yvan dan Mommy Chelsea yang melihat senyum paksa Naya, mencoba menahan tawa mereka. "Pesan apa ya? Menurut Mbak saya lagi mau pesan apa?" tanya Yvan jahil.  Naya mengernyitkan dahinya bingung. "Ya Anda inginnya pesan apa?" tanya Naya masih dengan senyum yang dipaksakan. "Saya kan tanya sama Mbak, kok malah Mbak balik tanya saya?" "Lah kan yang mau pesan situ. Masa malah tanya sama saya?!" balas Naya dengan nada sedikit tinggi. "Loh, kok Mbak jadi nge gas sih?" "Nge gas? Eh Mas, emang saya lagi naik motor pakai nge gas segala?!" ucap Naya yang lagi-lagi tanpa sadar sudah terpancing emosi. Mommy Chelsea tersenyum geli melihat pertengkaran adik laki-lakinya dan seorang wanita yang sudah menjadi idola anak cantiknya itu karena Chelsea tak henti-hentinya menceritakan tentang kejadian di toko buku. Mommy Chelsea melihat tingkah sang adik yang sepertinya memang sengaja mencari gara-gara pada wanita imut berpakaian pelayan itu. Wanita itu bertanya-tanya dalam hati, apakah adiknya memiliki rasa pada wanita mungil di depannya ini? "Mom..." "Ya, Sayang?" "Kok Om Yv beltengkal sama Kakak Cantik?" tanya Chelsea polos yang berhasil membuat Naya tersadar dari perbuatannya. Kepala Naya seakan disiram air dingin. Wanita ini terlalu terkejut oleh emosinya sendiri. Naya menatap sekeliling restoran, lalu selanjutnya menghembuskan napas lega karena tak melihat keberadaan Managernya. Mungkin sang Manager sedang berada di ruangannya, dan Naya teramat sangat bersyukur. Kalau sampai Managernya itu ada di floor, bisa-bisa dia kena omel. Walaupun sang Manager pasti tidak akan memecatnya karena sangat tahu kinerja Naya, terlebih Naya sudah menjadi salah satu senior di restoran ini karena dia sudah bekerja paruh waktu di restoran ini sejak dirinya kelas Dua SMA, tapi tetap saja kuping Naya pasti akan panas oleh ceramah yang akan keluar dari mulut sang Manager. "Ehm... Maafkan sekali lagi atas kelancangan saya," ucap Naya sambil kembali memasang senyum paksa ke arah Yvan. "Saya... Sepertinya karena sedang ehm--da-datang bulan, jadi... jadi emosi saya tidak terkontrol," ucap Naya kembali sambil berusaha mencari alasan. Walaupun sebenarnya alasan itu tidak bisa dibenarkan. Tidak seharusnya ia membentak pelanggan seperti itu. Memang Yvan tahu dia sedang datang bulan?? Yvan semakin berusaha keras agar tidak menyemburkan tawa melihat kegugupan Naya. Niatnya hanya ingin mengg0da Naya saja, karena sepertinya menarik mengg0da gadis pol0s ini. Gadis menarik yang apa adanya. "Jadi apakah Anda sudah menentukan ingin memesan apa?" tanya Naya.  Yvan tersadar dari lamunan. "Hhmm..." Yvan terlihat membolak-balikkan menu di depannya sambil seolah sedang menimbang-nimbang makanan atau minuman apa yang akan dipesannya. "Saya pesan jus alpukat saja, Kakak Cantik," ucap Yvan setelah beberapa saat sambil mengejek Naya mengikuti panggilan Chelsea untuk wanita imut itu. Naya mendengus kesal melihat wajah jahil yang ditampilkan mantan kekasih sahabatnya itu. "Baik, harap ditunggu sebentar ya." Naya sudah kembali memasang senyumnya. Setelah itu, Naya melangkah dengan tergesa-gesa agar dia tidak lepas kontrol untuk kesekian kalinya lagi karena Yvan. Si Kakak Senior yang bisa membuatnya gond0k setengah mati. "Mau pesan jus alpukat aja pakai ngajak berantem dulu!" gerutu Naya seiring langkah kakinya. Sambil berjalan menuju pantri, Naya memegang dadanya sendiri. Wanita ini merasakan ada yang bergetar ketika melihat Yvan. Apakah karena emosi atau... karena perasaan yang lain? "Jus alpukat satu, Vin..." ucap Naya setelah sampai di depan pantry. Namun pikirannya seperti tak ada di sana. Naya tersadar karena merasakan tepukan lembut di pundaknya. "Customernya resek?" tanya seseorang yang menepuk pundak Naya karena sepertinya melihat keributan kecil antara Naya dan Yvan. Naya tersenyum kecil lalu menggelengkan kepalanya ke arah Aris, salah satu pelayan restoran yang juga adalah senior Naya di restoran itu. "Enggak kok." "Terus tadi kenapa?" "Cuma salah paham, Kak." Pria mengangguk paham, lalu menepuk puncak kepala Naya sayang. Tanpa mereka sadari, sepasang mata hazel yang tak jauh dari sana, sedang menatap dua orang berbeda jenis kelamin itu dengan tatapan murka. "Kamu suka dia?" Yvan mengalihkan pandangannya dari pantry menuju ke arah sang kakak yang saat ini sedang duduk di depannya. "Dia?" tanya Yvan bingung. "Si Kakak Cantik-nya Chelsea?" tanya Kakak Yvan.  Hal itu sontak membuat wajah Yvan merona karena tertangkap basah oleh sang kakak. "I... itu..." ucap Yvan gugup sambil mengusap tengkuknya salah tingkah. Sang kakak tertawa renyah lalu mengacak rambut adiknya gemas. "Kalau suka ya di kejar dong! Biasanya juga gitu kan?" "Apaan sih, Kak! Maksud Kakak Yvan suka ngejar-ngejar cewek gitu?" tanya Yvan tak terima. Sang kakak mengangguk singkat sambil tersenyum jahil. "Kata si Kakak cantik itu kamu 'Player'... Berarti kamu suka ngejar-ngejar cewek kan?" "What?? Dia ngomong gitu ke Kakak?" tanya Yvan tak percaya sambil menunjuk Naya yang sedang sibuk menata makanan di atas nampan di ujung meja pantry yang tak begitu jauh dengan tempatnya dan sang kakak duduk. "Lebih tepatnya keceplosan," balas Kakak Yvan singkat. "Sorry to say ya, Kak, seumur hidup Yvan gak pernah ngejar-ngejar cewek!" sungut Yvan kesal karena kakaknya malah semakin tertawa. "Termasuk si Kakak Cantik?" tanya Kakaknya semakin menjahili Yvan.  Pertanyaan kakaknya memunculkan semburat merah di wajah setengah bule yang dimiliki Yvan. "Kecuali yang satu ini..." ucap Yvan setengah berbisik. Namun masih bisa didengar sang kakak yang langsung tertawa lepas. Yvan melirik keponakannya yang sedang asyik memakan es krimnya tanpa peduli percakapan antara om dan mommynya itu. Lalu Yvan kembali mengalihkan pandangan ke arah Naya yang tak sengaja juga memandang Yvan setelah berbalik dari meja pantry. Ketika pandangan mereka bertemu, dua orang itu sama-sama merasakan debaran kencang di jantung mereka.  Namun Naya langsung menatap Yvan galak seolah menantang, lalu kembali membalikkan tubuhnya agar tak melihat wajah Yvan kembali. Naya takut detakan jantungnya semakin tak terkontrol. Wanita ini menggigit bibir gugup. Naya benar-benar tidak tahu apa yang saat ini dia rasakan. Perasaan ini asing dan baru pertama kali dirasakannya. Sementara Yvan, memasang senyum senang. "Fierce Angel..." "Apa?" tanya sang kakak karena Yvan tiba-tiba mengatakan sesuatu. "Cewek itu," jeda Yvan sambil menunjuk Naya dengan dagunya lalu kembali menatap sang kakak, "di kampus, dia terkenal baik hati kayak bidadari tapi berubah jadi galak kalau ngomong sama Yvan," ucap Yvan sambil melebarkan senyumnya. Seolah dia bangga bisa membuat wanita mungil itu galak padanya.  Sang kakak geleng-geleng kepala. "Mungkin karena kamu terlalu mengesalkan." "Atau mungkin karena pesona Yvan yang kebangetan, sampai--" "--sampai buat dia selalu kesal sama kamu, sehingga emosinya gak terkontrol!" potong sang kakak cepat.  Yvan mendengus kasar sambil mendelik. "Perusak suasana!" gerutu Yvan ,yang dibalas kakaknya tawa renyah. ********
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD