Chapter 21 : Keluar

1288 Words
Sesuai dengan apa yang diperintahkan Edward, Vincenzo berusaha sekuat tenaga untuk bertahan dari serangan para Froggys di hadapannya. Tidak hanya dia, Keith pun menjadi harus lebih teliti lagi dalam membantu pertahanan Vincenzo, sebab Vincenzo kini tidak terlalu memikirkan pertahanannya lagi. Meskipun ini berat bagi Keith, pemuda itu tidak mengeluh sedikit pun. Vincenzo lantas melesat ke depan sekali lagi, langsung menghancurkan beberapa Froggys menggunakan pedang besarnya. Akan tetapi, beberapa Froggys lain malah muncul entah dari mana, membuat jumlah mereka seolah tiada habisnya. Bila terus seperti ini, mereka pasti akan kalah, hanya perlu menunggu waktu untuk hal itu terjadi. “Maaf sudah membuat kalian menunggu!” seru Edward, mengarahkan senapan besarnya ke dinding. Dia memang tidak tahu setebal apa dinding yang hendak ditembaknya ini, tetapi dia sudah mengumpulkan banyak energi untuk ditembakkan sekarang. “Vincenzo, mundur! Kita akan menggunakan jalan lain, jadi bersiaplah akan ledakan!” Vincenzo berpaling ke belakang sejenak, langsung mengerti apa yang akan Edward lakukan. “Baik!” Tanpa ragu lagi, Vincenzo masuk ke dalam pelindung, berkumpul dengan teman-temannya, kala para Froggys bergegas hendak memburu mereka. “Bersiaplah akan ledakan!” Edward mengingatkan. Lalu ketika semua temannya sudah siap dalam posisi bertahan, dan Angel juga memastikan pelindung mereka masih kuat, Edward langsung menarik pelatuk senapannya. Sesuai dengan apa yang sudah diduga, terdengar suara yang begitu keras, menggema dalam ruangan ini. Seketika bertebaran ke sekitar, membuat penglihatan sedikit terganggu. Namun, dalam keadaan seperti itu, Edward kembali berkata, “Tunggu apa lagi, kita akan pergi dari sini segera!” Edward langsung berlari ke dalam dinding yang tadi dia hancurkan. Tidak mau menunggu apa pun lagi, Carina langsung mengikuti Edward, berlari di dalam lorong yang dibuat Edward dengan tembakan. Di belakang Carina, ada Angel, Keith, baru kemudian Vincenzo di barisan paling belakang. Awalnya mereka memang hanya berlima, tetapi kemudian banyak Froggys juga ikut berlari mengejar mereka di dalam lorong ini. “Jangan bermain dengan mereka lagi, kita akan segera keluar dari ini!” kata Edward, sadar kalau kekuatannya sudah banyak terkuras, sehingga kalau mereka kembali berkonfrotasi langsung dengan para Froggys, maka akibatnya tidak lain adalah kekalahan telak di pihak mereka. Teman-temannya juga mengetahui hal ini, sehingga memutuskan untuk berlari sekuat tenaga saja dibandingkan harus bertarung dengan lawan yang di mana lebih kuat. Terus saja berlari, mereka akan menembus hingga ke lorong yang bukan dibuat dari tembakan Edward. Edward pun segera menentukan arah, kemudian berlari sekuat tenaga menuntun teman-temannya ke arah jalan keluar. Akan tetapi, mendadak saja pemuda itu berhenti kala mereka tiba di pintu keluar, yang Edward pikir adalah jalan keluar alternatif. Vincenzo dan yang lainnya pun ikut berhenti, terkejut karena Edward mendadak menghentikan langkah, sementara di belakang sana terdapat banyak Froggys yang mengejar, siap untuk menghancurkan mereka kapan pun para ‘Makhluk Buas’ itu mau. Namun, sekarang mereka benar-benar terpojok dan harus memilih satu dari dua pilihan yang sulit. “Gawat, ternyata jalan keluar ini berbeda jauh dari bayanganku,” kata Edward, melirik keluar lorong, di mana terdapat banyak lava panas serta kobaran api di mana-mana. Namun anehnya, di lorong ini tidak terasa sedikit pun hawa panas yang seharusnya terasa kala mendekat dengan lahan penuh api seperti di depan mereka sekarang ini. “Sekarang bagaimana?” Carina mencoba bersikap tenang. Melihat situasi menjadi kembali tegang dan hampir menuju suasan panik, Vincenzo segera berbalik, menghunuskan pedang besarnya di hadapan para Froggys yang menyerbu. Edward, aku akan memberi sedikit waktu. Selama itu, kau pikirkanlah sesuatu. Aku akan mengulur waktu sampai batas yang kau mau.” Vincenzo sudah bertekad menghadapi para Froggys. “Aku akan membantu Vincenzo,” sahut Carina, segera berdiri di sebelah Vincenzo sembari mengarahkan senapannya ke depan. “Aku juga tak bisa diam saja!” Keith pun segera berdiri di sebelah Vincenzo juga, sehingga Vincenzo berada di tengah-tengah sekarang. Sementara itu, Edward yang tadinya bingung, sebelum Angel sempat menyahut juga, Edward langsung berkata, “Tidak perlu.” Edward menatap lurus ke depan, langsung menemukan sesuatu yang penting. Dia juga teringat dengan kemungkinan yang masuk ke dalam kepalanya beberapa saat yang lalu. “Kita akan berlari melewati kolam lava dan kobaran api ini. Aku melihat jalannya ....” Vincenzo pun melirik ke belakang, lalu berbalik, diikuti oleh Carina dan Keith. Vincenzo pun berkata, “Aku serahkan padamu, Edward.” Vincenzo tahu kalau Edward pasti sudah menemukan cara keluar dari situasi ini, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Ia juga paham, bukan tujuan Edward mengajak mereka ke situasi rumit ini, jadi tidak menyalahkan siapa pun. “Baik, mari kita keluar dari sini!” Edward segera melangkah keluar, diikuti oleh teman-temannya, sesuai dengan urutan mereka sebelumnya. Tanpa perlu waktu lama, mereka langsung keluar dari labirin, dan berjalan perlahan di jalan setapak di antara genangan lava serta kobaran api panas di sekitar sini. “Mereka ternyata tidak mengejar,” gumam Vincenzo. Seperti yang Vincenzo gumamkan, tidak ada satu pun Froggys yang mau keluar labirin dan menginjakkan kaki di tempat yang sangat panas ini. Mungkin insting mereka mengatakan bahaya sehingga tidak mau mengejar lagi. “Di sini tidak akan mendadak muncul raksasa api atau semacamnya, kan?” kata Angel, sedikit khawatir melihat perubahan perilaku para Froggys. “Itu tidak mungkin,” jawab Carina. “Memang dunia ini kacau, tetapi juga tidak mungkin muncul hewan-hewan acak, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan.” Carina mengatakan itu bukan untuk menenangkan Angel atau semacamnya, tetapi memang memaparkan fakta. Walau di dunia kacau balau dan campur aduk antara sihir dan teknologi ini, tetap tidak akan muncul hewan atau sesuatu yang acak tanpa ada sebab akibat yang jelas. Di sisi lain, Edward hanya terus diam, sembari mengepalkan kedua tangannya. Dia pun fokus mengamati situasi, mencari jalan dan terus melangkah ke depan, diikuti oleh teman-temannya. Jelas saja Edward merasa bersalah sudah membawa teman-temannya ke tempat yang begitu panas ini, meskipun tidak ada yang menyalahkannya akan hal itu. Dilihat sekilas, memang tampak mereka baik-baik saja dan tidak merasakan apa pun, tetapi kalau dilihat sedikit lebih teliti lagi, mereka sebenarnya mengeluarkan banyak keringat, tetapi keringat itu dengan cepat menguap. Oleh karena keadaan itu, Edward pun lebih cepat lagi mencari jalan setapak di antara genangan lava ini, kemudian mempercepat langkah, “Kita akan bergegas dari sini, sedikit percepat langkah kalian!” “Baik!” Teman-teman Edward pun bertindak sesuai dengan yang disuruh oleh Edward. Mereka benar-benar mempercepat langkah, mengikuti jalan yang Edward tunjukkan untuk mereka. Tidak seperti yang mereka bayangkan, perjalanan mereka sangat mulus, hingga sekarang sudah berada di daratan gersang yang berada cukup jauh dari lautan lava tadi. Sesaat setelah tiba di tempat aman ini, mereka langsung jatuh terbaring, kehabisan tenaga bahkan untuk berdiri saja. Napas mereka begitu tidak beraturan, sebab telah melalui perjalanan yang begitu panjang. “Pada akhirnya, kita berhasil keluar dari situasi mencengangkan itu pukul 3 sore. Sungguh waktu yang panjang ...,” gumam Edward, merasa tidak puas dengan hasil yang seperti ini. Namun, dia juga sangat sadar kalau bahaya yang baru saja mereka lewati, mungkin sangat jauh lebih rendah dari apa yang akan mereka lewati di masa depan. “Yang terpenting kita semua selamat,” jawab Vincenzo. “Untung saja kita membawa orang yang sangat cerdas seperti Edward hingga bisa keluar dari situasi bertaruh nyawa tadi.” “Aku sudah membayangkan akan dimakan oleh kawanan Froggys karena tidak dapat keluar,” sahur Carina, menunjukkan betapa takutnya dia saat berada di situasi seperti sebelumnya. “Kita harus berterimakasih pada Edward karena telah menyusun rencana yang sangat cerdik!” Keith tidak dapat menahan rasa gembiranya dapat kembali menghirup udara segar setelah sekian lama terperangkap dalam labirin bawah tanah yang begitu gelap dengan udara yang tak begitu menyegarkan. Mendengar itu semua, mendadak saja Edward berkata dengan nada yang sedikit murung, “Apakah kalian tidak menyalahkanku sedikit pun karena sudah membimbing ke jalan keluar yang salah? Kalau saja aku tidak ragu-ragu sebelumnya, kita mungkin tidak perlu melewati genangan-genangan lava itu ....”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD