Chapter 36 : Perasaan

1308 Words
Keheningan yang dirasakan oleh Carina, mendadak sirna ketika Angel menepuk pundak gadis itu. Sejenak Carina masih menundukkan kepala, tidak tahu harus memperlihatkan ekspresi seperti apa. Di saat seperti itu, Angel yang menepuk pundak Carina juga tidak tahu harus mengatakan apa, tetapi dia meyakinkan dirinya untuk harus mengatakan sesuatu hal. “Carina ...,” ucap Angel, sedikit tersendat, lalu melanjutkan, “Vincenzo menunggumu di dalam. Jangan biarkan dia menunggu terlalu lama.” Angel entah mengapa secara refleks mengatakan ini, tanpa ada persiapan atau apa pun sebelumnya, hanya sebuah kalimat yang terlontar dari mulutnya dengan spontan, seolah tubuhnya sedang diambil alih oleh sesuatu hal. Mendengar itu, Carina lantas tersenyum tipis, sebuah senyuman yang datang dari perasaan sedih dan juga bahagia dalam waktu yang bersamaan. “Terima kasih, Angel. Aku pergi sekarang ...,” ucap Carina, perlahan berjalan masuk ke dalam rumah, di mana Keith sudah bersiap untuk pergi usai membaringkan Vincenzo di atas kasur dalam kamar. Setelah Carina masuk, tanpa mengatakan apa pun lagi, Keith segera keluar. Dia tentu tahu kalau rumah yang dia masuki dan dia jadikan sebagai tempat Vincenzo beristirahat adalah rumah dari salah satu penduduk, yang dia pilih dengan acak. Dia tidak peduli apakah pemilik rumah ini akan marah, yang terpenting adalah dia bisa menemukan tempat bagi Vincenzo untuk beristirahat dan memulihkan diri sekarang. Sementara itu, Carina duduk dan menggenggam erat tangan kanan Vincenzo usai meletakkan pedang besar Vincenzo di atas meja di sebelah tempat tidur. Ia menggenggam erat tangan kanan Vincenzo, sama seperti yang dilakukan oleh Vincenzo. Ia tentu tahu baik tangan kanannya, mau pun tangan kanan Vincenzo sudah bukan tangan manusia biasa lagi, tetapi ia tetap menggenggamnya dengan erat. Bagi Vincenzo dan Carina, ini adalah sebuah harapan akan kekuatan. “Vincenzo ...,” kata Carina, pelan. “Aku sudah tak ingat lagi telah berapa lama lengan kanan kita berganti menjadi baja yang tidak bisa merasakan kehangatan lagi bila digenggam. Namun, itu sudah tak penting sekarang, yang terpenting adalah bahwa kita masih hidup, meski di dunia yang bagai sebuah utopia yang runtuh oleh serangan meteorit.” Kendati sampai detik sebelumnya Carina dapat menahan air matanya untuk keluar, kini air matanya sudah tak bisa terbendung lagi, menetes melalui pipinya, jatuh ke tangan kanan Vincenzo. Dalam ruangan yang sunyi ini, dengan hanya ada dirinya dan juga Vincenzo yang tak sadarkan diri, Carina menunjukkan sisi lemahnya, sisi yang ia coba tutupi, tetapi sudah tak bisa lagi ia tutupi. “Aku ....” Ucapan Carina tersendat, lalu tak tahu lagi harus mengatakan apa dan hanya bisa menangis saja. *** Sementara itu, di luar rumah, Keith dan Angel duduk bersebelahan tepat di depat pintu rumah. Mereka berdua tampak memasang muka datar, kemudian menundukkan kepala. Sampai detik ini pun, perasaan mereka masih campur aduk tak beraturan, dan pikiran mereka sangat kacau, tak mengerti lagi dengan apa yang sebenarnya sedang mereka pikirkan. Keith sendiri malah kembali teringat pada semua hal yang pernah terjadi sebelumnya, ketika mereka terjebak di dalam labirin bawah tanah. Ia mengingat kembali semua yang dikatakan oleh Edward, dan untuk beberapa hal, ia merasa kalau Edward sudah menduga hal ini dan telah mengatakannya dengan sengaja pada mereka, tetapi tidak ada yang menyadarinya sama sekali. Ketika mengingat itu, Keith pun teringat tentang apa yang pernah Edward ucapkan padanya di dalam labirin, entah secara tersirat atau tersurat, Keith tidak ingat pasti, yang jelas Edward mengatakan padanya kalau dia—Keith, yang akan menggantikannya selanjutnya. Keith lantas menutup wajahnya, kemudian bergumam pelan, “Ternyata begitu. Mengapa baru sekarang aku menyadarinya.” Keith berusaha menahan agar air matanya tidak keluar sekarang. “Jadi itu mengapa di saat latihan dengan Carina, kau tampak sedikit lebih keras pada Carina dibanding sebelumnya. Semuanya memang sudah kau hitung untuk hari ini, ya.” Setelah mengingat kembali semua itu, Keith pun menyadari kalau sebenarnya Edward sudah memikirkan tentang dari mana hewan-hewan yang mereka buru, berasal selama ini. Edward yang sudah mengerti tentang bagaimana atau apa yang akan Vincenzo lakukan ketika menyadarinya juga, tetapi tetap memilih untuk mendukung Vincenzo. Semua kalimat yang diucapkan sepotong-sepotong juga membuat Keith merasa kalau Edward sudah menyerahkan bagiannya, pada Keith. Di sebelah Keith, Angel yang sedari tadi sebenarnya memerhatikan Keith dan mendengar beberapa gumaman Keith, hanya bisa diam tanpa dapat mengatakan apa pun. Gadis ini tahu kalau sekarang bukan saat yang tepat untuk mengucapkan kata penyemangat, sehingga membiarkan Keith terlebih dahulu, sembari terus memerhatikannya tanpa ketahuan. Tak lama berselang, Keith tengadah sembari mengembuskan napas panjang, kemudian memegang dadanya dengan tangan kanan. Ia sadar sekarang kalau tanggungjawabnya bertambah, tetapi ia tidak mau mengeluh sedikit pun. Selain itu, ia merasakan kalau Edward masih bersama mereka sekarang, sehingga kalau ada sesuatu hal, Edward pasti juga tidak hanya akan tinggal diam dan pasti akan bertindak. Setidaknya, itu yang dipercayai oleh Keith. Melirik ke samping sejenak, ke tempat di mana Angel duduk, Keith berkata, “Tidak perlu tampak begitu cemas. Aku tidak kenapa-kenapa ....” Keith tidak hanya menyakinkan Angel kalau dirinya baik-baik saja, melainkan meyakinkan dirinya sendiri juga. Ia kemudian kembali menengadah, melihat langit perlahan berubah menjadi gelap kala matahari sebentar lagi tenggelam di arah barat, menandai kalau hari akan segera berakhir. Angel yang duduk di sebelah Keith lantas menundukkan kepala, kemudian menengadah, menatap langit yang sama dengan Keith. “Edward benar-benar membuat keputusan yang berat, tetapi harus kita hargai ....” Lagi-lagi Angel tidak tahu mengapa mulutnya mengucapkan kalimat itu, meski begitu, dia tidak membencinya atau apa pun. “Kau benar ... Edward adalah pahlawan kita hari ini,” kata Keith, setuju dengan apa yang diucapkan oleh Angel. Entah mengapa, mendengar Angel mengatakan kalimat tadi, membuat Keith merasa kalau Edward yang sebenarnya sedang berbicara. “Anu ....” Mendadak saja seorang ibu dengan tiga orang anak perempuan, mendekat ke arah Keith dan Angel. Keith dan Angel mengingat wanita dan salah satu anak yang dibawanya, mereka adalah ibu dan anak yang diselamatkan oleh Vincenzo sebelumnya. Keith mengira kalau wanita ini adalah pemilik rumah tempat di mana mereka membaringkan Vincenzo sekarang, sehingga menjawab dengan tenang, “Maaf, Nyonya, kami berniat untuk menggunakan rumahmu selama beberapa saat, sampai teman kami kembali sadar. Jadi, tolong biarkan kami di sini terlebih dahulu, setelah teman kami sadar, kami akan segera pergi.” Wanita itu lantas menggelengkan kepala beberapa kali, menjawab, “Rumah ini memang rumah kami, tetapi kalian yang sudah menyelamatkan kami, bisa tinggal di rumah ini juga. Kalau aku boleh ikut campur, aku juga ingin merawat teman kalian itu, kebetulan aku juga mengerti beberapa hal tentang medis. Dia sudah berjasa menyelamatkan kami ....” Sejenak, Keith dan Angel saling memandang, tahu kalau ini bukanlah sesuatu yang buruk. Keith kemudian merespons, “Kalau begitu, mohon bantuannya!” Keith menundukkan kepala, diikuti oleh Angel. Wanita itu lantas melambaikan kedua tangannya beberapa kali, tidak mau Keith dan Angel menundukkan kepala. “Kalian tidak perlu sampai seperti itu. Aku merasa tidak enak ....” Mendengarnya membuat Keith dan Angel langsung menegakkan tubuh lagi, menjawab, “Maafkan kami.” “Tidak apa.” Wanita itu kemudian melirik ketiga anak perempuannya yang tampak hampir seumuran, kemudian kembali menghadap ke pintu masuk. “Bisakah kami masuk sekarang?” Keith dan Angel pun langsung memberikan jalan pada wanita itu berserta anak-anaknya. “Silakan ....” Keith memersilakan mereka untuk masuk. Setelah wanita dengan tiga anak itu masuk, Angel kemudian berkata pelan pada Keith, “Apakah mereka dapat kita percaya?” Tentu saja Angel menjadi sedikit ragu, terlebih ini menyangkut nyawa salah satu teman mereka yang tak kalah berharga dari Edward. Keith lantas menengadah lagi, menjawab, “Edward pernah bilang, tidak baik kalau kita mencurigai setiap orang. Terlebih ini adalah sebuah keadaan kritis, tidak baik juga kalau kita tak memberikan orang lain kepercayaan.” “Maksudmu, kita harus percaya sepenuhnya pada wanita itu? Membiarkan dia merawat Vincenzo juga ....” “Kita tak bisa memberikan kepercayaan lebih dari delapan kepada setiap orang, jadi memang harus tetap waspada, tetapi tidak menjadi begitu skeptis. Kita lihat dulu bagaimana dia bertindak, baru memikirkan hal lainnya.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD