Chapter 54 : Cangkang

1661 Words
Seminggu sudah berlalu semenjak Moon bergabung dengan Vincenzo dan yang lainnya. Gadis itu perlahan mulai dapat membiasakan diri berjalan dengan kelompok, dan dia juga sudah mulai dekat dengan teman-teman barunya itu. Tentu saja Vincenzo bersama teman-temannya sudah merasa dekat juga dengan Moon dan juga Sand, sehingga tidak muncul kecurigaan lagi. Selama seminggu ini, perjalanan mereka bisa dibilang cukup lancar, meski ada halangan dari kumpulan Froggys yang tentunya bisa mereka musnahkan dengan cepat tanpa membuang banyak tenaga. Namun, kendati sudah cukup lama berjalan, mereka masih belum kunjung juga menemukan suatu tempat yang berbeda. Di sekitar mereka masih hanya terhampar padang gurun tandus. Hal ini sedikit mengejutkan bagi Vincenzo secara pribadi, sebab ia mengira kalau mereka pasti dapat menemukan sebuah kota mati atau bahkan lahan terdistorsi seperti sebelumnya. Akan tetapi, mereka masih belum juga menemukan tempat-tempat seperti itu. Kendati begitu, Vincenzo tidak merasa kalau mereka akan menghadapi bahaya yang besar. Ia harap begitu. Beberapa saat kemudian, langit yang tadinya cerah, mendadak menjadi gelap. Petir tampak menyambar-menyambar di atas sana, membuat Vincenzo dan teman-temannya berhenti sejenak untuk menatap ke atas. Vincenzo lantas memberikan sebuah komentar, “Sudah berapa lama kiranya aku tidak melihat hujan? Apakah ini akan menjadi pertanda baik atau malah sebaliknya?” Tampak tak begitu acuh, Sand menjentikkan jarinya, sehingga payung raksasa berwarna hitam muncul. “Apa pun itu, yang jelas kita harus membuat tempat berteduh. Iya, kan?” Sand benar-benar tidak mau peduli apakah langit akan tetap cerah atau menjadi gelap. Apa yang dia pikirkan hanyalah apakah akan berbahaya atau tidak. Hanya itu. Hujan pun segera turun, tetapi Vincenzo dan teman-temannya masih melanjutkan perjalanan dengan payung raksasa Sand yang menjadi tempat berteduh mereka. Awalnya semuanya berjalan dengan sangat damai, seperti hari-hari yang biasanya mereka lalui. Namun, itu hanya sebuah awal dari sesuatu yang besar yang sudah menanti mereka, tepat di beberapa saat kemudian. Vincenzo memberikan sebuah instruksi pada Keith yang berada di barisan paling depan, “Keith, berhenti ….” Keith yang sudah tahu alasan mengapa Vincenzo menyuruhnya untuk berhenti, langsung berhenti. Bersamaan dengan Vincenzo dan Keith yang menghentikan langkah, yang lainnya juga lantas menghentikan langkah kaki mereka, tanpa menunggu perintah. Cukup jauh di depan mereka, terlihat seekor Makhluk Buas yang memiliki cangkang dengan empat kaki, dan ukurannya sebesar sebuah bus. Makhluk Bua itu sebelumnya belum pernah dilihat oleh Vincenzo, Keith dan Angel. Namun, Sand dan Moon sudah pernah meihatnya, tetapi tidak mau bertarung dengan Makhluk Buas yang satu ini. Sebab mereka berdua tahu batas kekuatan mereka. “Apa Makhluk Buas itu adalah Nando?” Keith bertanya-tanya sembari mengobservasi Makhluk Buas dengan cangkang, empat kaki dan ekor panjang itu dengan saksama. Ini pertama kalinya bagi Keith melihat makhluk itu secara langsung, kendati sebelumnya dia pernah melihatnya di dalam buku. Namun, karena belum pernah melihatnya secara langsung, dia jadi sedikit terkejut. “Itu memang Nando,” kata Sand, tenang. “Meskipun dia tidak sekuat Marvelo, aku menyarankan agar kita tak berurusan dengannya. Lagipula, di sekitar sini tidak ada pemukiman atau apa pun, jadi kurasa kita harus memilih jalan memutar.” Sand paham kalau kekuatan Nando berbeda cukup jauh dengan Helmer, sehingga memilih untuk tidak menghadapinya. “Tapi, sepertinya makhluk itu sudah menyadari keberadaan kita …,” kata Moon kala melihat Nando yang tadi mereka perhatikan, mulai bergerak ke arah mereka. “Semuanya, kembali!” Vincenzo dengan lantang langsung memerintahkan teman-temannya untuk kembali. “Cepat! Gerakkan kaki kalian!” Mereka semua lantas berlari kembali, tetapi Nando bergerak lebih cepat dari yang mereka perkirakan. Meski Makhluk Buas itu tampak seperti kura-kura besar yang juga memiliki cangkang dan bergerak lambat, malangnya makhluk tersebut tidak bergerak lambat, tetapi cukup cepat. Tahu kalau mereka pasti akan terkejar, dan berlari hanya akan membuang-buang tenaga, Sand lantas berhenti dan berbalik, “Sepertinya kita takkan bisa lari dari makhluk ini! Kita juga tak memiliki tempat untuk bersembunyi!” Vincenzo dan yang lainnya pun lantas berhenti berlari kala Sand mengatakan itu. Meski mereka tidak mau mengakui, tetapi apa yang dikatakan oleh Sand memang sangat masuk akal. Mereka tidak akan bisa lari lagi dari Makhluk Buas itu. “Apa kau memiliki semacam rencana untuk menghadapi Makhluk Buas ini?” tanya Vincenzo, tidak membantah ucapan Sand, dan malah menanyakan sesuatu untuk menyelesaikan akar dari persoalan mereka sekarang. “Aku sudah siap untuk bertarung!” Moon sudah mengubah setengah tubuhnya menjadi wujud monster berwarna hitam. Dia tampaknya sedikit bersemangat bertarung setelah sekian lama tidak menghadapi musuh yang membuatnya kesulitan. “Kami juga sudah siap menyerang kapan saja!” Carina sudah mengeluarkan pistol besarnya, sedangkan Keith dan Angel telah bersiap dengan memperlihatkan lingkaran sihir di masing-masing telapak tangan mereka. Melihat semuanya sudah siap bertarung, Sand lantas mengambil alih posisi Vincenzo untuk mengatur pertarungan kali ini. “Carina dan Keith, kalian berdua menyerang dari sisi kanan,” kata Sand. “Moon dan Angel, kalian berdua di sisi kiri! Pastikan untuk waspada dan berhati-hati!” “Baik!” Dengan segera mereka berempat yang namanya disebut, bergegas menuju posisi mereka dan menunggu perintah berikutnya. Sementara itu, Vincenzo yang juga telah siap bertarung dengan pedang besarnya, bertanya, “Apa aku akan menyerangnya dari depan dan kau dari belakang, Sand?” Sand menggelengkan kepala beberapa kali, “Kita tidak akan berpencar. Kau tetap di sini, melindungi bagian belakangku.” “Mengapa aku harus—?” “Kau memiliki tugas untuk mengawasiku, kan?” Kalimat ini sengaja Sand lontarkan untuk membuat Vincenzo sulit untuk membantah. “Selain itu, kau yang sekarang sangat lemah, jadi lebih baik tidak mengganggu pertarungan mereka!” “Cih!” Mau tidak mau, Vincenzo harus mentaati perintah Sand dan untuk kali ini percaya kalau Sand akan bisa mengatur teman-temannya lalu membawa kemenangan. “Keith, Carina, Angel, serang dia dengan serangan jarak jauh kalian!” seru Sand, lantang. Dengan segera tiga orang yang diberikan perintah, melaksanakan sesuai dengan yang diperintahkan. Keith dan Angel lantas menyerang Nando dengan tembakan bola angin berukuran cukup besar, sementara Carina menarik pelatuk senapannya. Debu segera bertaburan di sekitar Nando, yang akhirnya berhenti bergerak. Tanpa mau membuang waktu, Sand seketika mengunci gerakan Makhluk Buas tersebut dengan jurus bayangannya. “Moon, ketika debunya menghilang, langsung lompat dan pukul kepala Makhluk Buas itu dengan keras!” kata Sand lagi. “Baik!” Segera setelah debu yang berterbangan mulai memudar, Moon melompat tinggi dan meluncurkan pukulan keras ke kepala Makhluk Buas bercangkang itu. Akan tetapi, makhluk tersebut dengan cepat menarik kepalanya masuk ke dalam cangkangnya, sehingga pukulan Moon hanya menghantam tanah saja. Moon segera melompat mundur, menjaga jarak dari makhluk besar yang baru saja dia serang tadi. “Sial! Dia berhasil menghindarinya di saat yang tepat!” Moon tentu saja kesal karena serangannya bisa dihindari. “Tidak perlu panik dan terburu-buru, Moon.” Sand memberi peringatan, kemudian dia terpikir akan sesuatu. Dia ingin tahu apakah cangkang Nando lebih keras dari kulit Helmer. “Carina, Keith, Angel, serang cangkang Nando di satu titik! Aku ingin memastikan sesuatu!” “Dimengerti!” Masih dengan sangat cepat, mereka melakukan sesuai yang diperintahkan, menyerang cangkang Nando di satu titik saja. Dan seperti sebelumnya, banyak debu kembali berterbangan. “Moon, giliranmu untuk menyerang cangkang yang diserang tadi dengan pukulan yang kau gunakan untuk menghancurkan Helmer!” “Ya!” Tanpa berlama-lama lagi, Moon segera menyerang titik cangkang yang diserang oleh teman-temannya tadi. Dia berhasil meluncurkan pukulan kuat seperti ketika dia memukul Helmer, tetapi pukulan tersebut hanya bisa membuat sebuah goresan di cangkang Nando. “Ternyata cangkang itu benar-benar kuat,” gumam Sand, tidak terdengar oleh siapa pun, termasuk Vincenzo. Sementara itu, di belakang Sand, Vincenzo bergumam pelan, “Meskipun sedang hujan, ternyata di padang gurun ini tetap bisa ada debu yang berterbangan saat serangan mereka secara tak sengaja mengeruk pasir panas yang ada di dalam hamparan pasir ini ….” Mendadak Sand mendapatkan sebuah ide cemerlang ketika mendengar apa yang baru saja digumamkan oleh Vincenzo. “Itu dia!” Secara tak sadar Sand sedikit meninggikan suaranya hingga terdengar oleh Vincenzo. “Aku mendapatkan ide!” “Pada siapa kau berkata, huh?” Vincenzo menunjukkan ekspresi wajah konyol. Sejenak, Vincenzo melirik ke atas, melihat awan hitam sebentar lagi akan menghilang. Sedangkan di depan pemuda itu, Sand menjentikkan jari, lalu muncullah empat buah tombak hitam raksasa. “Kalian berempat, siapkan serangan kalian!” seru Sand. Sand segera melemparkan empat tombak besarnya tadi hingga mengunci Nando dari empat sisi. Nando mencoba untuk bergerak dan mengeluarkan kepala lagi, tetapi jurus bayangan yang digunakan Sand untuk mengikatnya, ditambah empat tombak hitam raksasa tadi, membuat Nando sangat sulit untuk bergerak bebas. “Serang tanah yang diinjak oleh kaki kura-kura aneh itu!” perintah Sand, lantang. “Baik!” Alasan Sand memberikan perintah tadi sangatlah sederhana, karena dia tahu kalau mereka mungkin tidak akan bisa menghancurkan cangkang Nando yang keras, tetapi kalau mereka berhasil mengubur Makhluk Buas tersebut cukup dalam, maka mereka masih memiliki cukup waktu untuk pergi sejauh mungkin. Serangan dari Keith, Angel, Carina dan Moon pada masing-masing tanah yang diinjak oleh empat kaki Nando, membuat Nando hendak mengamuk dan mencoba melepaskan diri dari jurus Sand. Namun, itu adalah apa yang diinginkan oleh Sand pada awalnya, yaitu mengalihkan fokus Nando terlebih dahulu. “Carina, Moon, mundur!” seru Sand, menyuruh kedua gadis itu menghentikan serangan yang tadi mereka luncurkan. “Keith, Angel, buat lubang untuk mengubur kura-kura jelek itu!” “Baik!” Keith dan Angel serentak meletakkan kedua telapak tangan mereka ke atas tanah. “Membuat lubang besar di tanah pasir ini sangatlah mudah!” Sebuah lingkaran sihir besar seketika sudah berada tepat di bawah Nando. Perlahan, tanah yang Nando pijak terbelah, membuat Makhluk Buas tersebut perlahan masuk ke dalam tanah yang terbelah tersebut. “Bagus! Tetap pertahankan seperti itu!” Sand memberikan instruksi. Melihat apa yang baru saja direncanakan dan dilakukan oleh Sand, membuat Vincenzo sedikit merasa aneh. Bagaimana tidak, kesan pertama yang didapatkan oleh Vincenzo ketika pertama kali bertemu dengan Sand tak lain adalah bahwa, Sand merupakan orang yang sangat tunduk pada Glen. Namun, orang yang awalnya tampak seperti bawahan penurut itu ternyata adalah pemimpin yang cerdik. “Ternyata aku sudah salah menilainya selama ini …,” gumam Vincenzo, tidak terdengar oleh siapa pun.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD