Chapter 53 : Merekrut

1595 Words
Sand dan Vincenzo masih saling beradu argumen, antara merekrut Moon bergabung dengan mereka atau tidak. Namun, adu argumen tersebut seperti tidak akan selesai, di mana tidak ada satu dari mereka yang mau mengalah atau bahkan mendengarkan alasan satu sama lain. Apa yang menjadi fokus mereka hanyalah mempertahankan argumen masing-masing. Mereka berdua akhirnya menyadari kalau ini tidak akan berakhir, sehingga mereka secara bersamaan mengembuskan napas panjang. Sand kemudian menawarkan solusi yang lain, “Bagaimana kalau kita tanya yang lainnya saja? Kalau mereka setuju untuk merekrut Moon, kau tidak akan menolak lagi, kan?” Sand tidak mau Vincenzo nantinya akan memperumit situasi. “Seharusnya aku yang berkata seperti itu kepadamu!” bantah Vincenzo, yakin. “Mereka tidak akan dengan mudah merekrut orang yang baru saja mereka temui! Tidak sepertimu, Sand!” Vincenzo sengaja memberikan sedikit provokasi, tetapi Sand tampaknya tidak mau memedulikan provokasi tersebut, dan langsung membawa Moon pergi menemui Keith dan yang lainnya. Di bawah payung raksasa yang diciptakan Sand dengan kekuatannya, Sand, Vincenzo, Moon dan yang lainnya sudah berkumpul. Tujuan mereka berkumpul tidak lain adalah untuk membahas apakah Moon akan diterima atau tidak di dalam kelompok ini. Sand sendiri yakin kalau Moon akan diterima, tetapi Vincenzo yakin kalau Moon tidak akan diterima. “Menurutku, kita memerlukan kekuatan Moon, dan untuk itu aku merekomendasikan untuk ikut bersama kita dalam perjalanan kita ini,” kata Sand, memaparkan pendapatnya pada Keith dan yang lainnya. “Bagaimana menurut kalian? Apakah kalian mau menerimanya untuk ikut bersama kita atau tidak?” Sand tentu sadar kalau Keith dan yang lainnya masih belum percaya penuh padanya, sehingga dia hanya menjelaskan seadanya. Mendengarkan dan memahami alasan yang diberikan oleh Sand, Keith mempertimbangkan sejenak, lalu berkata, “Bisa kau jelaskan lebih rinci, mengapa gadis ini akan sangat membantu kita dalam perjalanan kali ini?” Pertanyaan yang diajukan Keith sangat wajar, sebab sembarangan menerima orang masuk dalam kelompok, bisa jadi nantinya akan merugikan kelompok itu sendiri. Sand melirik Vincenzo sejenak, kemudian kembali fokus memerhatikan Keith, menjawab, “Melihat bagaimana kondisi Vincenzo sekarang, kupikir cukup wajar untuk kita menambah orang yang kuat masuk ke dalam kelompok.” Dia diam sejenak. “Selain itu, dari pertarungan tadi, kalian sudah melihat sendiri kalau kalian bisa mengalahkan satu Helmer dengan kekuatan gabungan, tetapi Moon bisa menghancurkannya hanya dengan satu pukulan.” “Kami tahu dia bisa melakukannya, tetapi agak sedikit mencurigakan tentang mengapa dia malah lari ketika dia bisa mengalahkan satu Helmer dengan satu pukulan saja. Ini sangat sulit dipercaya kalau kau berkata kalau hal itu tidak perlu dipertimbangkan sekarang, Sand.” “Aku mengerti.” Sand lantas melirik Moon, berkata, “Moon, bisa kau jelaskan pada mereka, mengapa kau pergi dari kejaran Helmer, kendati kau bisa mengalahkan monster itu hanya dengan satu pukulan saja?” Bagi Sand, Moon sama pentingnya dengan Vincenzo, jadi dia tidak akan menyerah untuk membuat kedua remaja itu tetap berada di dekatnya. Moon mengangguk pelan, mulai menjelaskan, “Sebenarnya, sebelum aku lari, aku baru saja membunuh satu dari Helmer itu, hingga akhirnya hanya tersisa dua dari mereka. Namun, karena kedua monster itu mengamuk dan menyerang membabi-buta, aku dibuat terdesak dan tak ada pilihan lain lagi selain kabur untuk memisahkan mereka, dan menyerang mereka secara terpisah.” Paham dengan penjelasan Moon, Sand pun memperjelasnya untuk Keith dan yang lainnya. “Pada intinya, dia tidak kabur, melainkan sedang mencari saat yang tepat untuk menyerang. Dan, secara kebetulan dia berlari ke arah kita, lalu kita bertemu dan membantunya membereskan dua Helmer tersebut.” Agar semakin meyakinkan. “Selain itu, dari apa yang aku perhatikan, Moon memerlukan posisi yang tepat untuk dapat mengalahkan Helmer dengan satu pukulan.” Moon mengangguk pelan, “Seperti yang dikatakan oleh Sand, aku memang memerlukan posisi yang tepat untuk mengeluarkan pukulan kuat. Itulah alasan mengapa pukulan pertamaku tidak berhasil menghancurkan Helmer yang akhirnya kalian bakar tadi.” Penjelasan yang diberikan oleh Moon cukup masuk akal, membuat Keith, Carina dan Angel berdiskusi dan mempertimbangkan apakah perlu untuk memasukkan Moon ke dalam kelompok. Awalnya mereka bertiga ingin mendengar pendapat Vincenzo, tetapi Vincenzo mengatakan kalau itu adalah keputusan mereka, mau menerima Moon atau tidak. Vincenzo tidak mau mengatakan apakah ia setuju atau tidak, setidaknya untuk sekarang. Setelah mempertimbangkan dan berdiskusi, Keith pun memberikan jawaban, “Baiklah, kami akan menerimanya masuk ke dalam kelompok. Namun ….” Keith melirik Sand sejenak, kemudian melirik ke arah Moon. “Kalau pun dia tidak masalah bila Angel akan memerhatikan setiap gerak-geriknya. Itu adalah persyaratannya. Setuju atau tidak, terserah padamu.” “Apa aku sungguh bisa bergabung dengan kalian jika setuju?” Mata Moon tampak berbinar-binar, menjadi sangat bersemangat. Dari dulu, dia hanya berpetualang seorang diri, tetapi sekarang dia memiliki kesempatan untuk bergabung dengan sebuah kelompok, tentu membuatnya sangat bersemangat. Jauh lebih bersemangat daripada biasanya tentu saja. “Ya. Asalkan kau berjanji untuk tidak melanggarnya, maka itu saja cukup,” kata Keith, menegaskan kalau Moon tak perlu melakukan hal lain jika ingin bergabung dengan mereka. “Namun, kalau kau melanggarnya, jangan salahkan kami jika kami membuangmu. Apa kau mengerti?” Keith mencoba untuk memerhatikan ekspresi Moon, menilai apakah gadis itu mencurigakan atau tidak. “Baik!” Dengan penuh semangat dan senang, Moon menjawab. Hari yang tidak pernah dia bayangkan, akhirnya terjadi, meski tanpa dia rencanakan. Dia mencoba memikirkan bagaimana kehidupannya setelah ini, apakah semuanya akan berubah atau mungkin tidak sepenuhnya berubah. Namun yang jelas, Moon berhasil mendapatkan teman untuk menyusuri padang gurun yang seperti tidak berujung ini. Di sisi lain, Sand mendekat ke arah Vincenzo, lalu berkata, “Kan aku sudah bilang sebelumnya, kalau Moon akan diterima. Haha!” Dia merasa sudah menang dari Vincenzo. “Apa kau yakin tidak akan membujuk mereka untuk mengubah keputusan mereka, siapa tahu saja berhasil.” Tentu saja Sand berkata seperti itu tidak lebih dari hanya sekedar candaan. “Cih!” Vincenzo tampak tak senang. “Kalau saja aku mengatakan sesuatu untuk membantah argumenmu, pasti dia tidak akan diterima!” Vincenzo dengan yakin dan sedikit kesal mengatakan itu. Akan tetapi, sebenarnya ia sendiri tidak terlalu masalah apakah Moon akan bergabung atau tidak. Alasan mengapa sebelumnya ia menolaknya adalah karena memikirkan teman-temannya. “Namun kau tidak melakukannya, kan?” Sand terlihat sedikit serius, tetapi tetap santai. Pemuda itu tampaknya sudah menduga kalau alasan mengapa Vincenzo tidak mau langsung memutuskan menerima Moon masuk ke dalam kelompok, karena mempertimbangkan opini teman-temannya. “Kau sangat menghargai mereka, ya, Vincenzo ….” Di satu sisi Sand merasa iri, tapi tak mau mengaku. *** Di dalam sebuah ruang bawah tanah yang hanya diterangi oleh cahaya dari api yang ada di obor yang berjejer di dinding, tampak seorang pria yang tak memiliki tangan kiri, sedang dirantai. Pria dengan rambut putih itu tidak bisa bergerak, apalagi menghancurkan rantai yang mengikatnya. Itu karena rantai tersebut terbuat dari bawah khusus. Pada pintu masuk ruang bawah tanah yang sangat luas ini, tampak dua ekor Hara sedang berjaga, serta puluhan Helmer yang sudah siap menangkap kembali pria yang sedang ditahan di sini, bila nantinya pria itu mencoba untuk kabur. Namun, sampai sekarang, pria yang mereka jaga, masih belum juga menunjukkan tanda-tanda akan melakukan sesuatu. Tidak lama berselang, dari pintu masuk, pria yang dirantai, mendengar suara yang sangat familiar. “Leon, tidak kusangka, sudah bertahun-tahun ditahan tanpa diberi makan atau apa pun, kau masih belum juga mati. Tak heran kalau kau dulunya adalah pahlawan bagi umat manusia …,” kata suara itu. Pria yang dirantai, yang namanya adalah Leon, membuka mata, kemudian melihat sosok manusia yang berdiri di pintu masuk, tetapi wajah manusia itu tidak terlihat, tertutup oleh kegelapan yang tak dapat dijangkau cahaya. “Kenapa kau tidak membunuhku langsung saja dengan menggunakan kedua tanganmu?” “Cih! Kalau itu memang bisa dilakukan, maka kau sudah tidak ada di bumi lagi!” Sosok yang ada di pintu masuk lantas meninggikan nada suaranya. “Cepatlah menyerah dan biarkan aku menghancurkan inti jiwamu yang selama ini kau sembunyikan, Leon! Dengan begitu, kau akan mati dengan cepat dan tanpa rasa sakit! Aku akan menjaminnya.” “Hahaha. Terkadang kau bisa juga melemparkan lelucon ya?” Leon tampak tak gentar sedikit pun, dia tak takut pada sosok yang ada di pintu masuk, sehingga tetap bersikap santai seolah tidak ada yang terjadi. “Kalau kau memang bisa menemukannya, kau pasti tidak akan mengancamku seperti tadi, kan? Ingatlah, kata-katamu tidak akan memiliki arti apa pun padaku!” “Kau lebih memilih dirimu mati atau kami akan menghancurkan dunia ini! Membuat daratan rata menjadi padang gurun, menghabisi kalian seluruhnya!” Sosok di pintu masuk kembali meluncurkan sebuah ancaman, kali ini tidak kepada Leon secara personal, tetapi pada dunia yang sangat luas ini beserta isinya. “Kalau kalian memang bisa melakukannya, kalian pasti sudah melakukannya, kan?” Leon masih tampak tidak takut. “Kalian sadar kalau kekuatan kalian tidak cukup untuk menghancurkan dunia ini, kan? Meskipun aku sudah kalian tahan, masih ada banyak orang yang juga merupakan ‘Pahlawan’ yang tidak ingin kalian hadapi, kan? Itulah mengapa kalian bersembunyi dengan pengecut!” Leon sengaja melontarkan sebuah provokasi pada sosok yang ada di pintu masuk, hingga akhirnya sosok tersebut berbalik dengan kesal, lalu pergi. Dia sangat tidak terima karena selalu saja tidak bisa meruntuhkan tekad Leon yang begitu gigih dan kuat, setiap kali dia mencoba melakukannya dengan serius atau tidak serius. Ketika sosok tadi sudah pergi sangat jauh, Leon kembali menutup mata, menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan. Dia membuka mata, kemudian mulutnya bergerak mengucapkan sesuatu. “Aku sudah gagal, Vincenzo. Saatnya bagi kalian untuk melanjutkan semua perjuangan umat manusia.” Leon tentunya mengucapkan itu dengan sangat pelan, hingga tak ada yang bisa mendengarnya. “Aku percaya pada kalian, para pahlawan baru. Kalian pasti bisa membuka kembali pintu harapan yang dulu sempat tertutup karena kegagalanku ….”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD