Chapter 52 : Moon

1605 Words
Hari yang damai seperti tidak bosan untuk datang, tadi malam tidak ada yang terjadi ketika mereka sedang beristirahat, dan pada pagi harinya, semuanya sangat damai juga. Vincenzo dan teman-temannya pun sekarang sedang sarapan dengan memakan roti yang mereka bawa dari desa yang pernah mereka singgahi. Setelah usai makan, kini mereka melanjutkan perjalanan panjang mereka, dengan sesekali mengobrol agar suasana tidak terkesan begitu menegangkan. Selama perjalanan panjang menyusuri padang pasir ini, tidak sekali pun mereka menemukkan bahaya, hingga akhirnya, tanpa mereka sadari, mereka sudah berjalan selama setengah hari, tetapi masih belum menemukan tempat berteduh. Mereka melihat ke sekitar, tetapi tidak menemukan gua, oasis, atau bahkan kota yang ditinggalkan, sehingga mereka tidak bisa berhenti untuk beristirahat di tengah terikanya matahari ini. Melihat hal ini, Sand yang awalnya hanya diam tanpa melakukan apa pun, lantas mengambil inisiatif untuk memberikan saran kepada teman-temannya, “Bagaimana kalau kita beristirahat sebentar saja?” Vincenzo melirik Sand sejenak, menjawab, “Itu memang ide bagus, tetapi kita tidak memiliki tempat untuk berteduh. Kurasa pertama-tama kita harus menemukannya?” Apa yang dikatakan oleh Vincenzo memang ada benarnya. Namun, jika mereka tidak menemukan tempat untuk berteduh, bisa saja mereka akan kehabisan air kemudian terserang oleh dehidrasi yang tak mereka mau. “Kalau itu tidak masalah.” Sand dengan santai menjentikkan jarinya, membuat sesuatu muncul dari bayangannya. Apa yang muncul adalah sesuatu berwarna hitam, yang kemudian mekar seperti paying besar yang dapat membantu mereka semua menahan matahari. “Apakah ini sudah cukup menurut kalian?” Pemuda itu mengatakannya dengan sangat tenang, dan tentu memasang wajah datar. “Seharusnya kau menggunakan ini dari awal ….” Vincenzo ingin mengeluh, tetapi tidak bisa. Pemuda itu kemudian menghela napas panjang, lalu mengembuskan perlahan. “Baiklah, karena matahari sudah sangat menyengat, lebih baik kalau kita beristirahat sejenak. Perjalanan kita masih sangat panjang, tidak ada gunanya terburu-buru, jadi nikmatilah waktu istirahat, selagi bisa.” “Ya, kami mengerti.” Keith, Carina dan Angel pun mulai duduk di pasir, tepat di bawah payung hitam besar yang diciptakan oleh Sand menggunakan kekuatannya. Mereka awalnya berniat untuk memulihkan tenaga terlebih dahulu selama beberapa saat, sembari meminum cukup banyak air di keadaan yang begitu panas ini. Akan tetapi, mendadak mereka merasakan sesuatu. Tanah yang mereka pijak tiba-tiba bergetar singkat, membuat mereka semua berdiri, memantau sekitar dengan saksama. Kemudian, tak lama berselang, tampak seorang gadis yang wujudnya setengah manusia dan setengah seperti seekor monster berwarna hitam. Gadis itu terlihat berlari dengan sangat cepat, mencoba untuk lari dari kejaran Helmer yang terus mendekat ke arahnya. “Gadis itu dalam bahaya!” Vincenzo hendak segera menolong si gadis, tetapi Keith dan Carina segera menghentikan pemuda itu. “Jangan gegabah, Vincenzo. Gadis itu tampak mencurigakan!” Keith langsung memberikan peringatan pada Vincenzo, agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada pemuda itu. Terlebih, memang benar gadis yang hendak diselamatkan oleh Vincenzo tampak sangat mencurigakan. “Keith benar, Vincenzo,” Carina menambahkan. “Kau tidak mengabaikan fakta bahwa setengah dari tubuh gadis itu bukan tubuh manusia atau pun tubuh baja seperti kita, kan?” Carina tidak mau Vincenzo bertindak tanpa pikir panjang, ketika dia tahu kalau apa yang hendak Vincenzo lakukan sangat berbahaya. Secara tidak terduga, Sand lantas melesat ke depan, berlari kea rah si gadis yang tengah melarikan diri dari Helmer tadi. Melihat ada sebuah kesempatan untuk pergi, Vincenzo ikut melesat ke depan, mengeluarkan pedang besarnya, bersiap untuk bertarung dengan Makhluk Buas yang dulu sering ia lawan bersama teman-temannya. Ia pikir, meski dengan kondisi seperti ini, ia masih bisa menang. “Vincenzo!!!” Carina segera mengejar Vincenzo sambal mengeluarkan pistol besarnya. Dia tampak kesal karena Vincenzo mengabaikan peringatannya, tetapi karena itu Vincenzo, maka apa yang harus dia lakukan adalah melindungi Vincenzo yang masih saja naif, sekuat tenaganya. Dan yang berpikiran seperti itu tidak hanya Carina, melainkan Keith dan Angel yang juga mengejar di belakang. Tanpa membuang banyak waktu, Sand melompat tinggi, menciptakan pedang raksasa berwarna hitam. Hanya dengan menjentikkan jari, pemuda itu dapat dengan mudah menyerang Helmer tadi menggunakan pedang hitam raksasa yang dia ciptakan tadi. Helmer itu pun segera terhenti kala menerima serangan Sand. Sementara itu, si gadis yang berwujud setengah manusia dan setengah makhluk berwarna hitam tadi, bukannya pergi, malah langsung melompat dan memukul kepala Helmer tadi. Secara mengejutkan, pukulan gadis itu bisa membuat Helmer tersebut terbanting ke belakang. Dia kemudian bersiap meluncurkan pukulan berikutnya, dan di saat yang sama, Vincenzo mengayunkan pedangnya menyerang kepala Helmer tadi. Gabungan serangan si gadis dengan Vincenzo berhasil membuat kepala Helmer yang keras itu terluka. Mereka berdua kemudian mundur, menjaga jarak kala Carina meluncurkan tembakan ke luka Helmer. Di belakang Carina, Keith dan Angel sudah menciptakan lingkaran sihir yang kemudian menyemburkan api, membakar Helmer yang sudah tak berdaya tadi, seperti Helmer Panggang. Meski satu Helmer sudah berhasil dikalahkan, dari arah yang sama, Helmer lain bergerak cepat ke arah mereka. Namun, Sand dengan sangat mudah berhasil menghentikan gerakan Makhluk Buas itu, hingga makhluk itu tak bisa berbuat apa-apa lagi. Kesempatan seperti itu pun dimanfaatkan dengan baik oleh si gadis yang baru saja mereka selamatkan tadi. Gadis itu dengan cepat melesat ke arah Helmer tadi, meluncurkan pukulan keras dengan tangan kanannya yang berwujud seperti lengan monster berwarna hitam. Pukulannya jauh lebih kuat dari pukulan sebelumnya, dan hanya dengan satu pukulan saja, kepala Helmer yang dia pukul, langsung hancur seperti menghancurkan kertas. Kekuatan seperti itu tentunya sangat mengejutkan, Carina, Keith dan Angel sampai dibuat terdiam oleh itu. Di sisi lain, Vincenzo dan Sand tampak tak begitu terkejut, seolah sudah menebaknya sebelumnya. Sebelum melesat pergi menyelamatkan gadis ini, Vincenzo dan Sand merasakan sebuah firasat yang sama, yakni mereka harus menyelamatkan gadis ini. Perlahan, Vincenzo dan Sand mendekat ke arah si gadis. Di belakang mereka berdua, Carina hendak menyusul, tetapi dihentikan oleh Keith. Keith berkata, “Sepertinya mereka berdua mempunyai alasan tersendiri mengapa mendadak mau bertindak menyelamatkan gadis itu. Jadi, kurasa kita tak perlu menghawatirkan mereka, setidaknya untuk sekarang. Kita lihat situasinya dulu.” Oleh karena ucapan Keith itu, Carina mengurungkan niatnya untuk mengikuti Vincenzo dan Sand. “Baiklah, aku akan melihat situasinya terlebih dahulu. Tapi …,” Carina diam sejenak. “Kalau aku melihat ada sesuatu yang mencurigakan, aku tidak akan sungkan untuk langsung bertindak meski kau halangi, Keith.” Carina sungguh serius berkata seperti itu. Sementara itu, Vincenzo dan Sand yang sudah berjarak cukup dekat dengan gadis yang baru saja mereka selamatkan, fokus mengobservasi gadis itu. Tak lama setelahnya, Vincenzo bertanya, “Siapa kau sebenarnya?” Tentu saja Vincenzo sedikit curiga dengan gadis di depannya ini, walau firasatnya mengatakan kalau gadis itu tak berbahaya sedikit pun. Gadis tadi berbalik, kemudian menjawab dengan suara datar, “Namaku Moon.” Dia lantas mengangguk pelan. “Terima kasih karena sudah membantuku. Aku tak tahu berapa jauh lagi aku harus berlari kalau kalian tidak datang dan memberikan pertolongan tepat waktu.” Dari ekspresi wajah gadis itu, terlihat jelas kalau gadis bernama Moon ini sangat serius. Tanpa mau berlama-lama lagi, Moon segera menonaktifkan setengah tubuhnya yang tadinya berwujud seperti monster hitam, kini kembali ke wujud manusia pada umumnya. Dia dengan sengaja melakukan ini bukan karena untuk menghemat kekuatan, melainkan karena firasatnya mengatakan kalau Vincenzo dan Sand tidak berbahaya. Yang bila disimpulkan, firasat Vincenzo, Sand dan Moon adalah sama dan saling mendukung satu sama lain. Namun, kendati mereka bertiga memiliki firasat yang sama, hanya satu orang yang mengetahui alasan mengapa mereka memiliki firasat sama. Orang itu tidak lain adalah Sand. Sand sebelumnya sudah menyelidiki semuanya, kemudian memastikan berkali-kali, lalu menyimpulkan bahwa Moon adalah saudarinya, yang dia cari sembari mencari saudaranya yang lain. “Hm, berhubung tadi kita sudah bekerja sama dengan baik, apa tidak masalah kalau aku mengetahui nama kalian?” tanya Moon, dengan sangat polosnya, langsung ingin menjalin tali persahabatan pada orang yang baru saja ia temukan, ketika bertarung melawan Helmer, salah satu makhluk buas yang ingin dimusnahkan oleh seluruh umat manusia. Sejenak, Vincenzo dan Sand saling bertukar pandang, kemudian Vincenzo kembali berpaling ke arah Moon, menjawab, “Namaku Vincenzo, dan dia Sand.” Vincenzo kemudian menunjukkan wajah serius, lalu bertanya lagi, “Sekarang bisakah aku tahu apakah kau seorang prajurit atau mungkin God Crusher yang meninggalkan tugasnya dan mengembara, atau yang lainnya?” Mendengar pertanyaan Vincenzo tadi, Moon tampak sedikit murung, kemudian menjawab dengan jujur, “Aku bukan dan tidak pernah menjadi prajurit biasa atau pun God Crusher. Aku hanya masyarakat biasa yang secara kebetulan memiliki kekuatan berubah wujud seperti yang kalian lihat tadi. Dan aku sudah lama melakukan perjalanan sendirian untuk membunuh semua Makhluk Buas!” Setelah melihat apa yang terjadi sebelumnya, di mana Moon bisa menghancurkan kepala Helmer hanya dengan satu pukulan saja, membuat Vincenzo dan Sand hanya bisa percaya pada apa yang dikatakan oleh gadis itu. Namun, di saat seperti ini, Sand yang mengambil alih posisi Vincenzo untuk berbicara. “Kurang lebih, kami mengerti dengan keadaanmu.” Sejenak, Sand melirik kea rah Vincenzo, kemudian kembali melirik Moon. Dia sengaja tidak segera bicara lagi, melainkan melihat situasi terlebih dahulu, sedikit bersabar sampai akhirnya Moon tampak jauh lebih tenang dan tak murung seperti sebelumnya. “Aku akan langsung ke intinya. Apa kau mau bergabung dengan kami?” “Hei!” Vincenzo langsung menegur Sand. “Kau baru saja bergabung dengan kami, dan langsung membawa orang lain masuk begitu saja?” “Bukankah lebih banyak orang lebih baik?” Sand bersikap tenang. “Lagipula, firasatmu mengatakan kalau Moon bukanlah gadis yang berbahaya, kan?” Sebenarnya Vincenzo ingin berkomentar pada Sand yang mendadak bersikap akrab dengan Moon, tetapi karena tidak penting, ia pun mengabaikannya. “Apa yang kau katakana memang benar. Namun, menentukan pilihan hanya dengan mengandalkan firasat saja, entah mengapa aku merasa kurang puas akan hal itu.” “Aku tak ingin mendengar hal itu dari orang yang menunjukkan jalan sesuai dengan kata hati.” “….”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD