Chapter 44 : Insiden Blue Bird III

1593 Words
Vincenzo segera mengambil jarak dengan mundur beberapa langkah. Pukulannya barusan sudah hampir dari seluruh kekuatannya, tetapi dapat ditahan dengan mudah. Tentu saja ia sangat tidak menyangka hal ini, tetapi ia terpaksa mengakui kalau dirinya jauh lebih lemah dibandingkan dengan bawahan Glen tadi. Sedangkan di sisi lain, Glen memuji bawahannya yang baru saja menahan pukulan keras Vincenzo, “Kerja bagus, Wave. Itu tadi adalah contoh yang sangat bagus untuk menunjukan perbedaan antara kita dan mereka!” Mendengar itu, Misco yang sedari tadi diam, mendadak tersenyum tipis, lalu melangkah hingga dia berdiri sejajar dengan Vincenzo. “Ya, kau benar sekali. Tadi itu benar-benar sebuah contoh yang sangat bagus! Kau melakukannya tanpa perlu disuruh!” Glen tampak tidak senang mendengar ucapan Misco tadi. “Apa kau sedang meremehkan kami? Sekalipun kau tidak percaya, aku dapat katakana kalau kami bertiga sudah lebih dari cukup untuk menghabisi kalian!” “Itu pun kalau kami sungguh hanya bertiga.” Misco kemudian tersenyum melihat kelompok-kelompok lain bersatu untuk sementara, dengan satu tujuan yang sama. “Namun, orang-orang yang ada di sini memiliki otak yang cerdas, meski mereka tidak dapat memercayai satu sama lain sepenuhnya di sini!” Glen seketika tersentak. Dia berbalik ke belakang, melihat semua orang yang ada di sekitar sini, berkumpul membentuk aliansi untuk menghancurkan Glen dan teman-temannya. Ini tentu sesuatu yang sangat merugikan di pihak Glen sekarang, sebab harus menghadapi kejutan ini. Tidak hanya itu, secara tidak terduga, Ago ternyata bergabung dengan aliansi tersebut. Di mana sebelum berkumpul untuk mengalahkah Glen dan teman-temannya, aliansi ini terlebih dahulu mengalahkan Al yang menyerang Ago. Para anggota aliansi pun mulai berbisik-bisik, “Kita memang tidak tahu kelompok mana yang lebih kuat di antara kita, tetapi perbedaan sudah terlihat jelas kalau kelompok Glen sudah jauh lebih kuat dari yang lainnya.” “Meskipun kedepannya mungkin aku akan mati, masih lebih baik daripada mati karena kelompok yang terlalu superior di awal!” sahut yang lainnya. “Ya! Sudah terlihat jelas dari awal kalau para pengurus panti asuhan itu sengaja menempatkan mereka berada di ruangan kita!” “Tidak akan kubiarkan mereka mendapatkan hasil yang mereka inginkan!” Meski dalam keadaan yang tampak mendesak dan membuatnya sedikit terkejut, Glen kembali dapat tenang, seolah tidak terjadi apa pun. Anak laki-laki itu kemudian tersenyum tipis, kemudian melirik dua rekannya satu per satu, “Wave, Sand, kalian urus tiga keronco yang ada di belakang. Sisanya, biar aku yang mengurusnya!” Glen dengan tenang langsung maju beberapa langkah, mendekat kea rah pasukan aliansi yang bertujuan untuk mengalahkan dirinya. Tentu saja ini sebuah langkah yang aneh yang dilakukan oleh Glen, seolah mengatakan kalau dirinya saja sudah cukup untuk menghabisi semua orang yang ada di sini. Melihat itu, beberapa orang yang ada di aliansi bergumam, “Apakah dia sudah gila dan menyerah begitu saja?” “Mungkin saja dia pikir kalau percuma saja bertarung, karena memang tidak ada kemungkinan sedikit pun yang dapat meyakinkan kalau dia bisa menang dari kita!” yang lain menyahut. Meski begitu, berbeda dari semua orang, Wave dan Sand yang adalah anak laki-laki yang menjadi bawahan Glen, tidak menghawatirkan atau berkomentar apa pun tentang Glen. Mereka berdua malah fokus untuk bertarung melawan Vincenzo, Misco dan Carina, sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Glen. “Sepertinya memang ada yang aneh dengan mereka …,” gumam Vincenzo, pelan dan sangat curiga kalau ada sebuah konspirasi di sini. “Ya, aku sangat setuju dengan opinimu itu ….” Misco tidak dapat membantah apa yang dikatakan oleh Vincenzo. “Apakah Glen sudah berubah menjadi sesosok monster atau apa pun itu?!” Sand yang mendengar Vincenzo dan Misco sedang berbisik-bisik, seketika berkata dengan yakin, “Kalian mungkin tidak percaya, tetapi Glen memang dikembangkan untuk menjadi seorang God Crusher! Mengalahkan kalian semua, itu bukan sesuatu yang sulit baginya!” “Ap— ….” Misco seketika terdiam mendengar pernyataan Sand tadi. “Tidak mungkin ….” Vincenzo tidak percaya begitu saja. Ia masih meragukan apa yang dikatakan oleh Sand tadi. Namun, Sand malah tersenyum tipis, menjawab, “Tidak masalah kalian mau percaya atau tidak. Yang jelas, aku mengatakan kebenarannya!” “Tapi kalau kalian perlu bukti,” Wave memotong pembicaraan, “Kalian bisa melihatnya secara langsung. Mungkin sebentar lagi dia akan beraksi.” Seketika semua orang yang melihat Glen, tercengang, terdiam tak bisa mengatakan apa pun lagi. Bagaimana tidak, di sekujur tubuh Glen, perlahan api membara hingga menyelimutinya dari ujung kaki hingga ujung rambut. Tatapan Glen tajam ke depan, kakinya melangkah maju, sedangkan pasukan aliansi yang tadinya sangat percaya diri, kini melangkah mundur perlahan. “Orang ini … dia sungguh monster!” salah satu orang dalam pasukan aliansi mulai bergumam, meski sekujur tubuhnya begitu gemetar. “Kalian ….” Misco pun mulai mengeluarkan keringat dingin. Hal seperti ini tidak pernah dia perkirakan sebelumnya. Dia sangat sadar, kalau sudah seperti ini, maka apa yang disebut sebagai strategi, tidak lebih dari sekedar sebuah omong kosong belaka saja. Sand yang melihat ekspresi tak berdaya yang diperlihatkan oleh Misco, tersenyum lebar penuh kemenangan. “Kini, kalian tidak memiliki pilihan selain percaya bahwa Glen memang sesuatu yang tidak akan bisa kalian kalahkan!” “Yeah, meskipun itu juga tak penting!” Wave seketika melesat, meluncurkan satu pukulan keras ke arah Misco. Sebelum Misco sempat bereaksi, Vincenzo sudah terlebih dahulu melompat dan menahan pukulan keras Wave dengan kedua lengannya yang disilangkan di depan d**a. Pukulan keras dari Wave memang dapat dihentikan, tetapi Vincenzo sampai dibuat mundur selangkah oleh pukulan kerasnya itu. “Sial! Memang sulit untuk diakui, tetapi pukulannya memang sangat kuat!” Vincenzo menggerutu. Wave tertawa pelan, kemudian meluncurkan pukulan beruntun. “Hahaha! Kau pikir berapa lama kau dapat menahan semua pukulanku?!” Anak laki-laki itu tidak mau peduli dengan lawannya, terus saja meluncurkan banyak pukulan keras, membuat Vincenzo perlahan-lahan bergerak ke belakang. “Apa kau memerlukan bantuanku, Wave?” tanya Sand, sengaja sedikit mengejek Wave yang tampak hanya bermain-main saja. “Kau pikir kau siapa hingga bisa membuatku perlu meminta bantuanmu?!” Wave kian menambah kekuatan dalam pukulan beruntunnya. Hingga, pada akhirnya Vincenzo terjatuh, kedua tangannya mati rasa. Tidak mau memedulikan hal tersebut, Wave seketika meluncurkan satu tendangan keras kea rah Vincenzo, tetapi mendadak Carina melesat dan meluncurkan pukulan keras ke arah Wave. Refleks saja Wave melompat ke belakang untuk menghindari pukulan tersebut. Di saat yang sama, Misco seketia maju dan berdiri membelakangi Vincenzo dan Carina. Tatapan mata pemuda itu begitu tajam. Dan tidak terlihat adanya keraguan sedikit pun di tatapan matanya itu. “Hei, hei, hei. Apa kau tidak melihat yang baru saja terjadi tadi?” kata Sand, mencoba untuk membuat Misco gentar. Akan tetapi, Misco tidak gentar sedikit pun. Tentunya dia tahu kalau dirinya memang jauh lebih lemah dari Vincenzo, dan hanya keberuntungan yang bisa membuat dia menang jika bertarung dengan Wave. Namun, baginya itu sudah lebih dari cukup dibandingkan mati tanpa berbuat apa pun. Vincenzo pun seketika bangkit, kemudian berdiri sejajar dengan Misco. Ia sangat tahu apa yang Misco pikirkan saat ini. Kemudian, Carina juga ikut berdiri sejajar dengan dua anak laki-laki itu, sebab dia tak mau hanya diam dan melihat saja. Sand kemudian tersenyum tipis kala melihat itu. “Sepertinya kalian tidak akan mengerti perbedaan besar di antara kita jika kalian masih belum berada dalam situasi hidup dan mati.” Sand tampaknya sudah bersiap untuk menyerang juga, bersama dengan Wave. “Wave, aku akan membantumu kali ini, agar semuanya selesai dengan cepat.” Bukannya menerima dengan senang hati, wajah Wave tampak masam, menjawab, “Tidak perlu! Mereka sangat lemah, aku sendiri saja sudah cukup!” “Sebenarnya aku juga tak mau turun tangan, tetapi Glen menyuruhku untuk membantumu, jadi mau bagaimana lagi. Aku juga harus bertindak.” “Terserah kau saja!” Seketika Wave melesat ke depan, hendak meluncurkan pukulan beruntun. Akan tetapi, Vincenzo dengan sigap mengambil tindakan dengan melesat ke arah Wave, sembari berkata, “Serahkan dia padaku! Kau dan Carina urus yang satunya, Misco!” “Jangan meremehkanku!” Dengan begitu cepat Wave meluncurkan satu pukulan keras ke wajah Vincenzo. Vincenzo hendak menghindar, tetapi refleksnya tidak begitu cepat, sehingga pukulan Wave meluncur tepat ke sasaran. Oleh karenanya, Vincenzo pun meluncurkan serangan balik agar tidak dalam posisi bertahan terus, sayangnya serangan baliknya itu dapat dihindari dengan mudah oleh lawan. Berulang kali Vincenzo meluncurkan serangan, malangnya serangannya itu terus saja hindari dan ditangkis oleh Wave. Di sisi lain, serangan-serangan yang diluncurkan Wave sangat efektif dan tepat sasaran, sehingga membuat hidung Vincenzo kini berdarah. Vincenzo melompat mundur, mengambil napas sejenak dan mencoba mencari celah dari pertahanan Wave. Sementara itu, Wave hanya diam dan terus berkonsentrasi, memikirkan cara untuk menumbangkan Vincenzo dengan cepat. “Tidak disangka, kau cukup keras kepala juga!” kata Wave, mulai muak melihat tatapan mata Vincenzo yang sedikit pun tak menunjukkan tanda akan segera menyerah. Vincenzo melihat kesempatan ini untuk mengulur waktu, sehingga ia menanggapi, “Terkadang keras kepala itu dibutuhkan, jadi jangan hiraukan kalau kau tak suka!” “Cih! Kau hanya banyak bicara saja!” Wave kian kesal. “Lihatlah dirimu, begitu menyedihkan! Kau bahkan tidak dapat meluncurkan satu pukulan pun ke arahku! Dari sana saja sudah terlihat seberapa payah dirimu sebenarnya!” “Kau memang benar ….” “Kalau begitu matilah!” Seketika Wave melesat cepat ke depan, tetapi serangan mendadak ini sudah diperhitungkan sebelumnya oleh Vincenzo. Vincenzo dengan susah payah akhirnya dapat menghindar dari serangan kuat Wave. Namun, itu belum berakhir, Wave berbalik arah dengan begitu cepat, kembali meluncurkan serangan kea rah Vincenzo. Kali ini Vincenzo tak sempat menghindar, sehingga ia dengan terpaksa harus menahan serangan itu dengan kedua lengannya, seperti yang ia lakukan di awal. Sesuai dengan yang ia duga, kedua lengannya itu langsung mati rasa akibat menahan pukulan yang sangat dahsyat tadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD