Bab 61
Dalam Perjalanan Pulang
Helen dan Kevin melanjutkan perjalanan ketika mereka sudah tidak bisa melihat bayangan Dina lagi. Untuk beberapa saat mereka saling diam dan tidak berbicara satu dengan yang lain, sampai Kevin memutuskan untuk mengakhiri keheningan itu.
“Len, bagaimana kabar Jeff?” Tanyanya sambil menjaga fokusnya dalam mengemudi dan hanya melirik satu kali ke arah Helen.
Helen sedikit terkejut dengan pertanyaan itu.
“Jeff baik-baik saja.” Jawab Helen sambil tetap mengarahkan pandangannya ke depan, tidak mau menatap ke arah Kevin. Ia tahu bahwa Kevin hanya berbasa-basi saja ketika ia menanyakan tentang kabar Jeff itu.
Untuk beberapa detik keheningan kembali terjadi.
“Maksudku kabar hubungan kalian…” Ujar Kevin kemudian.
“Hubungan kami baik-baik saja.” Jawab Helen dengan spontan.
Helen dapat melihat dengan ujung matanya bahwa Kevin mengangguk setelah mendengar jawabannya itu.
“Apa sekarang dia sudah lebih perhatian?” Kevin kembali bertanya.
“Kevin, jangan mulai lagi!” Protes Helen.
“Aku hanya ingin memastikan.” Balasnya.
“Memastikan apa?” Tanya Helen, tidak mengerti.
“Memastikan bahwa sekarang kamu lebih bahagia dari pada sebelumnya.”
“Itu sama sekali bukan tanggung jawabmu, Kev!” Sanggah Helen dengan halus.
“Aku tahu itu, hanya saja aku… You know,” Kevin mulai tergagap.
“Oh come on, jangan ke situ lagi!” Potong Helen yang sudah mengerti ke mana arah pembicaraan Kevin sebenarnya.
Kevin kemudian menyalakan lampu sein dan mulai menepikan mobilnya. Ia membiarkan lampu seinnya tetap menyala ketika mobilnya telah berhenti di pinggir jalan.
“Len, aku…” Kevin kembali tergagap.
Helen menatap Kevin dan mengangkat sebelah alisnya sebagai tanda kalau ia menunggu Kevin menyelesaikan kalimatnya.
“Aku sudah mencoba kabur ke Singapore dan tetap tidak bisa melupakanmu. Aku juga telah mengatakan kepada mamaku bahwa aku mempertimbangkan untuk melanjutkan kuliahku di sana saja, mamaku bahkan sudah setuju. Namun aku memutuskan untuk kembali lagi kemari ketika liburan berakhir. Karena ternyata aku masih ingin berada di sini untuk melihatmu.”
Helen mengarahkan pandangannya ke luar jendela. Ia kehabisan kata-kata hingga Kevin memegang tangannya dan membuatnya terperanjat.
“Helen,” panggilnya.
Helen pun berbalik dan menatap Kevin. Pandangan mata mereka saling bertemu.
“Aku jatuh cinta kepadamu…” kata Kevin, pelan.
Pernyataan Kevin itu benar-benar membuat Helen terkejut. Ia bukannya tidak menyadari hal itu selama ini, namun ia tidak menyangka Kevin akan memiliki keberanian untuk menyatakan hal itu kepadanya.
“Bisakah kamu tinggalkan Jeff dan bersamaku?” Tanya Kevin, kemudian.
Helen buru-buru melepaskan tangannya dari genggaman tangan Kevin.
“Kev, aku minta maaf tapi aku tidak bisa melakukan itu.” Jawab Helen sambil mengarahkan pandangannya ke arah yang berbeda. Itu memberi kesan bahwa ia tidak merasa nyaman lagi untuk menatap Kevin.
“Apakah kamu benar-benar mencintainya?” Tanya Kevin, ingin memastikan.
“Tentu saja.” Jawab Helen, namun ia justru terdengar tidak yakin.
“Kamu bahkan tidak yakin dengan pilihanmu!” Sanggah Kevin.
Kevin kembali menggenggam tangan Helen.
“Kev, dengarkan aku.” Ujar Helen. “Masalah Jeff hanyalah ia terlalu banyak menghabiskan waktu untuk bekerja. Selebihnya aku merasa dia oke-oke saja!”
“Tapi dia tidak memberimu perhatian dan kemesraan yang kamu inginkan!” Tuding Kevin.
“Dia hanya belum saja, bukannya tidak!” Bantah Helen dengan keras. “Kamu sendiri pernah mengatakan hal itu.”
“Len, aku tidak bisa bersandiwara lagi. Aku tidak bisa menahan perasaanku lagi. Melihatmu setiap hari lalu bertingkah seperti aku tidak memperhatikanmu, sementara kita sama-sama tahu apa yang pernah kita lakukan di belakang, itu membuat hatiku sakit!”
“Kev, kamu berlebihan…” Potong Helen.
“Aku tidak berlebihan!” Ujar Kevin, setengah berteriak. “Apa kamu lupa semua yang pernah kita lakukan? Apa perlu aku mengingatkanmu?” Bentak Kevin.
Helen terdiam, tidak bisa menjawab pertanyaan Kevin.
“Len, kamu pernah menangis dalam mobil ini karena bertengkar dengan Jeff. Kita pernah berpelukan juga di sini. Kita berciuman…”
“Hentikan!” Potong Helen.
Kevin tidak memedulikan perintah Helen dan terus melanjutkan kata-katanya.
“Kita berciuman di dalam mobil ini. Kita berciuman di rumahku. Kita bahkan hampir melakukan itu di rumahku…”
“Kevin sudah cukup!” Perintah Helen.
Kevin mengabaikan perintah Helen dan terus berbicara.
“Lalu kamu pikir, setelah semua pelukan, ciuman, dan kemesraan itu, aku bisa melupakanmu dengan mudah dan membiarkanmu melanjutkan hubungan dengan orang lain?”
“Lantas mau bagaimana lagi, Kev? Aku terikat hubungan dengan orang lain.” Jawab Helen.
“Kamu tidak terikat hubungan,” bantah Kevin. “kamu sengaja mengikatkan dirimu kepadanya. Padahal kamu sendiri tahu bahwa kamu bisa membangun hubungan denganku!”
“Apa maksudmu?” Tanya Helen, tak mengerti.
“Len, aku tidak yakin ada cinta di antara kalian. Bahkan jika kamu mengundurkan diri dari hubungan yang kamu jalani sekarang bersamanya, aku sangat yakin sekali kamu tidak akan begitu terluka!”
“Kevin, kamu mulai menggila!”
“Hatimu akan lebih terluka saat aku tidak ada dibandingkan saat Jeff yang tidak ada di sisimu!”
Kevin benar-benar berusaha meyakinkan Helen untuk melepaskan Jeff dan memilih dirinya. Sementara Helen tidak mengerti jin apa yang sedang merasuki Kevin sehingga ia tiba-tiba menjadi begitu ngotot ingin menjalin hubungan dengan Helen.
“Kev, apa yang kamu mau sebenarnya?” Tanya Helen, pelan.
“Len, sudah sangat jelas bukan apa yang aku inginkan!” Balas Kevin.
“Katakan dengan jujur padaku,” Ujar Helen. “kamu ingin hatiku atau tubuhku?”
Mata Kevin terbelalak lebar mendengar pertanyaan Helen itu.
“Apa maksudmu?” Tanya Kevin.
“Kamu bersikap sangat memaksa. Kamu jadi terlihat seperti Garry tapi dalam versi yang tidak memukul, tentunya.”
“Aku tidak seperti dia!” Kevin spontan menolak pendapat Helen.
“Kamu terus menyerang mentalku dengan mengumbar kenangan-kenangan yang susah payah aku lupakan agar aku bisa menjadi pribadi yang lebih bersih ketika melanjutkan hubungan dengan Jeff. Kamu mungkin tidak menyadari kalau kamu sudah menyerangku dengan begitu intens!”
“Len, aku tidak bermaksud menyerangmu.” Elak Kevin. “Aku hanya mencoba membantumu mengingatnya lagi kalau-kalau kamu sudah lupa tentang keberadaanku dalam hidupmu.”
“Aku tidak mungkin melupakan itu, tetapi aku mengesampingkannya agar hubunganku dengan Jeff bisa berhasil!”
“Kamu mengesampingkan aku juga!”
“Kev, bukankah kamu sendiri yang mengatakan bahwa kamu tidak apa-apa meskipun kita terus seperti itu untuk jangka waktu yang tidak ditentukan. Sekarang mengapa kamu jadi menagih kepastian bahkan sampai memintaku untuk meninggalkan Jeff dan menjalin hubungan denganmu?”
Kevin terdiam untuk sesaat. Ia ingat bahwa ia memang pernah mengatakan seperti itu.
“Ayo kita ke rumahmu saja!” Ajak Helen tiba-tiba.
“Untuk apa?” Tanya Kevin, bingung.
“Kamu ingin tubuhku, bukan? Akan aku berikan!” Balas Helen dengan tegas.
“Okay!” Kevin langsung menerima tawaran itu.
Ia pun menjalankan mobilnya kembali untuk menuju ke rumahnya.
Langit telah berubah warna, hari beranjak senja yang berarti sebentar lagi akan diliputi gelap malam.
Sepanjang perjalanan Helen bergumul dengan pikirannya sendiri. “Apa yang baru saja aku katakan? Aku menawarkan tubuhku agar dia berhenti menyerang mentalku, namun itu juga berarti aku menciptakan kenangan baru dan masalah baru bersamanya. Aku memang tidak berpikir panjang!”
Helen tiba-tiba mendapat ide. “Aku harus membuat perjanjian dengannya.”
Pintu gerbang rumah Kevin telah dibukakan oleh asisten rumah tangganya ketika mobil itu tiba di depan rumah. Mobilnya pun masuk dan langsung menuju ke parkiran bawah tanah yang ada di rumahnya.
Kevin mematikan mesin mobilnya dan keluar dari sana. Ia lantas membukakan pintu yang ada di sisi Helen dan menarik Helen keluar dari sana. Mereka lantas berjalan menaiki beberapa anak tangga dan kini tiba di dapur rumah tersebut. Parkiran bawah tanah di rumah Kevin memang memiliki akses langsung menuju ke dapur.
Kevin masih menarik tangan Helen dan membawanya langsung menuju ke kamarnya yang berada satu lantai lagi di atas. Semua asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Kevin menyaksikan hal itu namun tidak ada yang berani bertanya bahkan menyapa Kevin maupun Helen, meskipun Helen sudah cukup akrab dengan mereka.
Kevin membuka pintu kamarnya hanya dengan menempelkan sidik jarinya pada sebuah alat kecil yang terpasang di samping pintu. Pintu kemudian terbuka dan ia menarik Helen masuk ke dalam kamarnya.
Helen memandang ke sekelilingnya. Selama ini ia belum pernah memasuki kamar Kevin. Mereka selalu berada di ruang tamu atau jika ingin lebih private Kevin akan membawa Helen ke ruang teater mini yang juga berada di lantai satu.
Kamar Kevin seluruhnya berwarna putih, mulai dari karpet, ranjang, lemari, meja dan kursi hingga seprai dan selimut. Kamar itu benar-benar tertata rapi dan bersih, tidak nampak seperti kamar laki-laki pada umumnya.
Kevin mendorong tubuh Helen dengan keras hingga jatuh ke ranjang.
“Wow… Wow… Sebentar!” Tahan Helen. “Kita harus membuat perjanjian dulu.”
“Perjanjian macam apa?” Tanya Kevin.
“Perjanjian bahwa kamu akan mengakhiri ini semua setelah hari ini.”
“Apa?” Seru Kevin dengan terkejut.
“Iya, aku akan membiarkan kamu menyentuhku hari ini asalkan kamu berhenti menyerang mentalku serta berhenti membahas tentang perasaanmu kepadaku, dan membiarkan aku melanjutkan hubunganku dengan Jeff tanpa mencampurinya. Bagaimana?”
Kevin tampak berpikir. Ia lantas duduk di samping Helen.
“Len…” katanya sambil memegang pipi Helen. “Bukan seperti ini yang aku inginkan.”
Helen mulai melepaskan kancing kemeja yang ia gunakan satu demi satu di hadapan Kevin.
“Aku serius!” kata Helen.
“Len, aku jatuh cinta kepadamu. Aku tidak bermaksud menyerang mentalmu seperti yang kamu katakan tadi.” Ujar Kevin.
Sekarang semua kancing kemeja Helen sudah terbuka. Helen menarik kemeja itu keluar dari tubuhnya dan melemparkannya ke lantai.
Ia kini tidak menggunakan pakaian di bagian atas, hanya tinggal pakaian dalamnya saja. Kevin tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Helen, dengarkan aku!”
Helen lantas berdiri dan hendak melepaskan celana jeans yang digunakannya juga namun Kevin buru-buru menarik tangan Helen sehingga Helen terduduk kembali di ranjang dan tidak jadi menanggalkan celana jeansnya.
Kevin lantas mengambil selimut putih tebal yang ada di ujung ranjangnya dan membungkus tubuh bagian atas Helen yang sudah terbuka dan menyisakan pakaian dalamnya saja itu.
Kevin memeluk tubuh Helen yang terbungkus selimut itu.
“Aku tidak mungkin melakukan ini kepadamu.” Bisiknya. “Aku mencintaimu!”
Kevin mengusap kepala bagian belakang Helen.
“Cintaku jauh lebih besar dari cinta Jeff, namun kamu tidak menyadari itu.” lanjutnya.
“Aku terus berharap kamu akan meninggalkan Jeff atau Jeff yang mencampakkanmu, sehingga kita akhirnya bisa bersama. Aku lelah terus menjadi tempat kamu pulang ketika kalian bermasalah. Maaf aku tidak bermaksud menyerang mentalmu lagi, hanya saja ini benar-benar tidak mudah untukku. Ketika aku melewatkan saat-saat romantis bersamamu, yang sebenarnya amat sangat menguras perasaanku, sementara pada saat yang sama aku tidak bisa memilikimu karena kamu adalah milik orang lain. Pernahkah kamu membayangkan bagaimana posisiku?”
Helen terdiam kemudian membalas pelukan Kevin. Kevin bisa merasakan kalau tangan Helen kini melingkar juga di tubuhnya.
“Maaf, tapi kamu sudah tahu ke mana hatiku, Kev.” Bisik Helen.
Kata-kata Helen itu seketika membuat air mata Kevin jatuh. Ia merasa hatinya sangat perih seperti baru saja teriris.
Kevin tidak dapat membendung air matanya. Air matanya mengucur deras tanpa bisa ia tahan lagi. Helen bisa mengetahui tangisan pria itu hanya dengna mendengar suara tarikan napasnya yang tersendat-sendat.
Helen lantas melepaskan pelukannya dan menatap wajah Kevin. Ia memegang kedua pipi Kevin. Selimut yang membungkus tubuhnya menjadi terlepas. Kevin mengambil selimut itu dan melingkarkannya ke tubuh Helen kembali.
Masih sambil memegang kedua pipi Kevin, Helen pun mencium bibir pria itu dengan lembut. Helen bisa merasakan air mata Kevin yang ikut jatuh ke bibirnya.
“Aku minta maaf, tapi aku tidak bisa membalas cintamu. Aku memang menyukaimu tapi hanya itu hal tertinggi yang bisa aku lakukan untukmu.” Bisik Helen.
Kevin mengangguk dan menghapus air matanya sendiri dengan telapak tangannya. Ia lantas mengambil kemeja Helen yang tergeletak di lantai dan membantu Helen untuk memakai kemeja itu kembali.
“Aku juga tidak bisa meniduri wanita yang tidak mencintaiku. Aku bukan jenis laki-laki seperti itu.” Katanya.
Setelah Helen selesai mengancingkan semua kancing kemejanya, ia memeluk Kevin lagi. Kevin kemudian menarik tubuh Helen untuk berbaring di ranjang bersamanya. Mereka berdua berbaring sambil berpelukan di ranjang itu untuk beberapa saat, namun mereka tidak melakukan hubungan intim sama sekali.
Helen sendiri bingung dengan situasi yang sedang dihadapinya. Ia menolak cinta pria itu tetapi kenyataannya ia kini berpelukan dengan pria itu di ranjang. Ia benar-benar tidak menyelesaikan masalahnya dan hanya menundanya saja, seperti yang biasa ia lakukan selama ini.