Ahmad dan Rico pun duduk dibelakang bangku Tari dan Mei sesuai arahan pak Rizki, mereka
memandang kehadapan depan untuk mendengarkan penjelasan dari pak Rizki.
“baik semua, keluarkan buku kalian dan kerjakan lks halaman 35-36”
“baik pakk!” seluruh murid kompak menjawab.
“yasudah bapak ada urusan mendadak jadi jangan ramai ya” tutur pak Rizki, dan kembali lagi seluruh
murid XI-IPS 1 mengatakan 'ya' secara kompak.
Hh gua kirain bakal diajarin materi baru lagi sama pak Rizki, eh taunya ditinggal. Suka sebel gitu
padahal mapel pak Rizki itu yang paling gua suka, IPS!! –batin mei
Tari yang melihat sahabat nya melamun segera berujar. “heh Mei buka tu buku ngelamun bae lu”
“hm” jawab Mei.
“cuek mulu, kaga capek?”
“gak”
“jadi orang ngeselin bat sih lu” ujar Tari, tentu saja Mei tak peduli ia lebih memilih mengerjakan lks
seperti perintah pak Rizki tadi. Sedangkan Tari memutuskan untuk berbalik menyambut 2 anak baru yang kini sedang rajin mengerjakan tugas.
“haiii nama kalian tadi Ahmad sama Rico kan?” tanya Tari dengan riang.
“iya” jawab Ahmad.
Tari mengulurkan tangannya, “kenalin nama gue lestari annisa handoko, panggil Tari aja” ucap Tari
tak lupa tersenyum hangat.
Oohh tentu saja hal ini tak disia-siakan oleh Ahmad, ia segera menerima jabatan tangan tersebut.“ahh,
kenalin juga gue Ahmad ini Rico” Ahmad menunjuk sosok disampingnya.
“salken yaa! Semoga kita berteman!”
“iya! Semoga” jawab Ahmad tak kalah senang.
Cantik banget elah –batin Ahmad
Hm cantik yang namanya Mei –batin Rico
Yey temen baruu –batin Tari
Ini bagemana sih, jawabannya apa coba? –Mei yang frustasi sama soal
Karena bingung Mei akhirnya bertanya pada Tari. Hei, gini-gini Tari mempunyai otak cerdas untuk mengingat materi. Terkhusus pada mapel IPS atau sejarah. Tari jagonya.
“eh tar ni apa?” Mei menyodorkan lks nya.
“ha? Oh ini toh, di bacaan penjelasan materi didepan adaa coba cari deh”
“gak ada”
“hh carii dulu!”
“ok” pasrah Mei.
Jam berlalu, waktu yang ditunggu-tunggu oleh semua siswa akhirnya tiba. Waktu istirahat.
“yuhuuuu istirahat!! Eh Mei yok kantin” ajak Tari
“ayo"
Mereka berdua pun keluar dari kelas dan berjalan menuju kantin guna mengenyangkan perut mereka dengan makanan yang menjajakan mata. Sedangkan kondisi bangku belakang mereka...
“eh mad mad” panggil Rico
“paan? Kagak kantin lo?”
“kantin lah, gua mau nanya yang namanya Mei itu kenapa singkat bener kalo ngomong?”
“tau dah. Mendingan kita minta nomer wa nya mereka aja”
“wahh boljug, yuk kantin”
“yok”
Kedua lelaki itu segera keluar dari kelas, dikoridor mereka tak henti-hentiya membicarakan banyak
hal. Mulai dari sport sampai ghibahin peliharaan tetangganya Ahmad. Tetapi saat sedang senang
berbincang keduany secara tiba-tiba dihadang oleh sekelompok orang. Dari bet kelasnya sih..
kemungkinan mereka semua adalah kakak kelas. Hah.. Ahmad dan Rico seperti dejavu melihat
adegan ini.
“wahh anak baru?, hei belikan kami makanan di kantin” ucap salah seorang yang paling mencolok
antara mereka semua. Mungkin dia adalah ketuanya.
“bener tuh, sana gih beliin” imbuh salah satunya
Tak takut akan dipukuli lagi seperti tadi pagi, dengan berani Rico mengucap “maaf kak kami bukan pembantu atau pesuruh kakak. Jadi permisi” Rico mengandeng tangan Ahmad agar segera pergi dari sini. Tetapi pelarian mereka gagal karena dihadang oleh salah satu orang dipihak kakak kelas.
“berani lo ngebantah perintah gue hah?!” ucap Roy, sang ketua. Tangan kiri Roy mencengkram kerah
baju seragam Rico, sedang tangan satunya sudah mengambil persiapan untuk memukul wajah mulus milik Rico. Tetapi tak jadi akibat diberhentikan oleh gadis yang tidak sengaja lewat.
“NGAPAIN TUH, MAU PUKUL-PUKULAN? GUA LAPORIN BU YETI BARU TAU RASA LU”
“ehh beb Tari, enggak kok siapa yang mo mukul? Enggak kan ya?” Roy segera melepakan
cengkramannya lalu tersenyum merangkul pundak Rico seperti seorang teman. Dan Rico tidak suka
ini.
“bab beb bab beb lu kira gua babi?” sinis Tari.
“yakan panggilan kesayangan” Roy masih mempertahankan senyumannya.
Namun senyuman itu tak berlangsung lama akibat celetukkan Mei. “najis, mana mau Tari pacaran ma
lu yang suka main cewe, minum-minum, tawuran, jelek lagi” uh.. pedas sekali seperti boncabe level
30.
“saya seperti mendengar suara kretek” ujar Tari.
Roy yang mendengar ucapan Mei sontak lesu. “yaudah aku pergi kalau begitu” ucapnya dengan nada lemah. Astaga lelaki macam apa dia.
“yaudah sono”
Setelah kelompok Roy pergi, Mei dan juga Tari menghampiri dua sosok makhluk adam yang lain.
“kalian gak papa?” tanya Tari khawatir
“enggak kok tar tenang aja” sahut Rico sembari menampilkan senyumnya.
“hah.. syukur deh, kalau gitu yok ke kantin bareng gua traktir”
“lah.. bukannya tadi lu kata mau ke kantin?” Ahmad bersuara.
“hehe belum. Tadi dipanggil kepsek dulu soalnya”
“oohhh yaudah, kuyy”
Mereka berempat berjalan beriringan menuju kantin, tapi di koridor dekat kantin banyak cacian yang dikatakan oleh para murid yang berdiri di sisi-sisi koridor.
“ih cowo cupu kok berani banget jalan sama Tari sih?”
“wah kalo sampe ngegebet Mei, gua abisin tu anak”
“iih orang tuanya gak beruntung ya punya anak kok cupu kaya mereka”
Mungkin ucapan-ucapan lain masih bisa Mei seolah menutup telinganya, tapi begitu ucapan siswi yang terakhir ini membuat langkah kakinya terhenti mengakibatkan Tari yang berjalan dibelakang Mei sontak menabrak punggungnya.
“aduhh ngapa lu berhenti sat, sakit nih jidat gua” rintih Tari sambil mengelus jidatnya. Mei sendiri
tak menggubris rintihan itu, ia langsung menghampiri seorang siswi yang tadi berucap sangat buruk.
“maksud lu apa?” tanya Mei
Siswi tersebut nampak sedikit gelagapan,“eng-enggak kak”
Tari yang melihat tindakan Mei lantas bingung. mengapa sahabatnya ini malah menghampiri seorang siswi dan bukannya lanjut berjalan?
“lah ngapa dah lu, ngapain marahin dia?”
“ngehina” satu kata tetapi membuat Tari mengangguk paham. Ia pun menggantikan Mei untuk berbicara pada gadis itu.
“heh mau ortu mereka beruntung kek mau enggak beruntung kek, ya terserah mereka lah! Ngapain lu
yang nyinyir? Ada gunanya? Gak kan? Palingan juga dapet dosa lu pada"
Siswi itu menundukkan kepala merasa bersalah. “maaf kak..”
“gak ke gua tapi ke mereka” Mei menunjuk Ahmad dan Rico yang berada di belakang Tari. Seolah
paham jika sang gadis akan segera mengucap maaf buru-buru Rico mengatakan jika ia tak masalah dengan itu.
“ehh.. gapapa santai ajaa” ucapnya
Udah mah cakep, baik hati lagi –batin ahmad
Walaupun dingin kek es tapi perhatian.Boleh buat sasaran selanjutnya nih, hehe –batin Rico
Mereka pun segera melangkah pergi menuju tujuan utama. Kantin. Sesampainya disana keempatnya
bingung ingin duduk dimeja mana, pasalnya semua meja sudah terisi sekarang dan keadaan kantin juga sangat ramai.
“yahh penuh” rengek Tari
“kalo gak penuh namanya gak kantin ogeb” jawab Mei
“hehe iya yah. Tumben ngomong rada panjang, kesambet jin apa lu?”
Sadar, Mei segera menetralkan ucapannya kembali. “kagak. Tuh ada satu” ia menunjuk salah satu
meja.
Tari, Ahmad, dan Rico mengikuti arah tunjuk Mei. “oh iya ada! Yaudin kuy kesana” ajak Ahmad, tapi
langkah nya terhenti akibat ucapan Tari.
“eeh tunggu, sapa yang pesen makanan?”
“dibagi 2 aja Tar” Rico memberi saran.
“ide bagus! Kalo gitu Mei sama Rico yang pesen makan”
“lah kok?” Saat Mei akan memprotes tangannya ditarik lebih dulu oleh Rico.
Ditengah jalan menuju kios makanan Mei berceletuk. “eh eh ntar dulu baygon”
“lah napa kutu aer?”
“pesennanya apa?”
Akibat terlalu senang karena berduaan dengan Mei, Rico melupakan hal itu. Ia memukul jidatnya.
"oh iya! Dahlah samain aja”
Mei mengangguk-angguk, tapi kemudian ia kembali berucap. “duit?” dan lagi-lagi Rico menepuk jidatnya.
“ahh iya lupa, kan yang mau traktir Tari. Udah pake duit gue aja, gue traktir”
“oke” kemudian mereka segera melanjutkan memesan makanan.
Sementara itu disisi lain Ahmad dan Tari sedang berbincang-bincang santai, topik yang digunakan
pun random. Seperti hal nya ini.
“em Tar minta nomer wa lu dong”
“bole bole~ 081xxxxx”
“okee jangan lupa disave yak, ntar malem gue pc”
“okee”
Tidak lama setelahnya Mei dan Rico datang sambil membawa dua nampan yang berisikan makanan
dan minuman. Rico yang membawa makanan dan Mei yang membawa minuman.
“wahh paan tuh, harumm banget” Celetuk Tari
“nih” Rico meletakka nampannya diatas meja, menampilkan 4 piring nasi goreng yang masih hangat.
“waww nasgor!! Yeye~”
Tak butuh waktu lama Tari segera mengambil bagiannya dan melahapnya hingga tak tersisa dengan cepat. Hal itu membuat perhatian Mei, Ahmad, dan Rico terfokus pada Tari.
Dan siap-siap juga mereka mendengar suara menggelegar milik Tari.
“HEI NGAPAIN LIATIN GUA KEK GITU??!!”
Sontak teriakan Tari menjadi pusat perhatian juga bagi penghuni kantin. Tari yang menyadari itu lagilagi berteriak. Kuat juga pita suaranya.
“NGAPA KALEYAN LIATIN GUA?! KALO MASIH BERANI LIATIN GUA KEK GITU GUA
COLOK ATU-ATU MATA LO PADA”
Penghuni kantin yang tau seserem dan semanis apa Mei dan Tari pun langsung kincep denger teriakan Tari barusan. Dirasa tak ada lagi yang menatapnya Tari kembali ke keadaan semula.
“Mei minta nomer wa dong” pinta Rico
“tanya sama Tari”
“Tar minta nomer Mei”
“082xxxx”
“asik, makasih. Ntar malem gua pc ya Mei jangan lupa disave”
Mei yang mendengar jawaban Tari pun melototkan matanya, ia pikir nomer miliknya tak akan
disebutkan oleh Tari. Tapi apa barusan? Tari mengatakannya dengan enteng. Namun percuma juga Mei melototkan mata sampai lepas pun tak digubris oleh Tari karena ia sedang asik dengan
mentimunnya.
Tet tet
“dah bel yuk masuk kelas” ajak ahmad, dan diangguki oleh tiga lainnya.
Mapel pelajaran kedua dimulai, guru pun masuk dan menerangkan materi seperti biasanya.Begitupun dengan mapel jam ketiga sampai keempat, Hingga tak terasa bel pulang sudah didentangkan.
“baik anak-anak saya akhiri pembelajaran hari ini. Selamat siang”
“siang pak”
Semua murid berhamburan keluar kelas, tak terkecuali dengan keempat curut ini.
“Mei bareng gak?”
“pasti”
“yew, yaudin yok. Eh kalian! Kami pergi duluan ya~” pamit Tari pada Rico dan Ahmad.
“iya, hati hati kalian” Ahmad membalasnya. Mereka berpisah dikoridor bagian loker, Ahmad dan Rico sama-sama melambaikan tangan mereka ekspresi senyum tak lupa mereka tampilkan.
--