#2 Meaning of Family

1011 Words
Jam menunjukkan pukul 02.00 dini hari ketika Savanah memarkirkan mobil kesayangannya di halaman. Rumah mewah yang terbentang luas di hadapannya itu sudah sepi, hanya terdengar nyanyian jangkrik yang mengiringi kedatangannya. Bulan pun enggan untuk menampakan diri di malam yang gulita tersebut. Tidak ada seorang pun yang menyambutnya ketika gadis itu melangkahkan kaki di lantai marmer putih yang terasa dingin. Namun saat gadis itu memasuki ruang tamu ia mendapati sesosok laki-laki yang kerap kali dipanggilnya Papa sedang terduduk sambil memperhatikan gerak-gerik Savanah ketika memasuki rumah, pria paruh baya itu pun menatapinya dengan nanar. "Dari mana saja kamu?" tiba-tiba Savanah dikagetkan dengan suara berat milik Papanya. Tidak biasanya Argus Roosevelt menanyakan kabar putrinya. Seorang pemilik perusahaan besar seperti Argus yang selalu sibuk dengan pekerjaan tidak akan sempat memikirkan tentang putrinya. Semua yang Papanya pikirkan hanya uang, uang, uang, oh dan juga kekuasaan. Mungkin inilah alasan Savanah melarikan diri dari kehidupan dan menguras malam-malamnya di club bersama dengan teman-teman serta pria-pria tampan. "Seneng-seneng lah Pah, Papah gak bakal ngerti,” ujar gadis itu dengan santainya. "Savanah! Kamu ini anak orang penting, kamu tahu kelakuanmu itu sudah mencemarkan nama baik perusahaan?" bentak Argus. Savanah menghembuskan nafas dan memutar bola matanya. Seperti dugaannya, ini semua hanya berkaitan dengan perusahaan. Tidak mungkin seorang Argus Roosevelt peduli pada perasaan anaknya. Savanah sudah biasa diperlakukan seperti ini. "Lihat ini, terlalu sering Papa menerima foto-foto seperti ini!" Orang tua itu menunjukkan lembaran foto-foto yang ada di genggamannya. Isinya tidak jauh dari kegiatan malam Savanah, pesta di club bersama teman-temannya, well, bahkan ada foto-foto mesranya bersama beberapa pria yang berbeda. Wow, bahkan Savanah tidak ingat beberapa nama pria tampan yang sedang memeluknya itu. Foto-foto itu sengaja diambil para pemeras agar Papanya membayar mereka untuk tutup mulut. Menjadi anak satu-satunya dari pemilik perusahaan besar memang merepotkan. Salah langkah maka dalam sekejap harga saham akan jatuh kemudian perusahaan akan gulung tikar. Terlalu banyak pesaing, hal itu lah yang membuat Argus kalang kabut tak karuan. Hasilnya Savanah yang selalu disalahkan dalam keadaan apapun. "Papah kan banyak uang, foto-foto itu gak seberapa harganya dibanding keuntungan Papah kan? tinggal bayar apa susahnya sih." Savanah melipat kedua tangannya di pinggang sambil menatap orang tua di hadapannya dengan jengkel. Plak. Tamparan keras mendarat di pipi Savanah dan meninggalkan berkas merah yang terasa panas dan berdenyut. Diabaikan, diperlakukan kasar, sudah menjadi santapan sehari-hari untuk Savanah. Jadi tamparan di pipinya kali ini bukan lagi hal biasa yang sering diterimanya. "Pah, Savanah capek, kalo mau tau jawabannya kenapa Savanah bisa seperti ini, tanya sendiri sama diri Papah,” desis Savanah yang kemudian berlari meninggalkan Papanya. Sedangkan Argus berkali-kali harus menenangkan emosinya dalam menghadapi putri satu-satunya tersebut. Gadis itu pun akhirnya memasuki kamar sambil membanting pintunya. Rasa sakit yang menjalar di pipinya menjadi kebas ketika gadis itu menempelkan es batu untuk meredamnya. Kejadian barusan mungkin tidak biasa bagi sebagian orang, kecuali dirinya. Sudah tidak dapat dihitung lagi berapa jumlah tamparan, pukulan, dan hinaan yang diterimanya, hingga gadis itu tidak bias lagi merasakan sakit. Mungkin keluarga menjadi pilihan terakhir yang akan ditemuinya jika Savanah mendapatkan masalah. Arti keluarga sudah tidak bermakna lagi bagi dirinya. Ia lebih sering menghabiskan waktu bersenang-senang di club dengan temannya atau di hotel bersama pria-pria tampan ketimbang pulang ke rumah untuk makan malam bersama Papa dan Mamanya. Anak durhaka? Silahkan panggil Savanah sesukanya. Gadis itu tidak akan memperdulikan apa perkataan orang tentang dirinya. Tidak jauh berbeda dengan sang Papa, Mamanya pun tidak terlalu perduli dengan kehidupan anak satu-satunya itu. Mamanya memiliki peran menjalankan rumah sakit yang berada di bawah naungan anak perusahaan Papanya. Oleh sebab itu Savanah dimasukkan di fakuktas kedokteran untuk menggantikan posisinya kala sudah tua nanti. Savanah sendiri merupakan gadis yang pandai dalam urusan akademik. Jadi ia tidak terlalu terbebani dengan persaingan kampus yang cukup sulit. Lagi pula, di kampusnya cukup banyak dokter-dokter muda tampan yang berseliweran, sehingga menambah daya tarik fakultas tersebut di mata Savanah. Sejujurnya Savanah juga tidak terlalu peduli soal calon penerus perusahaan orang tuanya. Jika perusahaan tersebut jatuh ke tangan orang lain yang bukan sedarah dengan orang tuanya memangnya kenapa? Toh warisan yang orang tuanya miliki masih cukup banyak untuk menunjang gaya hidupnya yang mewah. Setelah mencuci muka dan mengganti pakaiannya, Savanah merebahkan diri di kasur dan memainkan ponselnya sebentar sebelum tidur. Sudah ada beberapa pemberitahuan di group kelasnya soal kelas besok dan yang paling menarik ada satu pesan singkat dari nomer tidak dikenal masuk ke ponselnya. Selama beberapa detik otak Savanah memproses isi pesan yang memacu jantungnya bekerja lebih cepat. Dibacanya dengan perlahan pesan tersebut. Dear Savanah, ini aku, your half blood prince. Tolong simpan nomerku ya :) Begitu membaca isinya, Savanah langsung melonjak kegirangan hingga melupakan memar yang masih tercetak di pipinya. Keinginannya untuk bertemu pria itu lagi sepertinya akan terwujud. Buru-buru disimpannya kontak tersebut dengan nama 'My half blood prince' dan membalas pesan tersebut. Sure, see yaa latter prince ;) Selain itu group kelasnya sudah rebut-ribut sedari tadi. Notifikasi yang masuk pun bahkan menutupi pesan dari pangerannya. Jika bukan karena profile picture-nya yang tampan, mungkin Savanah bisa melewatkannya dan baru membaca pesan tersebut seminggu kemudian. Group kelas: Calon Dokter Kece Rafi : Kata dokter Roro besok akan diadakan ujian Patologi tentang materi terakhir yang kita pelajari, tolong belajar ya semuanya, bahan juga udah gue upload. Gak ada kata malas untuk belajar, semangat! Claries : huvt Vega : huvt (2) Feby : huvt (3) Ryan : Guys, mohon kerjasamanya ya besok Feby : Bangke lo yan, kemarin paling panik bilang belom belajar buat ujian, eh pas keluar nilainya, punya lo yang paling tinggi, kan ngeselin Ryan : Feby kamu imut kalo lagi marah Aldo : Feby kamu imut kalo lagi marah (2) Feby : B*rengsek ya kalian ini :) Ryan : Eh tapi punya gue emang lebih tinggi sih disbanding yang lain, kamu berminat Feb? Feby : RYAN! JIJIK ANJIR! Rafi : Udah-udah guys, pokoknya kalian belajar yang bener ya, jangan nyontek-nyontekan! Kata dokter Roro bakal ada tamu penting yang ngawas ujian kita besok. Alias ujian kita bakal diawasin sama asesor. Aldo : Nah loh! Ryan : Mampus gak tuh! Aldo : Udah gue bilang doa lo yang kenceng Yan! Ryan : Ya maap, huhu Feby : Mampus ya kalian, mangkanya tuh mulut dipake buat doa, bukan godain cewek mulu! Ryan : Aduh-aduh, nyonyaku marah, siap Nyah! Doaku 1x24 jam untukmu. Feby : k*****t! Savanah tertawa kecil membaca group chat dari teman-temannya. Kemudian gadis itu mematikan handphone, membayangkan wajah pria tampan yang akan segera ditemuinya lagi dan berakhir tertidur memimpikannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD