Wulan membuka halaman pertama buku harian itu dengan hati-hati. Kertasnya sudah menguning, bau tua dan apek menyeruak. Tulisan tangan dengan tinta biru yang mulai pudar terlihat di setiap halaman, namun masih bisa terbaca. Mereka duduk melingkar di ruangan bawah tanah itu, pakai senter HP sebagai satu-satunya sumber cahaya. “25 Januari 2005 Hari ini, seorang anak baru datang ke panti. Namanya Ratna. Dia pendiam, sering melamun. Tapi ada yang aneh. Lukisan di lorong berubah sejak dia datang. Aku yakin ini bukan kebetulan.” Keira menelan ludah. “Lukisan... berubah?” Icha merapat ke Wulan, “Itu maksudnya lukisan wanita tua itu?” Wulan mengangguk. Ia balik halaman berikutnya. “30 Januari 2005 Aku mulai mimpi aneh. Mimpi berdiri di depan lukisan itu dan dipanggil oleh suara yang tak ter

