Chapter 3

1114 Words
Disisi lain seorang gadis tengah tersenyum lebar melihat kekasih nya melingkari jari manis nya dengan cincin yang ia sukai. 'Lihat, dia bahkan ngasih aku cincin yang sama seperti yang akan kalian pakai kak Titan ku sayang.' "Gimana, suka gak?" Tanya Jung membuyarkan lamunan Maria. Gadis itu tersenyum mengangguk-angguk, "Suka banget sayang, makasih ya." Mengecup bibir Jung tanpa merasa malu pengunjung lain akan melihat. "Yang penting kamu gak iri sama kakak kamu. Aku udah janji bakalan perlakuin kalian dengan adil, jadi apapun yang dia punya kamu bakalan dapat itu dari aku." Maria memeluk Jung, "I love Jung, aku udah nyerahin semua nya sama kamu. Jadi jangan pernah tinggalin aku ya by." Lirih nya berharap calon kakak ipar sekaligus kekasih nya itu tidak akan ingkar, mengingat dia sudah menyerahkan mahkota dua tahun lalu dan akan terus seperti itu. Jung mengecup lekukan leher Maria, tangan nya meraih cincin yang akan ia kenakan di pernikahan nya minggu depan. "Ya udah kita pergi sekarang, tapi sebelum itu aku minta hadiah dong di kantor nanti." Bisik nya melonggarkan pelukan mereka. Maria mengerlip nakal mendengar permintaan dari kekasih nya. Ia pun berpikir, Jung akan selalu membutuhkan diri nya walau pria itu akan segera menikah. Masa bodoh jika ia hanya diperlukan ketika kepuasan harus tersalurkan, selama dia bisa mendapat setengah cinta dari sang kekasih tak apa. Mereka pun meninggalkan tempat tersebut menuju kantor N.J GROUP. Ini sudah sore, jadi mereka tidak akan takut para karyawan akan mengetahui kelakuan mereka berdua. jika bertanya kenapa harus di kantor bukan di hotel atau pun di motel, bagi kedua nya melakukan itu di sana memiliki sensasi tersendiri. Sensasi menegangkan seakan ingin ketahuan ketika melakukan itu, dan mereka menyukai sensasi ketegangan tersebut. Ketika melangkah memasuki gedung kantor yang mulai sepi, kedua nya bergandengan layak nya sepasang kekasih. Tanpa tau jika kedatangan mereka diawasi oleh seseorang. Seseorang yang memang belum kembali karena memilih untuk lembur. [Mereka di sini, dan ini benar-benar gila. Gue gak percaya lu masih bertahan sama dia. Gak remuk tuh hati di bejek-bejek mulu.] Pesan itu ia kirim untuk sahabat nya, siapa lagi kalau bukan Titania si gadis bodoh. [Ya udah lu balik aja gak usah lembur, mending lu ke apartemen si bontot jangan lupa bawa minuman.] [Siap Nyonya stupid.] [Sialan lu.] Gadis bermarga Shin itu pun segera membereskan pekerjaan nya dan segera pergi dari sana. Namun sebelum pergi, ia ingin mendengar apa yang mereka lakukan, walau sebenarnya dia sudah tau hanya saja dia terlalu kepo. Berdiri di depan ruangan seorang Jung selaku direktur, perasaannya tak karuan ketika mendengar suara desahan diiringi jeritan dari dalam sana. Merasa jijik, ia pun segera berlari dari sana namun kaki nya tak sengaja tersandung pot menimbulkan suara keras. Mendengar suara pecahan, aktivitas kedua orang di dalam sana terhenti dan segera merapikan pakaian dengan decakan kesal. Jung membuka pintu melihat kesana kemari namun tak ada siapa-siapa selain pot hancur. Merasa ada yang mendengar atau melihat kelakuan mereka, ia pun meninggalkan Maria di dalam melangkah keruangan cctv. Di ruang cctv Jung memeriksa siapa yang berdiri di depan ruangan nya, ia berdecak kesal saat tau siapa pelaku nya. "Shin JI Eun sialan! Dia pasti bakalan ngasih tau Titan apa yang dia tau. Gak bisa, gue gak mau pernikahan gue batal cuma karena dia." Ia merogoh ponsel nya dan menghubungi seseorang tak lupa mengirim foto Ji Eun. /Halo, saya mau kamu bereskan gadis itu sekarang juga. Jangan biarkan dia bertemu siapapun hari ini. Dia baru saja kembali satu menit yang lalu./ /Baik boss!/ Panggilan dimatikan tak lupa menghapus rekaman hari ini agar tak akan ada masalah di kemudian hari. Setelah itu, Jung kembali ke ruangan nya dengan perasaan senang. Siapapun yang berniat menghalangi pernikahan nya dengan Titania akan disingkirkan tak peduli siapa dia termasuk sahabat calon istri nya. Tiba di dalam ruangan, Jung semakin bernafsu melihat Maria sudah setengah naked tersenyum menggoda dengan meremas dua gunung kesukaan nya. "Ayo by, aku udah gak tahan." Desah nya memainkan kedua gunung nya. Tak ingin membuang-buang waktu yang mungkin akan ada lagi orang memergoki mereka, Jung pun segera meraih tangan Maria untuk berdiri dan mereka kembali melakukan hal b***t itu dengan perasaan tak bisa digambarkan. *** Sementara itu, Ji Eun turun dari taksi di depan apartemen Daniel. "DANIEL!" Teriak nya melihat adik sahabat nya tengah menenteng sesuatu. Ia pun segera menyebrang, melambaikan tangan pada pemuda yang memikat hati nya. Mungkin bisa dikatakan, menyukai Daniel secara diam-diam. Daniel tersenyum lebar melihat gadis pendek sahabat Titania berlari ke arah nya. Namun senyuman lebar itu perlahan menghilang digantikan keterkejutan. SHIN JI EUN, AWAASSS!!" Ji Eun berhenti menoleh ke samping dan… BRAAAKKK… !!! Tubuh Ji Eun melayang beberapa meter kemudian terjatuh ke aspal dengan darah di mana-mana. Orang-orang mulai berkumpul memutari tubuh tak berdaya Ji Eun. Di sana, Daniel terdiam kaku merasa tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. "Ji, Ji Eun!!" Dengan langkah terseret, ia mendekati Ji Eun yang tertelan oleh kerumunan. Daniel mendesak berbaur agar segera sampai di tubuh Ji Eun, dan… deg!! Perasaan Daniel hancur melihat tubuh Ji Eun yang bersimpuh dengan darah, ia pun segera memangku kepala gadis itu. "Gak please jangan kayak gini hiks, Ji Eun bangun please bangun! JI EUN-AH BANGUN!!" Sayang sekali, Ji Eun telah kehilangan kesadaran nya sebelum Daniel sampai. "To-tolong ambulance hiks… Ji Eun bangun dong, jangan kayak gini." Sekuat apapun Daniel mengguncang tubuh Ji Eun, gadis itu tetap memejamkan mata. Tak lama, suara Ambulance mendekat itu arti nya seseorang telah menghubungi mereka. Para petugas mulai mengangkat tubuh Ji Eun tak lupa memasang oksigen untuk membantunya agar tetap bertahan. Daniel yang ikut tidak pernah melepaskan pegangan nya menunduk merasa bersalah. "Gue mohon bertahanlah hiks… gue, gue minta maaf Ji Eun-ah. Please bertahan, jangan biarin kakak ngerasa sendiri." Ia dengan cepat merogoh ponsel dan segera menghubungi Titania. /Ha-halo kak, hiks… / Titania yang di sana menautkan alis nya bingung. /Kakak hiks… / /Hei, lu kenapa sih hah! Niel ngomong yang jelas jangan nangis— / /Ji-ji Eun kecelakaan!/ Deg!! Titania terdiam menjatuhkan ponselnya, kemudian tersadar mendengar teriakan dari Daniel. /KAKAK, LU DENGER GAK SIH!!/ Daniel berdecak kesal saat Titania memutuskan panggilan mereka begitu saja. Mereka telah sampai di rumah sakit, dan Ji Eun dilarikan ke ruangan operasi agar segera ditangani. Kembali ke kantor NJ GROUP, setelah menyemburkan lahar nya, dengan nafas terengah-engah dengan Maria berada di atas, ia menerima telepon. /Mission Clear!!/ /Oke, uang nya akan segera dikirim./ /Thank you, boss./ Dengan perasaan senang, Jung mematikan telepon mereka dan mengirim uang seperti yang dia janjikan. "Kenapa kok seneng gitu," tanya Maria ingin memakai kembali pakaian nya, namun Jung lebih dulu menahan nya. "Aku masih pengen by." "Tapi— " "Ingat, gue gak suka di bantah!" Dan mau tak mau Maria kembali melayani nafsu Jung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD