Kekasih Bayangan

2005 Words
Airin berjalan melewati lorong di antara ruangan yang ada di lantai paling atas Restoran Blue Sky. Salah satu restoran paling mewah di kota Jakarta. Di lantai ini hanya ada beberapa ruangan saja, salah satunya ruang kerja milik Raldo Anggoro, pemilik sekaligus CEO Restoran Blue Sky dan beberapa restoran mewah lainnya yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia. Gadis cantik berusia 21 tahun itu membawa nampan berisi secangkir kopi di tangannya. Lima belas menit yang lalu salah satu rekannya memberitahu Airin kalau Tuan Raldo meminta dirinya membawakan secangkir kopi ke ruangannya. Sebenarnya bukan kopi yang Raldo inginkan, tapi bertemu dengan Airin yang selama tiga tahun ini sudah rela menjadi kekasih bayangannya. Airin sudah paham dan sangat hafal dengan keinginan kekasihnya itu. Kini gadis itu sudah berada di depan sebuah pintu jati yang tertutup rapat. Sebelum mengetuk pintu, Airin menghela nafas beberapa kali, hingga akhirnya tangan mungil gadis itu mengetuk daun pintu. “Masuk!” suara Raldo terdengar dari dalam ruangan ketika Airin baru mengetuk pintu ruangannya satu kali. Gadis itu pun memutar knop pintu dengan sebelah tangannya, lalu mendorongnya hingga terbuka. “Selamat siang! Saya mengantarkan kopi yang Anda minta, Tuan!” ucap Airin dengan sopan ketika sudah berada di dalam ruangan. Seorang pria muda yang duduk di kursi kerja langsung mendongakkan kepalanya. Bibirnya tersenyum, dan ia segera berdiri dari duduknya. Raldo Anggoro, pemilik beberapa restoran mewah yang tersebar di banyak kota besar di Indonesia, ketika usianya baru menginjak 27 tahun. Raldo terlihat begitu senang dengan kehadiran Airin di ruangannya. Airin berjalan mendekat ke meja kerja, lalu meletakkan nampan yang ia bawa di atas meja. Ketika hendak berbalik, Airin tak sengaja malah menabrak tubuh Raldo yang ternyata sudah berdiri di belakangnya sejak tadi. Tanpa permisi, Raldo langsung memeluk Airin dengan erat, hingga membuat gadis itu kesulitan bernafas. “Aku sangat merindukanmu, sayang! Kenapa lama sekali, aku sudah menunggumu dari tadi!” ucap Raldo sambil menghirup aroma harum yang tercium dari tubuh gadis itu dalam-dalam. Ia suka, bahkan sangat menyukai aroma itu. Rasanya bisa gila bila sehari saja ia tidak mencium wanginya. Perkataan Raldo sontak membuat wajah Airin merona merah. Walau sudah berkali-kali mendengarnya dari mulut pria itu, tapi tetap saja Airin selalu merasa malu ketika mendengar Raldo merayunya. Gadis itu memukul lengan Raldo pelan, wajahnya yang merah ia sembunyikan di balik d**a pria yang sedang memeluknya sekarang. Raldo tertawa ketika melihat tingkah lucu kekasihnya itu. Tapi ia bersumpah kalau yang ia katakan tentang perasaan cintanya untuk gadis itu adalah benar. Raldo memang cinta mati terhadap Airin. “Aku sangat merindukanmu, Airin!” bisik Raldo dengan lembut di telinga gadis itu. Membuat wajah Airin semakin merah padam, sudah sangat mirip dengan kepiting rebus. Airin gadis yang sangat polos, ia belum pernah menjalin hubungan dengan pria mana pun selain Raldo. Pria itu begitu beruntung menjadi orang pertama yang bisa mendapatkan cinta gadis itu. “Kita baru bertemu kemarin malam, masak kamu sudah rindu lagi?” tanya Airin dengan polosnya. Raldo menyentil ujung hidung gadis itu karena merasa gemas. Bersama Airin ia merasa bebas dan tidak memiliki beban sedikit pun. Selama ini Airin lah yang selalu memberinya semangat serta mendukung segala keputusan yang ia ambil, di saat semua orang termasuk orang tuanya sendiri menentang dirinya. Karena di mata Airin, Raldo adalah sosok pria yang sempurna. Ia tampan, muda, kaya, dan pandai. Gadis itu sudah jatuh hati kepadanya sejak hari pertama bekerja sebagai pelayan restoran. Airin merasa begitu beruntung ketika pria itu menyatakan perasaan cintanya tiga tahun yang lalu. Yang artinya cinta yang ia miliki selama ini tidak bertepuk sebelah tangan. “Walau semalam sudah bertemu, aku tetap akan selalu merindukanmu! Kapan pun aku selalu ingin terus bersama dengan dirimu!” jawab Raldo yang menarik tangan Airin sambil berjalan menuju sofa. Gadis itu hanya menurut, mengikuti Raldo dari belakang. Raldo mendudukkan Airin di pangkuannya, ketika pria itu sudah duduk di sofa. Harus aroma parfum bayi yang begitu segar dari tubuh gadis itu membuat Raldo merasa mabuk. Ia ingin terus menghirupnya di setiap embusan nafasnya. Raldo memeluk tubuh Airin, dan mulai memberikan kecupan lembut di leher gadis itu. Membuat Airin menggeliat karena merasa geli. Namun Raldo tetap saja melakukannya. Terus hingga sampai ke wajah gadis yang kulitnya terasa begitu lembut. Mengecup tiap inci wajahnya, dan berakhir di bibir. Tapi Airin langsung mendorong tubuh Raldo agar sedikit menjauh darinya. “Jangan di sini! Bagaimana kalau nanti ada yang masuk dan melihat kita?” ucap Airin cemas. “Tidak akan ada yang berani masuk ke dalam ruanganku, tanpa izin dariku, dan kamu sangat tahu itu bukan!” dengus Raldo, kesal karena kegiatannya diganggu. Ia mulai melanjutkan kembali apa yang tadi sempat terhenti, tapi lagi-lagi Airin menolaknya. Kali ini gadis itu langsung berdiri dari pangkuan Raldo. “Raldo, hentikan! Aku sungguh-sungguh dengan ucapanku, bagaimana kalau nanti ada yang masuk! Tadi di bawah aku dengar kalau Tuan Gunawan akan datang ke sini siang ini!” Suara Airin terdengar cemas. ia tidak ingin dirinya dan atasannya itu mendapat masalah kalau memang kabar yang ia dengar itu ternyata benar. Buka tanpa sebab, Gunawan Anggoro dan Sinta Anggoro adalah kedua orang tua Raldo. Keduanya memiliki sifat yang hampir sama. Sama-sama angkuh, sombong, dan mendewakan kedudukan serta kekayaan di atas segalanya. Gunawan selalu bersikap otoriter dan senang memaksakan kehendaknya termasuk pada anaknya sendiri. Walaupun Raldo adalah anak semata wayang mereka, tapi Gunawan tidak akan segan menghukumnya dengan hukuman yang berat kalau Raldo tidak menuruti perintah darinya atau bahkan melakukan kesalahan. Walau tiga tahun sudah Raldo dan Airin menjalin hubungan, tapi tidak ada seorang pun yang mengetahui hubungan diantara keduanya. Raldo memang meminta Airin untuk menyembunyikan kebenaran hubungan mereka. Ia tahu, kalau orang tuanya tidak akan pernah setuju bila mengetahui putranya mencintai pelayan restorannya sendiri. Bila itu sampai terjadi, ia yakin kedua orang tuanya akan berusaha untuk memisahkan dirinya dari Airin. Dan Raldo tidak ingin itu terjadi. Ia merasa tidak bisa hidup tanpa Airin. Selama ini hanya dari Airinlah ia merasakan limpahan kasih sayang dan perhatian yang selama ini tidak ia dapatkan dari orang tuanya sendiri. Raldo tidak bisa membayangkan akan bagaimana dirinya nanti bila kehilangan Airin. Raldo mengeram kesal karena Airin sudah menolaknya. Padahal ia sangat ingin menghabiskan waktu bersama gadis yang ia cintai itu. “Airin, sudahlah, aku yang anaknya sendiri saja tidak tahu kalau Papa dan Mama akan ke sini! Kenapa kamu malah percaya dengan perkataan mereka!” Pria itu langsung berdiri dan mendorong tubuh Airin hingga jatuh ke atas sofa. Rasa ingin dipuaskan sudah mencapai ubun-ubun, Raldo tidak suka bila Airin terus menolaknya. “Jangan alasan lagi, sayang! Aku tidak suka kamu menolakku seperti ini! Saat ini yang aku mau hanya kamu, titik!” putus Raldo penuh paksaan. Airin tidak bisa mengelak lagi, ia juga tidak ingin membuat kekasihnya itu marah. Akhirnya ia menyerah, membiarkan Raldo berbuat apa yang ia inginkan terhadap dirinya. Hingga mereka tidak menyadari kalau sejak tadi ponsel Raldo terus berdering. *** Dua puluh menit sudah berlalu, hingga akhirnya mereka berdua terduduk lemas di atas sofa dengan tubuh penuh peluh. Airin menyandarkan kepalanya di d**a Raldo yang masih belum memakai pakaian lengkap. Raldo membelai rambut kekasihnya dengan lembut. Seakan memperlihatkan betapa cintanya ia kepada gadis itu. “Raldo, kapan kita bisa pergi berdua?” tanya Airin sambil memainkan jari telunjuknya di perut Raldo. Raldo menghela nafas panjang. Sudah berulang kali mereka berdua membahas masalah ini, dan lagi-lagi Airin menanyakan hal yang sama kepadanya. “Sudah berapa kali aku bilang sayang, kita tidak bisa pergi berdua! Bagaimana kalau nanti ada orang yang lihat lalu lapor ke Papa? Semua usaha yang aku bangun sampai sebesar ini akan hancur! Dan kamu tidak mau itu terjadi kan, sayang!” jawaban yang sama yang selalu Raldo katakan tiap Airin menanyakan soal kejelasan hubungan mereka. Gadis itu langsung menegakkan tubuhnya, dan menatap tajam ke arah Raldo. “Tapi aku tidak bisa seperti ini terus! Sampai kapan kita harus menyembunyikan hubungan ini! Aku juga ingin seperti pasangan yang lain, bisa jalan berdua, makan, nonton, dan melakukan banyak hal lagi seperti orang lain!” protes Airin. Rasa irinya selalu muncul ketika melihat pasangan kekasih yang bisa begitu bebasnya memperlihatkan pada semua orang tentang hubungan mereka. Tidak seperti dirinya, yang memiliki kekasih kaya raya dan tampan, tapi tidak pernah diakui dunia. Airin wanita normal, yang juga ingin menjalani hubungan normal seperti yang lain. Namun Raldo selalu saja menenggelamkan keinginannya itu dengan sejuta alasan yang terdengar masuk akal di kepala Airin. Raldo memajukan tubuhnya, menangkup wajah kekasihnya dengan kedua tangan. “Sayang, kamu harus sabar ya! Satu saat nanti aku pasti akan mengatakan pada semua orang tentang hubungan kita, oke! Tapi tidak sekarang!” rayunya seperti biasa. Wajah Airin semakin cemberut, selalu saja alasan itu yang Raldo katakan kepadanya. Gadis itu merapikan kembali pakaiannya yang terlihat berantakan karena ulah pria di sebelahnya itu. Dengan kesal ia langsung bangun dari duduknya setelah merasa penampilannya rapi seperti sebelumnya. Ditolehnya lagi kekasihnya yang masih duduk di sofa dengan tajam. “Aku tidak ingin menjalani hubungan seperti ini terus menerus, Raldo! Kalau kamu masih saja merasa takut dengan orang tuamu, sebaiknya kita akhiri saja hubungan ini!” teriak Airin yang sudah merasa tidak sanggup menjalani hubungan tersembunyi seperti ini. Gadis itu langsung beranjak pergi, hendak keluar dari ruangan Raldo. Mendengar ucapan gadis itu, emosi Raldo langsung tersulut. Pria itu langsung bangun dari duduknya dan berlari menyusul Airin yang hampir mencapai pintu keluar. Dengan kasar ditariknya tangan gadis itu dan ia dorong tubuh Airin hingga membentur dinding. Airin tersentak kaget sekaligus ketakutan saat melihat wajah Raldo yang merah menahan marah dan mengungkung tubuh Airin dengan kedua tangannya ke dinding. Perlakuan Raldo membuat tubuh Airin gemetar ketakutan, tapi ia masih berusaha menopang tubuhnya untuk tetap berdiri. Gadis itu menundukkan wajahnya, ketika mendapat tatapan tajam dari pria yang berdiri di hadapannya sekarang. “Jangan pernah berani meminta untuk mengakhiri hubungan kita, Airin! Karena sampai kapan pun, aku tidak akan pernah melepaskanmu! Kamu adalah milikku, hanya aku!” desis Raldo dingin. Airin hanya mengangguk pelan, bibirnya tidak sanggup berkata apa-apa. Ia selalu saja merasa takut bila menghadapi kemarahan Raldo. Karena pria itu selalu saja berbuat nekat, bahkan tidak mungkin ia akan menghabisi Airin bila gadis itu terus saja meminta putus. Raldo tidak akan bisa, bila harus melihat Airin bersama pria lain. Gadis itu tercipta untuk dirinya, hanya untuk dia. “Pergilah ke toilet dan bersihkan dirimu! Setelah apa yang kita lakukan di sofa tadi, kamu tidak mungkin pergi sebelum membersihkan dirimu bukan?” suruh Raldo, berbisik di samping telinga Airin. Gadis itu hanya mengangguk, lalu menurut, segera berlalu ke toilet yang ada di ruangan itu. Ketika Raldo menarik tangannya dan melepaskan kungkungan pada gadis itu. Itulah salah satu hal yang membuat Raldo begitu menyukai Airin, gadis itu penurut, selalu mengikuti apa yang ia perintahkan. Pandangan Raldo tak pernah lepas menatap punggung Airin, sampai gadis itu menghilang di balik pintu kamar mandi. Beberapa menit berlalu, Raldo sudah merapikan kembali pakaiannya seperti sedia kala, dan ia sedang menunggu kekasihnya itu keluar dari dalam kamar mandi. “Sayang, kenapa lama sekali di dalam toilet? Apa belum selesai juga?” teriak Raldo dari balik meja kerjanya sambil mengancingkan kancing kemejanya yang paling atas. Ia bersikap seolah mereka tadi tidak bertengkar. “Sebentar, ini sudah selesai!” jawab Airin, berteriak dari dalam toilet. Gadis itu sudah selesai membersihkan dan merapikan kembali penampilannya. Ia melangkah menuju pintu, tangannya sudah memutar knop pintu dan menariknya hingga terbuka. Baru saja melangkah keluar dari kamar mandi, bersamaan dengan masuknya Gunawan, ayah kekasihnya itu ke dalam ruang kerja Raldo. Kedatangan pria angkuh itu membuat Airin dan juga Raldo tersentak kaget. Raldo yang baru saja selesai merapikan pakaiannya, merasa sangat terkejut melihat kedatangan kedua orang tuanya yang tiba-tiba. Sedang Airin, gadis itu langsung mundur, masuk kembali ke dalam toilet dan buru-buru menutup pintunya dari dalam. “Papa, Mama, kenapa tidak kasih kabar dulu kalau mau datang?” tanya Raldo sambil berusaha menutupi rasa gugupnya. Sengaja mengeraskan suaranya agar Airin mendengar dari dalam toilet. Tak hanya Raldo, Airin pun merasa sangat tegang sekarang. Dijauhkan tangannya dari knop pintu. Wajah Airin sedikit memucat, gadis itu mengurungkan niatnya untuk keluar. Mereka berdua merasa sangat ketakutan, takut bila hubungan mereka berdua ketahuan saat itu juga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD