“Hm. Kayak yang gue bilang sebelumnya, setelah nikah, lo dengan urusan lo, gue dengan urusan gue. Lo nggak perlu khawatir gue ikut campur urusan lo, kalaupun lo rasa mungkin secara nggak sengaja atau tanpa sadar gue masuk ke dalam hidup lo terlalu jauh, lo bisa ngajuin ce—” “Jangan ngomong hal macam itu seenaknya.” Potong Daren cepat. Iya, tidak bisa dimungkiri kedatangannya menemui Clair adalah untuk menerima perjodohan itu termasuk tawaran yang pernah Clair sodorkan padanya. Tapi pria itu jelas tidak menyukai cara bicara Clair yang terlalu lugas—atau dengan kata lain terlalu to the point. “Kenapa? Pada akhirnya kalau lo udah bisa bujuk cewek yang lo suka itu untuk nikah dan hidup sama lo, kita jelas bakalan cerai, kan?” Iya, cerai. Clair terlalu ringan mengatakan hal-hal semacam itu,

