“Ah… anak ini bener-bener nggak ngabarin gue sama sekali.” Gumam Daren memandangi ponselnya serius sambil mengetuk-ngetuk jari di pinggiran case ponsel yang ada dalam genggamannya. “Hm? Siapa, Ren?” Daren mengangkat kepalanya cepat, mendapati suara yang belakangan jarang ia dengar ada dan berkumpul bersama sahabatnya yang lain. “Raf? Lo udah pulang—” “Hm, kemarin. Melvin sama Altair memang nggak kasih tahu?” Rafael mengambil duduk di salah satu sofa yang kosong. Saat ini, keempat sahabat itu tengah ada di sebuah restoran yang baru Altair buka, dan mereka datang untuk memberikan pendapat mengenai tempat baru Altair itu tentu dengan penilaian yang objektif. Daren melirik dua sahabatnya yang lain, baik Altair maupun Melvin sama-sama menunjukan senyum canggung mereka tanda bahwa keduanya

