Bersama kembali

1043 Words
Satu bulan berlalu, sesuai janjinya Ara membawa Adam dan Kaylani ke Jakarta. Dengan gaji yang lumayan besar, Ara sudah dapat membeli rumah di kawasan elit. "Selamat datang, Sayang." Ara menuntun Kaylani sembari membuka pintu masuk rumah barunya. "Ma, Kay inggal cini?" tanya gadis kecil itu, sembari kagum dengan suasana rumah yang baru saja di perlihatkan oleh Ara. "Iya, sayang Kay akan tinggal di sini. Ayo, masuk," ajak Ara memasuki rumah yang memiliki dua lantai itu. "Ma, ini lumah becal secali. Kayak lumah oneka balbi Kay. Ini enal kita inggal di cini?" ucap Kaylani lagi memastikan jika Ara tidak berbohong. Kekurangan yang selama ini di rasakan Kaylani membuat anak itu tak bisa lagi langsung percaya apa lagi selama ini dia terus termakan oleh janji yang kadang tidak bisa ditepati oleh Adam dan Ara. "Iya, Sayang. Ayo kita ke kamar Kaylani. Pasti Kay akan senang. Ah, ya, apa Kay tidak rindu dengan mama kah?" tanya Ara, dirinya baru saja pulang shooting dan supir yang menjemput Kaylani dan Adam di Bandung. "Kay lindu Mama, Kay telus tanya am Papa kapan Kay bica ketemu am Mama," jawab Kaylani. Adam yang sejak tadi diam mengamati isi rumah yang akan menjadi tempat tinggalnya yang baru, merasa tertohok. Sang istri bisa membeli rumah sebagus dan semewah ini, sedangkan dia memberikan makan saja kadang kurang. Apa lagi selama satu bulan ini, Ara terus mengirimkan uang agar dirinya dan Kaylani bisa makan. "Pa ... Pa iya kan Pa?" Kaylani menarik-narik baju Adam agar memberikan jawaban atas pertanyaannya. Hal itu sukses membuat Adam langsung tersadar dan melihat tubuh kecil Kaylani yang kini berada di hadapannya. Adam berjongkok menyamai tubuh Kaylani lalu berkata, "Iya Sayang. Kay suka?" "Iya, Kay cuka." "Ya sudah kalau Kay suka, tuh ikutlah dengan Mama, katanya dia mau menunjukkan kamar baru buat Kay," perintah Adam. "Ayo, Sayang!" ajak Ara lagi yang sudah tidak sabar memperlihatkan kamar Kaylani yang dihiasi banyak mainan. Ara merasa bangga setelah ia bekerja selama satu bulan yang tak kenal malam atau pun siang kini sudah terbalas dengan senyum Kaylani yang nampak gembira dengan apa yang kini dimilikinya. Rumah mewah di kawasan elit ibu kota siapa yang tak tahu, harganya yang cukup fantastis sudah dipastikan kualitasnya bagus. Kaylani langsung menghamburkan diri setelah sampai di kamar dengan ukuran yang besar seperti rumahnya di Bandung. Tak hanya kamar yang besar, tapi juga mainan yang memenuhi kamar itu. "Wow, Ma. Kay cuka ini," ucap Kaylani sembari memainkan boneka pada yang memiliki ukuran melebihi tubuhnya. "Jika Kay suka, sini cium Mama. Mama sangat rindu dengan Kaylani." Kaylani menepuk jidatnya, dia bilang merindu dengan sang mama, tapi sejak tadi peluk dan cium pun tak kunjung dirinya berikan pada sang mama. Kaylani perlahan turun dari ranjang meninggalkan boneka panda yang sudah ia klaim menjadi kesayangannya lalu menghampiri Ara. "Maaf, Ma. Kay lupa." Kaylani mencium pipi kanan lalu bergantian ke pipi kiri Ara. Memeluk dengan erat tubuh Ara yang kini terlihat sedikit berisi. "Tidak apa-apa Sayang." Ara membalas peluk dan cium Kaylani. Selain Kaylani yang bahagia saat bertemu dengan Ara. Wanita yang kini sudah memiliki satu film yang cukup meledak di pasaran ini juga begitu senang, akhirnya kerinduan selama satu bulan dengan sang anak kini terbalaskan dengan perjumpaan. Situasi yang penuh kasih itu tak lama berlangsung, Adam yang tadi berada di luar kini menghampiri Ara dan Kaylani dan berkata, "Neng, Abang ingin berbicara." Mendengar namanya dipanggil Ara melepaskan pelukannya pada Kaylani. Ia hampir lupa tidak menyambut Adam yang sejak tadi juga berada di sana. Entahlah Ara merasa kurang suka dengan Adam untuk sekarang, karena lelaki itu selalu memberikan ceramah yang kadang membuat dirinya jengkel. Apa lagi selama satu bulan ini, lelaki ini seperti proteksi pada dirinya. "Ya sudah, Kay sekarang main boneka ya. Mama mau bicara dulu dengan Papa. Ingat jangan nakal," ucap Ara. Gadis kecil itu hanya mengangguk dan kembali lagi ke ranjang untuk bermain boneka. Di luar ruangan Adam dan Ara kini sedang saling menatap, entah sorotan mata apa yang ditunjukkan Adam pada wanita yang sudah menemaninya bertahun-tahun itu. Ada rasa rindu di dalam sorot mata itu. Namun, ada juga rasa kecewa pada dirinya sendiri saat menatap Ara. "Abang ingin berbicara apa?" tanya Ara dengan nada cueknya membuat sorotan pandangan mata Adam terputus dan kembali pada tujuan awalnya yang ingin menanyakan keganjalan yang menyelimuti hatinya. "Neng, memangnya gaji Neng berapa, sampai bisa membeli rumah semewah ini hanya dalam waktu satu bulan?" Bunyi pertanyaan yang keluar dari mulut Adam terkesan menyelidik. Pertanyaan itu langsung membuat Ara kecewa. Bukankah sebagai seorang suami dirinya harus bangga jika melihat kesuksesan sang istri, tapi mengapa Adam sepertinya tidak menyukai hal itu dengan kesal arah menjawab,"Tentu saja gajiku lebih besar dari pada gajimu yang setiap hari hanya mendapatkan uang lima puluh ribu yang untuk makan pun tidak cukup." "Neng! Kenapa Neng bicara seperti itu? Abang bertanya baik-baik kenapa kau justru mengungkit tentang pendapatan Abang yang hanya mendapatkan uang lima puluh ribu?" "Abang yang mulai duluan kenapa Abang bertanya seperti itu? Gaji Neng cukuplah untuk membuat kita bisa menikmati kehidupan mewah seperti ini. Tenang Bang, Neng tidak melakukan macam-macam hasil yang Neng dapatkan ini melebihi apa yang Neng bayangkan, karena film yang kemarin Neng garap bersama teman-teman sudah meledak di pasaran. Hal itu tentu saja Neng mendapatkan benefit yang lebih, karena Neng sebagai pemeran utamanya. harusnya Abang itu bersyukur bukan mempertanyakan hal seperti ini yang tidak penting!" jelas Ara panjang lebar. Adam menelan ludahnya secara kasar, benar apa yang dikatakan Ara dirinya harusnya bersyukur karena Ara sudah memberikan kehidupan yang layak untuk Kaylani dan dirinya. Namun, sebagai seorang lelaki tetap saja Adam merasa tidak pantas untuk mendapatkan hal seperti ini dalam hati Adam dia harus segera mendapatkan pekerjaan agar bisa kembali memenuhi kebutuhan keluarganya. "Ya Neng maafin Abang. Abang salah," ucap Adam dengan nada sendu. "Kau selalu bersikap seperti ini setelah mengeluarkan statement yang tidak jelas langsung meminta maaf harusnya Abang itu intropeksi diri dan tidak selalu mengulang kesalahan yang sama," ucap Ara dengan nada tegas. Setelah mengucapkan kata itu Ara kini meninggalkan Adam yang terdiam mematung di tempatnya. Rasa kesal yang ia rasakan membuat dirinya ingin segera meluncur ke tempat teman-temannya untuk meluapkan segala emosi yang ada. Ara sedikit sadar Jika dia terus berada di rumah pasti akan membuat dirinya selalu bertengkar dengan Adam karena selalu memiliki pendapat yang bertentangan, hal ini tentu tidak bagus untuk kaylani nantinya.

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD