Sekitar 10 menit selepas upacara, jam pelajaran pertama di mulai. Yesung bersiap menuju kelas yang akan ia ajar di hari senin pagi ini. Ia memegang 3 kelas mata pelajaran Bahasa Korea, Senin pagi di 12-1, Selasa jam pelajaran ke 3 di 12-2, dan Jum'at siang di 12-3.
Dengan buku paket di tangan kanan dan tas digantungkan pada pundak kiri, Yesung keluar ruang guru dan menaiki lift khusus guru yang baru ia tahu setelah diceritakan oleh teman barunya, sedangkan lift awal ia naik ke atas adalah khusus siswa. Yesung terkekeh, padahal lifnya bersebelahan kenapa tidak dipakai bersama saja tanpa membeda-bedakan kedudukan di sekolah ini.
Ting
Pintu lift terbuka dan Yesung menuju kelas 12-1, ia membuka pintunya, kelas yang tadinya berisik kini diam sunyi senyap, hening total setelah masuknya dirinya. Yesung berdehem canggung. "Kau murid baru?" Celetuk seorang murid laki-laki di bangku paling pojok kiri, Yesung menolah ke sumber suara dan tersenyum. "Ini bukan hari pakaian bebas!" Seru seorang murid yang lain sementara Yesung berjalan santai dan meletakkan tas serta buku ke atas meja terdepan di kelas tersebut.
"Perkenalkan, aku guru Bahasa Korea kalian yang baru." Seketika kelas yang tadinya hening riuh kembali, tidak percaya dengan apa yang mereka dengar. Yesung menuju papan tulis dan mengambil spidol, menuliskan namanya di papan putih itu. "Yesung seonsaeng?" Gumam seorang murid terdepan yang duduk persis di depan meja guru. "Mohon kerjasamanya." Yesung membungkuk dalam.
"ASTAGA! Aku bahkan menyangka kau anak tersesat." Kaget seorang perempuan hiperbolis. "Mulai hari ini aku akan mengajar Bahasa Korea untuk kelas 12. Ada yang ditanyakan?" Yesung masih berdiri di tempatnya, samping papan tulis sambil memegang spidol seraya menatap satu persatu anak muridnya, ia tersenyum manis, cita-citanya jadi guru terwujud.
"Berapa usiamu?" Meski pertanyaan tentang usia lumayan tabu, tapi Yesung tetap menjawabnya. "22." Satu kelas yang masih kaget tambah kaget mendengar kata itu keluar dari mulut Yesung. "Hei, bahkan oppa ku masih S1 di umur 25 tahun."
Yesung sedikit bercerita tentang dirinya yang loncat kelas, dapat beasiswa S1 dan lulus dengan waktu singkat dan kemudian meraih beasiswa ke luar negeri hingga akhirnya bisa mendapat gelar Master di usia 22 tahun. Satu kelas iri semua, padahal jika mau kuliah ke luar negeripun mereka bisa dengan dana dari orang tua, namun mendengar seseorang yang kuliah dan lulus dengan murni usaha dan kepintaran entah kenapa membuat mereka iri.
Kelas resmi dimulai setelah Yesung mengabsen dan bekenalan dengan keduapuluh murid di kelas 12-1 ini, mereka menyimak penjelasan Yesung yang lebih seperti dosen dan gaya mengajar lelaki itu terlalu serius namun mereka entah kenapa senang dan memperhatikan Yesung. Termasuk seorang lelaki yang duduk paling depan berhadapan dengan meja guru, ia menatap antara kagum dan meremehkan, Yesung yang tidak hanya pintar di akademik namun juga mempunyai bakat lain.
Cho Kyuhyun bahkan yakin jika Yesung ikut audisi idol akan diterima, tapi sayangnya Yesung malah memilih menjadi guru yang menurut Kyuhyun gaji guru tidak seberapa apalagi yang statusnya masih honor.
Satu setengah jam pelajaran tidak terasa, hingga akhirnya Yesung menutup kelas dengan membungkuk, Yesung akan ke luar sampai sebuah suara menahannya. "Seonsaeng." Panggil Karina sambil berdiri dari duduknya, Yesung menatap perempuan berambut panjang itu. "Bisa seonsaeng berikan nomor ponsel? Siapa tahu kami ingin menanyakan sesuatu." Yesung hanya tertawa dan kembali ke depan papan tulis untuk menuliskan nomornya. "Hubungi saja, kalau tidak sibuk akan ku jawab." Setelah itu pintu ditutup rapat, meninghilangkan sosok lelaki bertinggi 177 itu.
"Modus kau, Rin." Goda Winter sambil melempar pulpen pada Karina.
Kyuhyun keluar kelas, tak mempedulikan Jaemin yang meneriakinya mengajak bolos untuk jam pelajaran berikutnya.
Sampai di ruang guru, Kyuhyun menghampiri salah satu pintu yang tak bernama, tanpa mengetuk ia membukanya membuat orang di dalam sana kaget. "Bisa kau ketuk dulu?"
"Apa gunanya!" Seru Kyuhyun tidak terima. "Aku ingin menanyakan sesuatu." Kyuhyun masih berdiri di ambang pintu, hendak menutupnya namun suara Yesung menahan. "Ketuk dulu, baru aku jawab pertanyaanmu." Kyuhyun tertawa hambar, dengan enggan dia mengetuk pintu 3 kali. "Ya? Mau tanya apa?" Kyuhyun menutup pintu, masuk ke ruangan itu dan mengamati isinya, tidak banyak barang seperti ruangan guru yang lain, mungkin karena Yesung baru pindah, hanya ada barang bawaan ruangan ini.
Yesung masih duduk tenang di hadapan computer, memeriksa identitas pribadi anak didiknya sementara Kyuhyun membaringkan tubuhnya di sofa sebelah kanan yang berjarak lumayan jauh dari Yesung. "Kau ingat aku?" Tanya Kyuhyun sambil memainkan ponselnya. Yesung membuka identitas Kyuhyun, menatap ke bagian orang tua dan.. "Cho Tae Il?" Yesung melirik Kyuhyun sekilas. "Ahhh... kau anak wali kota Seoul rupanya." Tidak ada nada di suara itu.
"Kau serius tidak ingat aku?" Kyuhyun mengubah posisi tidurannya menjadi duduk menghadap Yesung. "Pantas saja semena-mena... mentang-mentang ayahmu punya kekuasaan..." Gumam Yesung mengingat betapa tidak sopannya Kyuhyun yang menerobos masuk ruangannya. "Kau tidak ingat aku!?" Ulang Kyuhyun dan kini tangannya menarik tangan kanan Yesung untuk berhenti menscroll mouse. "Aku tidak pernah ikut acara apapun yang berhubungan dengan pemerintahan, mana mungkin aku ingat kau!" Nada suara Yesung meninggi sambil menghempaskan tangan Kyuhyun.
Kyuhyun terdiam, seseorang yang dulu teramat ia benci karena tidak bisa mengalahkannya kini hadir di depan matanya, sosok yang ia penasaran di mana keberadaannya kini bisa ia sentuh, dan Kyuhyun sedikit tidak terima karena Yesung dating kembali ke dalam hidupnya malah menjadi guru, ia tadinya berharap mereka kembali dipertemukan di panggung kontes menyanyi.
"Aku Cho Kyuhyun."
"Ya, aku tahu. Anak wali kota SEOUL." Tekan Yesung, entah kenapa jantungnya berdegub keras. "Kau sepertinya tidak mengingatku." Kyuhyun menyodorkan ponselnya ke hadapan Yesung, menyuruh Yesung menatap layar yang menampilkan foto, itu saat dirinya memenangkan lomba menyanyi di hari jadi kota Seoul 5 tahun lalu. "Lihatlah, di samping kananmu." Berdiri sosok Kyuhyun tepat di samping Yesung, meski tersenyum entah kenapa mata Kyuhyun seperti marah. "Hei! Sekarang aku ingat." Seru Yesung sambil menatap Kyuhyun. "Jadi kau, anak umur 12 tahun yang memaksa masuk kategori dewasa."
Ya, singing contest saat itu terdapat 3 kategori, 7-11 tahun anak-anak, 12-15 tahun remaja, 16-20 tahun dewasa. Yesung tahu desas-desus kala itu, seorang anak 12 tahun bersikeras masuk kategori dewasa karena dengan sombongnya merasa teknik menyanyinya sudah bagus dan tidak sudi disaingkan dengan anak-anak. "Benar, kau anak itu..." Yesung hampir tertawa, seluruh orang di belakang layar membicarakan keras kepalanya Kyuhyun saat itu.
"Pantas saja kau selalu juara 2, selalu kalah dariku..." Yesung tertawa keras membuat wajah Kyuhyun memerah. "Tapi ku akui teknik menyanyimu bagus untuk anak 12 tahun." Buktinya Kyuhyun bisa mengalahkan seorang pesaing dari kategori dewasa hingga ia meraih juara 2. "Entah itu pujian atau hinaan, tapi terima kasih seonsangnim." Tekan Kyuhyun, kini ia duduk di kursi depan Yesung. "Selain itu, ada lagi yang ingin kau tanyakan? Jadwalku sudah habis dan aku mau izin pulang." Yesung menshutdown computer dan memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.
"Kemana kau 3 tahun ini? Kenapa social mediamu tidak aktif?" Kyuhyun menunjukkan post terakhir Yesung 5 tahun lalu.
"Kau tidak dengar di kelas tadi? Aku kuliah." Yesung berdiri. "Sesibuk itu sampai tidak bisa main sosmed?" Yesung menatap Kyuhyun yang balik menatapnya. "Apa urusanmu, Kyuhyun-ssi?" Main sosmed atau tidak itu urusan Yesung, meski ia guru di sini tapi untuk pertanyaan yang tidak ada sangkut pautnya dengan pelajaran membuat Yesung malas meladeni. "Hanya penasaran, jawab saja." Kyuhyun menahan tangan Yesung yang hendak berlalu. "Ponselku rusak, setelah itu aku tidak pernah membuka sosmedku lagi."
"Aktifkan kembali." Yesung tertawa. "Apa manfaatnya untukmu, Kyuhyun-ssi?" Kyuhyun mendelikkan bahunya. "Kau ingin tahu semua kegiatan yang aku lakukan karna kau masih iri padaku, iya?" Kyuhyun berdiri, tentu lebih tinggi dari Yesung. "Tidak. Aktifkan saja, toh tidak merugikanmu." Kyuhyun masih belum melepaskan tangan Yesung. "Akan ku pikirkan. Bisa kau lepaskan?" Yesung mengangkat tangannya yang dipegang Kyuhyun. "Aktifkan dulu baru aku melepaskanmu." Yesung menyentakkan tangannya namun tak berhasil lepas.
"Baiklah!" Yesung mengambil ponsel dalam saku celana, mendownload kembali i********: dan memasukkan akunnya. "Sudah, puas?" Yesung menyodorkan layar ponselnya ke depan Kyuhyun, barulah Kyuhyun melepaskan tangan Yesung. "Terimakasih seonsaengnim." Kyuhyun berlalu meninggalkan ruangan Yesung. "Kekanakan sekali." Gumam Yesung, jika saja memukul siswa tidak mendapat sanksi entah sudah berapa kali tinju yang Yesung layangkan dari awal Kyuhyun masuk seenaknya ke ruangannya.
***
Seorang wanita duduk di kursi roda, dari lantai 2 rumahnya ini ia bisa melihat sebuah mobil hitam memasuki pekarangan rumah, suaminya telah kembali. Ia mendorong kursi rodanya ke arah ranjang dan sebisa mungkin menaiki ranjang itu untuk berbaring di atasnya, ketika sudah berhasil ia menarik selimut sampai menutupi d**a kemudian memejamkan mata. Tidak memakan waktu lama pintu dibuka, menampakkan sosok setengah baya bersetelan kemeja rapi menghampiri ranjang, kemudian ikut berbaring di sebelah wanita lumpuh itu.
"Aku akan mencalonkan diri jadi presiden tahun depan, bagaimana menurutmu?" Lelaki itu memeluk si wanita yang jauh lebih muda sekitar 20 tahun darinya. Tidak ada respon dari si wanita. "Tidurlah." Si wanita merasakan ranjangnya bergerak, kemudian langkah sepatu terdengar meninggalkan kamar. Si wanita membuka mata, tatapannya kosong ke langit-langit kamar.
***
Yesung ijin pulang lebih awal di hari pertama mengajarnya ini, Leeteuk membolehkan karena memang jadwal Yesung hanya pagi sisanya kosong karena cuma mengajar 3 kelas. Yesung ingin mengunjungi rumah temannya di Seoul, teman sesama dari desa yang merantau ke ibu kota.
"Susah sekali dihubungi, seperti artis saja." Gumam Yesung sambil meletakkan tasnya ke atas meja ruang tamu. Seekor anjing hitam putih menghampiri Yesung dengan lidahnya yang terjulur, menyalak-nyalak kecil di kaki Yesung seraya berputar-putar, Yesung tersenyum lalu duduk di lantai. "Bagaimana kabarmu?" Gemas Yesung sambil menggendong anjing itu ke pangkuan. "Kau tahu, hidup di ibu kota keras Yesung-ah." Siwon mengambil gambar Yesung yang sedang bermain dengan anjingnya. "Kau ada pulang kampung?" Siwon menggeleng sambil mengirimkan foto itu pada Yesung. "Rencana akhir tahun, kau sendiri?"
"Mungkin saat liburan semester." Siwon dan Yesung adalah teman satu kampung yang bersekolah di SMA yang sama, setelah Yesung memutuskan kuliah ke Seoul Siwon tetap di kampung untuk mengurusi sawah orang tuanya, namun 2 tahun terakhir Siwon memutuskan merantau ke Seoul dan membuka bisnis property. "Kalau kau mau pulang hubungi saja aku, kita bisa pergi bersama." Tawar Siwon, Yesung hanya tersenyum sambil terus bercanda dengan anjing Siwon.
Sementara di sekolah, ponsel Kyuhyun berdering dan 1 notif i********: muncul di layar ponselnya. __yesunggkingg84 update a post in a while. Kyuhyun tersenyum, ternyata gurunya itu menuruti perintahnya membuat ia puas.
__yesunggkingg84
❤️?
277 Likes
Updatean itu tanpa caption, Kyuhyun memutuskan berkomentar memakai fake accoutnnya... "Hehehe..." Seringainya membuat teman yang duduk di sisi kanan dan kiri Kyuhyun menatapnya heran.
***
Yesung yang kala itu diantar Siwon menggunakan mobil untuk kembali ke tempat tinggalnya sontak memeriksa ponsel saat ada notif, lama rasanya ia tidak menggunakan akunnya dan ia pikir followenya sudah berhenti mengikuti namun ia tidak peduli, Yesung memutuskan memprivate akunnya dan memeriksa komentar.
._.gaemgyugyu._. comment on your post. "Anjingnya 2 2 nya lucu, minta 1 dong, gemes.'
"Anak sialan itu, jadi dia yang selama ini komentar buruk di post ku." Yesung berdecih, kesal. "Kenapa?" Tanya Siwon sambil melirik Yesung sekilas. "Tidak, hanya hal bodoh."
To Be Continue