Chapter thirty six : Princess Reina & The Three Storm Knights of Nexus

2859 Words
   Kita beralih Kembali kepada Dragon bersama Gard dan Riple yang sedang dalam perjalanan menuju ke Istana Kerajaan Nexus. Kereta kuda yang mereka tumpangi, kini telah sampai di gerbang Utama Istana kerajaan, gerbang tersebut terlihat sangat besar dan megah, walau tidak sebesar gerbang benteng utama Ibukota yang telah mereka lewati sebelumnya.  Setelah Dragon turun dari kereta kuda, maka Gard dan Riple segera mengajaknya untuk berjalan masuk melewati gerbang tersebut. Disana mereka harus menaiki lagi puluhan anak tangga untuk menuju ke gerbang selanjutnya di bagian atas, karena Istana Nexus terletak di permukaan tanah yang lebih tinggi. Setibanya mereka di atas, gerbang kedua segera dibuka untuk mempersilahkan mereka masuk. Dibalik gerbang tersebut sudah ada seorang Kepala pelayan bersama beberapa orang pelayan yang berbaris untuk menyambut kedatangan mereka bertiga. Sang Kepala pelayan tersebut berdiri di hadapan Dragon, dia membungkuk untuk memberi hormat, kemudian mempersilahkan Dragon, Gard dan Riple untuk masuk ke dalam Istana, sang Kepala pelayan juga turut serta menemani mereka untuk menjelajahi seluk beluk Istana yang megah itu.  “Selamat pagi, Tuan Dragon. Perkenalkan ... Namaku adalah Zeitrass, Saya adalah kepala pelayan di Istana Nexus. Mari kutunjukan jalannya kepada anda, tolong ikuti saya.” Ucap Kepala pelayan itu dengan sopan.  Beberapa saat kemudian, Dragon bersama dengan Gard dan Riple, sudah berada di dalam Istana sembari terus berjalan mengikuti langkah Zeitrass dari belakang. Dragon tak henti-hentinya memandangi setiap perabotan dan pernak-pernik yang menghiasi seluruh Istana tersebut, dari mulai kursi, meja, lukisan-lukisan mewah, dan guci-guci mahal, yang tertata dengan sangat rapih di setiap ruangan yang dilalui oleh Dragon.  Dalam perjalanan mereka itu juga, Zeitrass terus menjelaskan kepada Dragon mengenai segala sesuatu yang mereka temui disana, terutama hal-hal seputar Istana Kerajaan Nexus. Dan Zeitrass juga menginformasikan kepada mereka bahwa saat ini Raja Velodrian sedang ada urusan penting sehingga beliau tidak dapat menyambut kedatangan Dragon di Istana, namun jika urusannya telah selesai maka sang Raja akan segera bertemu dengan Dragon di ruang makan Istana, untuk menikmati jamuan makan, yang menjadi tujuan utama dari kedatangan Dragon ke Istana ini. Jadi sekarang, sembari menunggu sang Raja menyelesaikan urusannya, maka Dragon boleh berjalan-jalan dahulu ke sekeliling Istana, sambil ditemani oleh Zeitrass, Gard dan Riple.  Namun sebenarnya hal itu merupakan hal yang bagus bagi Dragon, karena dengan begitu, dia jadi bisa lebih leluasa untuk mencari tahu informasi mengenai tempat dimana barang incarannya berada, yaitu bola Aporion. Itulah tujuan Dragon yang sesungguhnya, maka saat ini Dragon hanya akan mengikuti saja kemana Zeitrass akan membawanya, sambil memeriksa setiap seluk beluk ruangan di dalam Istana tersebut.  “A- anu ... jika memang tidak merepotkan bagi anda, aku akan sangat senang bila dapat berkeliling Istana.” Ucap Dragon kepada Zeitrass.  “Ya, tidak masalah Tuan ... Tidak usah sungkan begitu, mari terus ikuti saya.” Jawab Zeitrass.  “Tuan Dragon pasti sangat senang sekali bisa berada di Istana ini, sehingga tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk bisa melihat-lihat segala hal yang ada disini. Iya kan?” Tanya Gard kepada Dragon.  “I- iya benar sekali ... Aku sangat terpukau dengan kemegahan yang dimiliki oleh Istana ini.” Jawab Dragon sambil tersenyum canggung.  “Waah, sepertinya Tuan Dragon adalah pengagum nomor satu dari Istana Nexus ... Catat itu Riple.” Ucap Gard, sambil menyuruh Riple untuk mencatatnya. Sedangkan Dragon hanya meng’iya’kan saja setiap perkataan dari Gard, supaya dia bisa terhindar dari kecurigaan, dan tetap fokus pada tujuannya datang ke Istana.  Dalam tur tersebut, beberapa kali mereka berpapasan dengan sejumlah Prajurit yang sedang berpatroli di setiap lokasi yang mereka lewati, sehingga Dragon sadar bahwa misinya tidak akan mudah, tapi untuk saat ini dia hanya akan berusaha untuk menikmati perannya sebagai tamu kehormatan di Istana Nexus. Tur mereka dimulai dari aula Istana yang sangat besar dan luas, hingga ke tempat-tempat penting lainnya. Saking luasnya aula tersebut, bahkan sepertinya ratusan orang juga bisa muat jika masuk ke dalamnya, aula tersebut adalah tempat yang sering digunakan untuk menyelenggarakan pesta atau acara-acara besar lainnya.  Kemudian perjalanan mereka berlanjut ke dapur Istana yang suasananya cukup ramai, karena tempat itu dipenuhi oleh banyak pelayan serta Koki Kerajaan, yang sedang sibuk memasak serta menyiapkan makanan, untuk dihidangkan kepada Dragon dan Raja, pada acara jamuan makan yang akan dimulai pada tengah hari nanti.  Lalu Dragon diajak lagi untuk berjalan menyusuri lorong-lorong yang luas, sambil beberapa kali singgah di ruangan-ruangan khusus bagi para pekerja Istana. Seperti ruangan penjahit, ruangan pengrajin, dan lain-lain. Bahkan ada juga ruangan yang khusus bagi sang Raja untuk bersantai, letaknya berada di atap Istana, dengan suasana yang sejuk dan teduh, serta tersedianya kursi-kursi mewah untuk beristirahat ataupun bisa juga untuk tidur disana.  Kemudian, Dragon dan yang lain akhirnya melewati suatu ruangan yang pintunya dijaga ketat oleh dua orang Prajurit, Dragon sempat menghentikan langkahnya disana sambil sedikit tertegun memperhatikan pintu yang terlihat cukup besar dan mewah tersebut. Dengan adanya dua orang penjaga disana, malah membuat Dragon semakin yakin bahwa benda incarannya pasti berada di dalam ruangan tersebut.  Lalu Zeitrass yang sedikit heran karena melihat Dragon diam terpaku di hadapan pintu besar tersebut, mulai menjelaskan tentang ruangan yang ada di dalamnya. “Oh, maaf karena saya belum menjelaskan tentang pintu itu kepada anda ... Itu adalah pintu dari Ruang penyimpanan benda berharga milik Kerajaan, ruangan tersebut tidak bisa dimasuki oleh sembarangan orang, karena hanya Raja saja yang dapat membukanya. Selain itu, ruangan yang ada di dalam sana juga merupakan tempat yang sangat tertutup dan terisolasi, sehingga hanya ada satu jalan masuk dan satu jalan keluar saja dari sana, yaitu dengan melewati pintu yang berada di hadapan kita ini.” Ucap Zeitrass menjelaskan.  “Jadi, hanya Raja saja yang punya kuncinya?” Tanya Dragon dengan raut wajah seperti sedang memikirkan sesuatu.  “Ya, Benar sekali. Hanya Raja saja yang mempunyai kuncinya ... Sekarang, ayo kita melanjutkan perjalanan lagi.” Ajak Zeitrass kepada Dragon, Gard, dan Riple.  Beberapa saat kemudian, mereka telah sampai di halaman belakang Istana, disana terdapat taman yang sangat luas, indah dan asri, dengan rumput yang terhampar luas di seluruh permukaan tanahnya, tak hanya rerumputan saja, taman tersebut juga dipenuhi oleh berbagai macam tanaman bunga yang sangat indah, serta berbagai tanaman lain yang berukuran besar dan tinggi, sehingga membuat suasana di sana menjadi seperti sedang berada di dalam labirin yang sangat megah.  Saking sejuk dan nyamannya suasana disana, sampai-sampai membuat Dragon takjub dan seakan tidak ingin meninggalkan tempat tersebut. Apalagi saat Zeitrass bilang bahwa sebaiknya Dragon menikmati suasana disana sembari menunggu selesainya urusan sang Raja.  Beberapa saat kemudian, Dragon dan yang lainnya tampak sedang berjalan dengan santai di atas rerumputan hijau yang terhampar luas sambil menghirup udara segar, mereka menikmati pemandangan dari tanaman-tanaman indah yang menghiasi taman tersebut.  Namun ketika sedang asyik berjalan, Dragon dikagetkan oleh keberadaan dari orang-orang yang sedang melakukan sebuah aktivitas disana. Orang-orang itu Terdiri dari beberapa Prajurit yang sedang berdiri dan beberapa pelayan yang sedang menyiapkan makanan di atas meja. Juga ada empat orang penting yang tampak sedang bercanda gurau, sambil memegang busur serta anak panah di tangan mereka masing-masing.  Ternyata itu adalah Putri Reina, anak semata wayang dari Raja Velodrian. Yang sedang berlatih memanah ditemani oleh tiga Kesatria badai Nexus, yaitu Rizu, Arci, dan Holdi. Keberadaan mereka disana sepertinya merupakan kegiatan rutin yang sering mereka lakukan setiap minggunya. Rizu memiliki postur tubuh yang cukup kekar dengan rambut panjang berwarna hijau, dia mengenakan pakaian berwarna biru dengan zirah berwarna putih, yangdibalut oleh jubah berwarna biru juga, sama seperti yang dikenakan oleh Arci dan Holdi.  Mereka sedang berlatih memanah bersama Tuan Putri Reina, yang terlihat sangat cantik dengan rambut berwarna merah muda yang panjang terurai. Dan dia juga mengenakan pakaian berwarna biru yang dibalut oleh zirah putih, sehingga membuat sang Putri terlihat seperti wanita tangguh.  Putri Reina sedang mengajari Rizu dengan sangat serius, sementara Arci dan Holdi tampaknya sedang memberi ejekan terhadap Rizu, karena Rizu terlihat sangat gugup ketika sedang diajari oleh Tuan Putri. Tangan Rizu tak henti-hentinya gemetar sehingga anak panahnya selalu saja tidak bisa melesat tepat mengenai sasaran.  Kembali kepada Dragon, Zeitrass berniat untuk memperkenalkan Dragon kepada Tuan Putri Reina dan teman-temannya yang ada disana, namun ketika Zeitrass mengajak Dragon untuk mendekati mereka. Dragon malah hanya diam saja, dengan tatapan kosong yang tidak dapat teralihkan sama sekali dari Sang Putri. Hal itu membuat Zeitrass, Gard, dan Riple menjadi heran serta kebingungan. Bahkan Gard sampai menyuruh Riple untuk mencatat bahwa sepertinya Dragon sedang merasakan cinta pada pandangan pertama  Lalu, Putri yang menyadari kedatangan Zeitrass bersama dengan Dragon, Gard, dan Riple di tempat tersebut. Segera menghampiri dan menyapa mereka, dengan penuh keramahan.  “Wah ... Selamat siang, Tuan Zeitrass. Kau membawa siapa? ... Oh, ternyata sang Juara dari Turnamen Kota Togu ... Tuan Gard dan Tuan Riple juga ada disini.” Kata Putri Reina menyapa mereka semua.  “Selamat siang Tuan Putri.” Ucap Gard sambil menundukan kepalanya bersama Riple, sedangkan Dragon masih tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Tuan Putri dan dia juga tidak bisa mengeluarkan kata-kata untuk menjawab sapaan dari Tuan Putri Reina, sehingga keadaannya menjadi canggung.  Kemudian Riple sedikit menggoyang-goyangkan pundak Dragon, sehingga Dragon jadi langsung tersadar dan mulai menjawab sapaan dari Putri Reina. Dengan ekspresi wajah yang terlihat sangat kaget, Dragon menundukan kepalanya hingga menyentuh rumput sambil berkata, “Se- selamat siang juga Tuan Putri !”  Semua orang yang melihat hal itu dengan seketika langsung merasa kaget, Tuan Putri segera berkata kepada Dragon. “E- eh, tidak perlu sampai seperti itu.”  “Ma- maaf.” Jawab Dragon sambil berdiri lagi dengan tegak, lalu Zeitrass dan Riple segera membersihkan tanah dan rumput yang mengotori wajah Dragon.  “Namamu Tuan Dragon kan? Salam kenal ya.” Ucap Putri Reina sambil menjulurkan tangannya.  Dragon sempat ragu-ragu ketika akan mejabat tangan Tuan Putri, karena dia merasa sangat gugup pada saat itu, namun Gard sedikit mendorongya sehingga tubuh Dragon langsung mendekat dan menjabat tangan Tuan Putri dengan penuh hati-hati. Sambil berbicara, “Tidak usah panggil aku Tuan, cukup Dragel saja ... Eh bukan-bukan, maksudku Dragnit ... E- eh Maksudku Dragon. Ya, Dragon.”  “Hehe ... Iya, baiklah.” Jawab Tuan Putri sambil tersenyum.  “A- aku senang bisa bertemu dengan Tuan Putri.” Kata Dragon.  “Aku juga senang bisa bertemu dengan anda ... Aku menyaksikan pertarungan anda melawan Gill, dia itu adalah seorang Pemburu monster kan? Senjata-senjata yang dimilikinya memang hebat, tapi senjata-senjata yang anda miliki juga tak kalah hebatnya ... Kudengar anda adalah seorang Pandai besi. Apakah anda membuat sendiri senjata-senjata itu?” Tanya Tuan Putri.  Lalu terdengar suara dari belakang Tuan Putri. “Aku kenal beberapa orang yang memiliki pedang api, tapi baru pertama kali aku melihat pedang api yang memiliki kekuatan sedahsyat itu.” Ujar Rizu kepada Dragon, sambil berjalan bersama Arci dan Holdi ke dekat Tuan Putri.  “Oh iya, aku akan memperkenalkan anda kepada teman-temanku. Mereka adalah tiga Kesatria badai Nexus ... Rizu, Arci, dan Holdi.” Ucap Tuan Putri.  Dragon segera menjawab pernyataan dari Rizu. “Te- terima kasih atas pujiannya.”  “Sama-sama, namaku adalah Rizu. Dan ini adalah kedua temanku, Arci dan Holdi ... Kau pasti pernah bertemu dengan mereka pada saat menjalani babak kualifikasi di Turnamen Kota Togu Iya kan? Aku akan mewakili mereka berdua untuk minta maaf, atas kesulitan yang telah mereka perbuat terhadapmu.” Kata Rizu sambil menundukan kepalanya.  Walaupun mereka bertiga adalah teman satu kelompok, namun sepertinya Rizu merupakan sosok pemimpin bagi kelompok tiga Kesatria badai Nexus tersebut. Dialah yang selalu menengahi pertengkaran antara Arci dan Holdi, serta menyelesaikan setiap masalah yang mereka perbuat. Selain itu Rizu juga sepertinya adalah orang yang cukup ramah, dan selalu merasa tidak enak jika sampai ada orang lain yang direpotkan oleh dirinya ataupun oleh kedua temannya.  “Hey Rizu, apa maksudnya itu? Kami hanya menjalankan tugas kami disana.” Ujar Arci membela dirinya.  “Hmm ... Sepertinya kita memang terlalu berlebihan terhadap para peserta, maka dari itu kita seharusnya memang harus meminta maaf.” Ucap Holdi kepada Arci.  “Hoy, Aku ini sedang membela kita berdua, kenapa kau malah membela pendapat Rizu?! ... Sebenarnya kau ini ada di pihak siapa sih?” Tanya Arci kepada Holdi.  “Aku hanya mengutarakan pendapat yang kurasa benar, kita berdua memang harus meminta maaf kepada sang Juara ini, iya kan?” Holdi balik bertanya.  “Jangan mulai lagi denganku, Bonggol.” Ucap Arci.  “Ranting sepertimu memang susah diajak bicara.” Jawab Holdi.  “Kau mau mengajak berkelahi hah?!” Ujar Arci.  “Baiklah. Aku akan meladenimu sekarang juga!” Jawab Holdi kepada Arci, mereka berdua sudah bersiap untuk bertarung disana.  “Sudahlah, kalian berdua hentikan!” Ujar Rizu sambil berusaha memisahkan mereka berdua.  “Maafkan mereka ya, mereka memang selalu seperti itu.” Kata Putri Reina kepada Dragon sambil tersenyum.  Kemudian, ternyata Rizu juga jadi ikut-ikutan terlibat dalam pertengkaran konyol tersebut, sehingga keadaannya berubah menjadi semakin ramai, dan tidak terkendali. Maka Putri Reina yang melihat hal itu, segera bertindak dengan cara memasang ekspresi wajah marah, lalu kepribadiannya berubah menjadi ganas, sehingga dia langsung saja memberikan pukulan pamungkas, sehingga akhirnya dia bisa menghentikan pertengkaran mereka bertiga secara kilat.  Lalu Dragon berkata di dalam benaknya, (“Waah, dia seperti sosok ibu bagi mereka bertiga.”)  “Oh iya, saat ini ayahku sedang ada rapat penting dengan para menteri, sambil menunggu waktu jamuan makan dimulai, sebaiknya anda ikut berlatih memanah bersama kami.” Ajak Putri Reina kepada Dragon.  “I- iya, boleh saja. Tapi apakah kedatanganku disini mengganggu kegiatan yang sedang kalian lakukan?” Tanya Dragon kepada Putri.  “Tentu saja tidak, aku senang jika anda bisa bergabung.” Jawab Putri Reina.  Kemudian Arci berkata, “Ya, mari kita lihat apakah kemampuan memanahnya lebih buruk daripada Rizu.” Ujar Arci, lalu kepala Arci segera dijitak oleh Holdi tepat setelah dia mengatakan hal itu.  Holdi menjitak Arci sambil berbisik kepadanya, “Diam! Kau mau dilemparkan ke luar istana oleh Rizu?!” Kata Holdi memperingatkan Arci, dengan nada candaan. Karena sepertinya Holdi juga mengakui bahwa Rizu memiliki kemampuan yang buruk dalam hal memanah.  “Kalian berdua ini temanku atau bukan sih?” Ucap Rizu sambil menundukan kepalanya, dengan perasaan sedih.  Beberapa saat kemudian, Rizu dan Dragon terlihat sudah berdiri saling berdampingan, sambil memegang busur panah di tangan mereka masing-masing. Jauh di hadapan mereka ada papan yang sudah ditandai, sebagai objek sasaran bagi mereka berdua.  Dragon mulai berbicara kepada Rizu, “Kenapa ini jadi terasa seperti sebuah kompetisi?” Tanya Dragon kepada Rizu.  “Entahlah, aku juga mempunyai pertanyaan yang sama.” Jawab Rizu.  Lalu Putri Reina mulai berbicara lagi kepada mereka berdua. “Baiklah, ingat ya, ini hanyalah latihan. Aku akan memberitahukan lagi peraturannya kepada kalian berdua, masing-masing dari kalian akan diberi tiga buah anak panah, dan siapa pun yang bisa lebih banyak Memanah tepat mengenai sasaran, maka dia lah yang menjadi pemenangnya.”  “Pemenang?” Ucap Dragon sambil merasa kebingungan.  “Baiklah. Aku siap!” Ujar Rizu sambil merasa bersemangat, karena sepertinya dia mendapatkan peluang untuk bisa membuat Putri Reina kagum terhadapnya.  “Rizu mulai lagi.” Bisik Arci kepada Holdi.  “Apapun akan dia lakukan demi Tuan Putri.” Jawab Holdi kepada Arci.  Kemudian Putri Reina segera memulai pertandingan memanah antara Rizu dan Dragon. Putri berkata “Rizu mendapat giliran pertama ... Ingat ya, dilarang menggunakan kekuatan.” Ujar Putri Reina memperingatkan Rizu.  “Apa? ... Hmm, baiklah.” Ucap rizu, sambil membidikan anak panahnya ke arah papan sasaran yang ada di hadapannya. Kemudian Rizu segera melesatkan ketiga anak panah itu secara cepat dan berurutan, hingga ketiganya menancap pada objek yang dituju. Tapi tidak ada satupun dari anak panah tersebut yang tepat mengenai tanda sasaran paling tengah. Ketiga anak panah yang dilesatkan oleh Rizu malah menancap di sembarang tempat.  Semua orang tampak sedikit terkejut dengan hasil panahan Rizu tersebut, terutama Gard, Riple, dan Dragon. Namun lain halnya dengan Arci dan Holdi, mereka malah sibuk menahan tawa sambil menutupi mulut mereka dengan kedua tangan. Sedangkan Rizu langsung merasa murung sambil berdiri di dekat pojokan, karena dia merasa malu pada Tuan Putri.  “Hmm ... Sepertinya sudah ada kemajuan dari Rizu. Setidaknya anak panah itu tidak terbang jauh dan menghilang entah kemana.” Kata Putri Reina sambil tersenyum dan merasa bangga.  Kemudian, Rizu langsung merasa bersemangat kembali setelah mendengar ucapan dari Putri Reina tersebut. Sedangkan Arci langsung berbisik lagi kepada Holdi, “Dipuji sedikit saja, langsung gembira.”  “Hmm ... Iya, benar.” Ucap Holdi sambil mengangguk.  “Kalian berdua ini sebenarnya teman siapa sih?” Kata Rizu sambil menggerutu kepada mereka berdua, sehingga Arci dan Holdi langsung merasa ketakutan kemudian mereka berdua segera memalingkan wajah sambil bersiul.  Dragon berkata di dalam benaknya. (“Bagaiamana mungkin seorang Kesatria resmi Kerajaan Nexus, bisa sepayah itu dalam hal memanah?”) Kata Dragon di dalam benaknya, Tapi itu semua hanya anggapan sekilas saja dari Dragon, karena mungkin saja Rizu memiliki keahlian dan kehebatan dalam hal yang lain.  “Baiklah, sekarang giliran Dragon.” Ucap Putri Reina.  Lalu Dragon segera membidikan anak panahnya ke arah papan sasaran yang berada jauh di hadapannya, dia terlihat sangat serius memperhatikan posisi tengah sasaran yang menjadi targetnya, Dragon membidik secara fokus seolah-olah tidak ada hal apapun yang mampu mengganggunya pada saat itu. Beberapa saat kemudian, Dragon mulai melesatkan ketiga anak panahnya secara berurutan, dan ketiganya langsung menancap pada objek tujuannya tanpa ada yang melenceng keluar sama sekali. Dan ternyata lesatan tiga anak panah dari Dragon, semuanya tepat mengenai sasaran dengan sempurna.  Hal itu membuat semua orang yang berada disana langsung merasa kaget sekaligus tercengang, ditambah rasa kagum sehingga mereka segera memuji Dragon atas keahlian yang dimilikinya tersebut. Gard yang juga merasa terpukau, segera menyuruh Riple untuk mencatat kehebatan Dragon. Bahkan Rizu yang awalnya sempat tidak percaya dengan hal yang barusan terjadi, tiba-tiba juga memberi pujian kepada Dragon.  “Waah, hebat sekali. Sebenarnya senjata apa saja yang anda kuasai?” Tanya Putri Reina sambil merasa kagum terhadap Dragon.  "Ha- hampir semua senjata.” Jawab Dragon sambil sedikit tersenyum canggung.  Rizu yang melihat Putri Reina sedang memuji Dragon, langsung menjadi murung kembali sambil berdiri di pojokan, karena dia merasa bahwa dirinya telah kalah bersaing dengan Dragon dalam hal membuat Tuan Putri Terkesan.  Lalu Arci berbicara dengan Holdi. “Dia itu kuat, tapi mudah sekali putus asa.”  Dan Holdi menjawab. “Ya, aku setuju denganmu soal hal itu.”  “Kalian ini sebenarnya teman siapa sih?” Ujar Rizu kepada mereka berdua.  Dragon menghabiskan waktu yang cukup lama di tempat itu bersama dengan Putri dan tiga Kesatria badai Nexus yang senang bertengkar, sehingga suasana disana selalu ramai dan membuat Dragon jadi sedikit terhibur, disela-sela perasaan tegangnya karena harus memikirkan cara supaya dia bisa masuk ke ruang penyimpanan benda berharga Kerajaan untuk mencuri bola Aporion.  Berlanjut ke chapter 37
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD