"Silahkan turun sayangku," ucap Bagas yang membukakan pintu mobil untuk Susan
"Terimakasih sayang," ucap Susan
Bagas mengeluarkan belanjaan yang tadi dia bilang untuk Susan dan mamahnya,
"Ayo masuk dulu," ajak Susan
"Nanti saja ya, anak-anak lain sudah menungguku," ucap Bagas
Susan terlihat sedikit kecewa,
"Baiklah..," ucap Susan
"Tolong berikan ini pada mamah kamu dan ucapkan salam dariku," ucap Bagas yang memberikan tas belanjaan pada Susan
"Baiklah..," ucap Susan
"Sampai jumpa nanti malam, aku pergi dulu ya," ucap Bagas
"Ia sayang," ucap Susan
"Dah..," ucap Bagas yang kemudian masuk kedalam mobilnya
Susan masuk kedalam rumah dengan suasana hati gembira,
"Aku harus berisap untuk malam ini," ucap Susan yang berjalan menuju tangga
"Susan sayang.. sudah pulang," terdengar suara bu Hilda yang keluar dari dapur
"Eh mamah.., mamah sedang apa?" tanya Susan yang menoleh ke arah bu Hilda
"Mamah sedang menyiapkan makanan untuk perjamuan makan malam," jawab bu Hilda
"Ngapain sih mamah capek-capek, kan ada bi Ira dan yang lainnya," ucap Susan
"Jangan begitu.., mamah bosan di kamar terus," ucap bu Hilda
"Dokterkan udah bilang kalau mamah gak boleh capek, udah ayo kita ke kamar mamah dulu. Susan ada kejutan buat mamah," ucap Susan yang terlihat begitu gembira
"Kejutan apa sayang?" tanya bu Hilda
"Pokoknya mamah ikut," ajak Susan
"Ia ia," ucap bu Hilda
Susan begitu gembira dan menunjukan beberapa barang yang di berikan oleh Bagas padanya,
"Lihat mah.., semua ini calon menantu mamah yang belikan," ucap Susan
"Benarkah?" tanya bu Hilda
"Ia mah.., Bagas benar-benar perhatian sama kita mah," jawab Susan yang tersenyum pada bu Hilda
"Syukurlah nak.., mamah sangat gembira melihat kamu tersenyum seperti ini," ucap bu Hilda yang terlihat murung
"Mamah kenapa..?" tanya Susan
"Entahlah nak.., rasanya mamah.., sudah tak sanggup lagi," ucap bu Hlida
"Kenapa mah.., apa papah memukul mamah lagi?'' tanya Susan
"Tidak nak, tapi rasanya hati mamah begitu sakit..," ucap bu Hilda
"Mah.., Susan tahu perasaan mamah. Tapi kita tidak bisa berbuat apa-apa," ucap Susan
"Mamah tahu nak, tapi anak itu.., rasanya setiap kali mamah melihatnya.., hati mamah begitu sakit," ucap bu Hilda
"Selama dia tidak melebihi batas, kita biarkan saja mah," ucap Susan
"Biasanya Susan akan langsung marah, tapi kenapa hari ini Susan membelanya?" tanya bu Hilda dalam hati
Susan memperhatikan bu Hilda yang masih terlihat murung,
"Sudah mamah jangan sedih lagi.., malam ini kan sahabat terbaik mamah akan datang. Lebih baik mamah bersiap dan jangan masuk dapur lagi, biarkan para pembantu itu yang mengerjakannya. Kan mereka di gaji untuk bekerja dan melayani keluarga kita," ucap Susan
"Jangan bicara seperti itu nak, walaupun kita yang menggaji mereka. Tapi kita harus tetap menunjukan siapa nyonya rumah ini, masa mamah gak boleh masuk dapur," ucap bu Hilda
"Ia deh boleh.., tapi mamah gak boleh bekerja. Mamah cukup perintahkan mereka saja, Susan gak mau kalau mamah harus bekerja," ucap Susan
"Ia ia.., putri mamah bawel sekali," ucap bu Hilda
"Ya sudah Susan mau mandi dulu ya mah, Susan juga mau siap-siap. Susan mau ke salon biar terlihat lebih cantik," ucap Susan
"Pergilah..," ucap bu Hilda
Susan pergi ke kamarnya dan membaringkan tubuhnya di tempat tidur, kemudian memeluk erat photonya bersama Bagas yang terletak di meja samping tempat tidur,
''Bagas.., aku sangat bahagia. Aku cinta kamu Bagas," ucap Susan
Susan memeluk dan kemudian mencium photo Bagas.
***
Sementara itu Bagas baru saja sampai di rumah Sinta, dan kemudian menekan bell rumah Sinta. Bu Sari yang membukakan pintu untuknya,
"Bagas..," ucap bu Sari yang melihat Bagas berdiri di depan pinta
"Selamat sore tante, Sinta nya ada?" sapa dan tanya Bagas
"Ayo masuk dulu, Sinta ada di kamarnya. Biar tante panggilkan dulu," ucap bu Sari
"I-ia tante," ucap Bagas
"Duduklah tante akan memanggil Sinta dulu," ucap bi Sari
"Ia tante," ucap Bagas yang menunggu di rang tamu.
Bu Sari mengetuk pintu kamar Sinta dan tak lama Sinta keluar,
"Bagas ada di depan," ucap bu Sari
"Bilangin aja Sinta gak mau ketemu dia," ucap Sinta
"Jangan bicara seperti itu, ayo temui dia dulu," ucap bu Sari
"Tapi Sinta masih kesal mah..," ucap Sinta
"Mamah tidak pernah mengajarkan kamu untuk seperti ini, cepat temui dia," ucap bu Sari
"Ih mamah..," ucap Sinta
"Sinta.., cepat temui dia," ucap bu Sari
"Ia deh ia, tapi Sinta ganti baju dulu," ucap Sinta
"Ya sudah mamah akan menemani Bagas dulu," ucap bu Sari
Sinta kembali masuk kedalam kamarnya dan bu Sari kembali ke ruang tamu untuk menemani Bagas,
"Bagas.., mau minum apa? Biar tante buatkan," ucap bu Sari
"Eh tidak usah repot-tepot tante, Bagas kesini cuman mau temuin Sinta aja," ucap Bagas
"Jangan seperti itu, tante buatkan minum dulu ya," ucap bu Sari
"I-ia deh terserah tante saja," ucap Bagas
Bu Sari pergi ke dapur untuk membuatkan minum untuk Bagas dan setelah selesai langsung menyuguhkannya,
"Minumlah," ucap bu Sari
"Ia tante, terimakasih banyak tante," ucap Bagas
Bagas meminum secangkir teh s**u yang di suguhkan bu Sari,
"Sinta.., masih lama ya tante?" tanya Bagas
"Sepertinya Sinta sedikit marah," ucap bu Sari
"Bagas tahu tante, itu sebabnya Bagas datang kesini," ucap Bagas
"Tante dengar.., tadi saat kalian berkencan. Susan datang," ucap bu Sari
"Ia tante," ucap Bagas
"Ingat Bagas.., jangan kecewakan putri tante. Kamu pasti tahu Sinta sudah banyak menderita," ucap bu Sari
"Ia tante.., Bagas janji, Bagas tidak akan mengecewakannya," ucap Bagas
"Baguslah," ucap bu Sari yang tersenyum pada Bagas
"Kalian sedang membicarakan apa?" tanya Siska yang menghampiri mereka
"Tidak ada, kalian bicaralah. Mamah mau ke kamar dulu," ucap bu Sari
"Ia mah," ucap Sinta
Sinta duduk berjauhan dari Bagas, dan kemudian Bagas menghampirinya dan duduk di sampingnya,
"Ngapain sih," ucap Sinta yang memasang wajah ketus
"Jangan marah ya..," rayu Bagas
"Enggak kok, lagian siapa yang marah," ucap Sinta
"Itu wajahnya ketus banget..," rayu Bagas
"Kamu mau ngapain sih kesini?" tanya Sinta yang jual mahal
"Aku mau minta maaf karena kencan kita hari ini berantakan," ucap Bagas
''Terus!?'' tanya Sinta
"Aku tahu kamu marah karena aku memberikan barang-barang itu, ini aku kasih kamu kartu debit pribadiku. Kamu bebas menggunakannya sesuka hati kamu," ucap Bagas yang memberikan sebuah kartu debit miliknya
Seketika wajah Sinta berubah tersenyum bahagian dan memeluk Bagas,
"Terimakasih sayang, kamu sangat pengertian," ucap Sinta yang memeluk Bagas
"Gitu dong, jangan marah lagi," ucap Bagas
"Aku hanya merasa kesal saja.., kenapa hanya Susan yang memiliki segalanya..," ucap Sinta
"Kata siapa? Aku ini milik kamu sayang," ucap Bagas yang mencoba mencium bibir Sinta, tapi Sinta menghindarinya
"Aku malu," ucap Sinta
"Bagaimana.., kalau kita ke tempat biasa..," bisik Bagas yang merayu Sinta
"Ih kamu genit," ucap Sinta
"Ayolah.., aku ingin melakukannya," bisik Bagas yang membelai lembut paha Sinta yang duduk di sampingnya
"Mmm.., Bagas.., jangan begini," ucap Sinta
"Aku tahu kamu juga ingin melakukannya," ucap Bagas
Sinta tidak menjawab dan hanya tersenyum,
"Aku sudah tidak tahan," ucap Bagas
"Ayo ikut aku," ajak Sinta
Sinta membawa Bagas masuk kedalam kamarnya, dan mengunci pintu dari dalam. Kemudian Sinta membuka pakaian Bagas dan Bagas mencumbu leher Sinta dengan begitu buasnya,
"Mmm..," Sinta begitu menikmati ketika Bagas mencium bibirnya
Bagas mendorong Sinta ke tempat tidur dan melepas satu persatu pakaian yang Sinta kenakan,
"Aku cinta kamu sayang," ucap Bagas yang memulai aksinya
"Aku juga, aku cinta kamu Bagas," ucap Sinta yang merangkul leher Bagas
Mereka berdua kembali melakukannya, dan desahan demi desahan mereka terdengar hingga kamar bu Sari,
"Anak itu benar-benar anakku," ucap bu Sari yang tersenyum dengan kelakuan putrinya
"Hilda.. Hilda.., suamimu sebentar lagi akan menjadi milikku seutuhnya harta dan kekayaan yang kau sombongkan itu. Sebentar lagi akan menjadi milikku.., dan putrimu yang manja itu akan ku buat menderita," ucap bu Sari yang begitu licik
"Aku tidak akan pernah melupakan perlakuanmu di hari itu, kau bahkan membuatku dan putriku di usir dari keluarga mas Bram. Kali ini kamu harus membayarnya berkali-kali lipat, aku berjanji akan segera menyingkirikan kalian berdua dan menguasai semua kekayaan kalian," ucap bu Sari yang mengingat perlakuan kasar keluarga pak Bram yang tega mengusirnya yang tengah hamil besar
***
Duapuluh tahun yang lalu, hubungan pak Bram dan bu Sari yang tak kunjung mendapatkan restu dari keluarga. Walaupun pak Bram membawa bu Sari yang tengah hamil besar demi mendapatkan restu, tapi kehadiran bu Sari di tolak mentah-mentah oleh keluarga besar pak Bram.
"Bawa w************n itu keluar dari rumahku!!" teriak pak Shaka (ayah kandung pak Bram)
"Ayah, Sari sedang mengandung anak saya. Bagaimana aya bisa tega mengusirnya," ucap pak Bram
"Diam!! Dasar anak tidak berguna!! Cepat singkirkan w************n itu!!" bentak pak Shaka
Beberapa anak buah pak Shaka membawa paksa bu Sari,
"Ayah.., saya mohon ayah.., jangan sakiti Sari," ucap pak Bram yang memohon