Take It Back - Part 4 Meet

1351 Words
Happy reading ⏳ Setelah menyelesaikan acara memasaknya, Anne memanggil Karen dengan berteriak. Karen turun dengan penampilan yang sedikit lebih fresh dan langsung duduk di meja makan. Anne memakan makanannya tapi tidak dengan Karen, dia hanya mengaduk-aduk isi piringnya. Melihat suasana yang hanya terdengar suara sendok yang berbentur dengan piring, Anne pun membuka suaranya. Anne menceritakan kalau ia di panggil untuk interview di tempat kerja Karen, berharap mendapatkan jawaban yang antusias dari Karen, Anne hanya mendapatkan kalimat "Ooo" dari bibir Karen, biasanya kalau mendengar kabar yang menyenangkan seperti ini Karen akan se-excited seperti Anne tapi untuk saat ini mood Karen sedang buruk jadi tidak usah di ganggu dulu. Sedang asik menikmati makanannya, Anne di kejutkan oleh suara bantingan sendok dan pelakunya adalah Karen. Karen mendorong kursinya dan berdiri lalu langsung pergi ke kamarnya meninggalkan Anne dengan ekspresi bingung yang sangat jelas di wajahnya. "Dia kenapa lagi." *** Saat ini Anne berdiri di depan kamar Karen, ia ragu.. apa harus mengetuk pintu kamar Karen atau langsung masuk? Tapi kalau langsung masuk tidak mungkin karena Karen mengunci kamarnya dari dalam, tidak biasanya Karen seperti ini. Sedang sibuk dengan pikirannya, Anne mendengar suara tangisan dari dalam kamar Karen. "Apa dia menangis lagi? Ren-" Anne menggantung kalimatnya. "Biarkan saja, Karen butuh waktu untuk sendiri sekarang," Anne beranjak dan pergi ke kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Karen. ^^^ "Anne bangun!! Kau bisa terlambat nanti. Hey!! Ayo bangun," Karen menggedor-gedor pintu kamar Anne. Terdengar kunci yang di putar dan bunyi ceklek, pintu pun terbuka dan muncul-lah Anne dengan mata yang setengah terbuka. "Anne kau lama sekali bangunnya! Bisa-bisa nanti kau-" "Berisik!!" potong Anne dan masuk kembali untuk melanjutkan tidurnya yang di ganggu Karen. Karen masuk dan betapa terkejutnya ia ketika melihat kamar Anne yang sangat berantakan, bantal yang jatuh ke lantai dan Anne dengan nyamannya tidur dengan kondisi kamar seperti ini. "Anne kamarmu ini sangat berantakan dan kau tetap bisa tidur?" Karen kembali mengomeli Anne lagi karena ia kembali tidur dengan posisi tengkurap dengan bantal yang menutupi telinganya. "Ayo bangun!!" Karen menarik tangan kiri Anne dan itu berhasil membuat Anne bangun dan duduk di kasurnya dengan mata yang masih terpejam. "Kau ini, pagi-pagi sudah berisik, mengganggu tau!! Aku ini masih mengantuk!! Aku mencemaskanmu karena kau menangis semalaman!! Kalau tau begini aku langsung saja tidur tidak perlu memikirkanmu yang menangis sampai tengah malam," gerutu Anne "Maaf," Karen duduk di tepi kasur Anne dan menatap Anne yang masih mengatur napasnya karena marah. "Kau itu aneh!! Apa hanya karena seorang laki-laki seperti dia kau sampai seperti ini? Menangis sampai tengah malam dan bahkan tidak mau memakan masakanku?" "Bukan begitu Anne, aku-" "Stop! Aku tidak mau mendengar ceritamu tentang dia! Sekarang jam berapa?" "Jam 08.30," "Kau tidak pergi kerja?" tanya Anne yang sudah merasa aneh kenapa anak ini masih dirumah dan masih memakai baju tidurnya yang bermotif teddy bear. "Aku perginya nanti, kita pergi sama-sama ya," "Kenapa? Kau ingin menghindarinya?" Belum sempat Karen menjawab, Anne memotongnya kembali. "Kau menghindarinya juga percuma, secara kalian satu kantor dan bertemu setiap hari. Dewasa-lah dalam bersikap Karen, untuk apa kau lakukan semua ini tapi akhirnya kau akan kembali padanya," "Apa maksudmu dengan kembali padanya?" "Aku mandi dulu," Anne bangkit dan pergi ke kamar mandi tanpa menjawab pertanyaan Karen. Karen yang masih bingung apa maksud dari perkataan Anne hanya bisa menghela napas lelah dan beranjak dari kamar Anne, ia harus siap-siap juga untuk ke kantor kalau tidak pekerjaannya akan menumpuk dan itu akan membuatnya susah nanti. *** "Aku pakai ini atau ini," sekarang mereka sedang di kamar Anne tepatnya di meja rias kamar itu. Karen sudah selesai siap-siap sedangkan Anne masih bingung untuk memakai anting yang cocok untuk menunjang penampilannya. "Tidak keduanya," "What ?" "Pakai yang ini saja," tunjuk Karen pada anting kecil yang ada di depannya. "Kenapa yang ini? Apa yang ditanganku ini tidak cocok untuk penampilanku sekarang?" "Iya, itu tidak cocok untukmu, pakai yang kecil saja," "Mmm... baiklah," Karen tidak memberitahu Anne apa yang ia katakan pada atasannya, itu bisa saja membuat Anne marah nanti dan dia kena sembur oleh kata-kata mutiara dari mulut Anne. "Sudah.. ayo," "Ayo." *** Tak lama mereka pun sampai "Ayo, turun Anne." Karen menatap Anne yang diam tidak bergerak dan menatap lurus ke depan. "Kau... baik-baik saja?" "Karen!! Aku gugup," "Ish.. kau ini biasa saja! Tidak usah berteriak seperti itu!" Karen mengelus dadanya karena kaget dengan teriakkan Anne. "Ayo!" ajak Karen, Anne pun turun dari mobil. "Karen.." Karen menoleh "Apa lagi, sudah ayo aku temani kau ke ruangan atasan ku," Anne mengangguk dan mengikuti Karen dari belakang, Karen yang melihat itu langsung menegur Anne agar jalan di sampingnya. Anne melihat kesana kemari Apa seperti ini suasana kantor? Sepertinya menyenangkan "Kita sudah sampai," Anne yang mendengar itu cukup kaget. Bukankah aku masih di lantai satu tadi? lalu kenapa sudah ada di sini? "Ayo masuk," Karen mengetuk pintu dan menarik tangan Anne. "Permisi, Pak. Ini ada yang ingin interview." Jovin mengangkat kepalanya dan melirik wanita yang ada di belakang Karen yang sedang menunduk dan memilin-milin jari tangannya. "Mmm... terimakasih," jawab Jovin yang di akhiri dengan senyuman. Karen berbalik menghadap Anne dan berbisik "Semoga berhasil, semangat." Anne hanya mengangguk sembari tersenyum. Karen pun keluar dan meninggalkan Anne yang semakin gugup karena ini yang pertama kalinya ia mencoba mencari pekerjaan dan di interview. Kenapa aku segugup ini, tenanglah Anne "Kau.. Anne Christabella Austin?" "Ya, Pak." Anne mengangkat kepalanya dan menatap Jovin dengan kagum. Wah, dia tampan sekali, matanya. hidungnya. bibirnya. Sempurna sekali manusia di depanku ini "Kau baik-baik saja?" Jovin melihat Anne dengan aneh karena wanita itu menatapnya tak berkedip. "Hey!" Jovin menggerakkan tangannya ke depan wajah Anne. Anne yang kaget menggeleng-gelengkan kepalanya dan menatap seseorang yang iya kagumi selama beberapa menit itu. "K-ke-kenapa Anda ada di depanku, Pak?" tanya Anne dengan gugup. "Seharusnya aku yang bertanya, kau baik-baik saja? Sedari tadi kau terus menatapku. Aku tau, aku ini tampan dan sempurna, jadi berhenti menatapku seperti itu!" Anne yang mendengar itu melihat jijik pria di depannya itu. Percaya diri sekali "Kau pernah bekerja sebelumnya?" tanya Jovin yang duduk di mejanya dan menatap Anne. "Tidak, Pak" Jovin hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kau bisa bekerja sekarang?" "S-se-sekarang?" "Ya, dan di sana meja kerjamu," tunjuk Jovin dengan dagunya ke arah meja kerja Anne. Anne menoleh kebelakang dan melihat meja kerjanya. What!! Satu ruangan dengan atasan? "Pak, apa Anda yakin itu meja kerja Saya?" tanya Anne dengan sedikit ragu. Jovin megangguk dan menjelaskan kalau ruangannya di gabung dengan Anne. Anne hanya ber-'O' ria mendengar cerita Jovin. "Apa kau bisa bekerja sekarang? Kalau tidak-" "Bisa, Pak." jawab Anne cepat dan berjalan menuju ke mejanya. Jovin menelpon Rudi agar mengajari Anne. Apa saja yang harus di kerjakan wanita itu. Tak lama Rudi datang, ia masuk ke dalam ruangan itu dan melihat pemandangan yang sangat langka dimana Jovin tersenyum menatap Anne yang kebingungan karena tidak tau, mau mengerjakan apa. Rudi berdehem dan itu berhasil membuat Jovin dan Anne menoleh serempak padanya. "Apa aku mengganggu?" Jovin yang melihat Rudi hanya memutar matanya bosan. "Ajari dia," kata Jovin yang kembali duduk di kursinya. "Hai," sapa Rudi pada Anne "Kau..." Anne merasa pernah melihat Rudi tapi dimana ya? "Kenapa? Aku tampan? Semua orang bilang begitu." Anne mendengar kata-kata itu lagi. Kenapa di sini banyak sekali orang yang narsis "Aku akan menjelaskan pekerjaanmu agar atasanmu itu senang, oke?" Rudi menekan kata atasan ketika menjelaskan pada Anne. Setelah menjelaskan bagaimana cara pekerjaan Anne, Rudi pun beranjak menuju ke meja Jovin. "Sekretarismu lumayan juga," "Pergilah! Aku sibuk," Jovin tak menanggapi perkataan Rudi. "Aku tau kau sibuk! Setidaknya dengarkan perkataanku ini, dia yang akan membuatmu-" Rudi menggantung kalimatnya ketika melihat Jovin yang sudah menatapnya dengan jengkel. "Keluar dari ruanganku!" kata Jovin dengan geram. "Tapi.." "SEKARANG!!" teriak Jovin dan membuat Anne terkejut dan melirik mereka berdua. "Iya iya aku keluar, itu saja marah." Rudi pun keluar dari ruangan itu dan Jovin tak sengaja melihat Anne yang sedang menatap nya lagi. "Fokuslah pada pekerjaanmu." tegas Jovin. "Baik, Pak." Biasa saja tidak usah melihatku seperti itu, dasar pemarah! "Hallo," Anne melihat Jovin yang sedang menelpon dan tidak sadar menatapnya kembali. Benar-benar tampan.. ah tidak.. sadar Anne... sadar! "Kau! Ikut aku sekarang." "Apa?" Fri, 11 June 2021 Follow ig : vivi.lian23
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD