Take It Back - Part 2 The Next Plan

1383 Words
Happy reading ⏳ Betapa senangnya Maria dan Nancy sekarang karena sudah mendapatkan apa yang mereka inginkan, yang pertama membunuh nyonya Austin agar Maria dapat bersanding dengan Andrew, yang kedua berhasil membuat Anne keluar dari mansionnya sendiri karena Ayahnya tidak mempercayainya, dan yang ketiga mereka ingin semua harta keluarga Austin. Agar impian itu tercapai mereka harus membunuh sang kepala keluarga jika ingin mendapatkan semua harta itu "Apa rencana selanjutnya ibu?" tanya Nancy kepada Maria yang saat ini sedang bersantai di tepi kolam berenang. Setelah kejadian pengusiran Anne dari mansionnya sendiri, mereka sepakat tidak akan membahas itu lagi walaupun Andrew masih mengkhawatirkan anaknya yang keberadaannya entah dimana sekarang. Andrew menyuruh Nancy untuk menelpon Anne tapi bukannya menelpon Anne ke nomor aslinya Nancy malah pura pura menelpon, dan berkata kepada Andrew kalau nomor Anne sudah tidak aktif. Andrew tidak langsung percaya akan kata Nancy dia pun berinisiatif menelpon anaknya sendiri tapi di tahan oleh Maria, tanpa pikir panjang Andrew pun tidak jadi menelpon Anne padahal dia sangat khawatir bagaimana keadaan wanita itu sekarang, apa dia sudah makan? apa dia dapat tidur dengan baik? Namun Maria dengan tipu daya nya bilang kepada Andrew kalau Anne akan baik-baik saja. "Bunuh ayahmu," kata Maria sambil berbaring, dia memakai kimono bewarna biru muda dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung cantiknya. "Apa?" Nancy terkejut mendengar jawaban Ibunya karena Maria dengan santainya mengatakan itu. Maria bangkit dari posisi berbaringnya dan melepaskan kacamata hitamnya dan menghampiri Nancy yang duduk di tepi kolam berenang dengan kaki menggantung di dalamnya. "Kenapa kaget begitu, santai saja Nancy," ujarnya duduk disamping Nancy. "Ibu, bagaimana kau dengan santainya mengatakan itu? Kalau ada yang mendengarnya, kau dan aku tidak akan selamat," bisik Nancy dan melirik kiri dan kanan, siapa tau ada yang mendengar percakapan mereka. "Tenanglah. Ayo, kita harus siap-siap bukankah kau harus bertemu dengan orang tua calon tunanganmu?" "Oh iya, aku sampai melupakannya," ucap Nancy sambil menepuk jidatnya, seketika dia melupakan apa yang dikatakan ibunya saking senangnya. Nancy berencana akan bertunangan dengan anak teman Ayahnya, alasannya karena persahabatan keduanya dan mereka ingin anak-anak juga dekat seperti mereka dan jalan ini lah yang mereka tempuh dengan cara menjodohkan anak mereka. Sebenarnya yang ingin di jodohkan bukanlah Nancy tapi Anne, karena hasutan Maria kepada Nancy agar ia saja yang bertunangan karena itu akan menguntungkan mereka, bagaimana tidak menguntungkan? secara ia akan di jodohkan dengan anak pengusaha sukses di kota Manhattan ini. Anne tidak mengetahui kalau ia akan di jodohkan, karena ayahnya ingin memberikan kejutan padanya harap-harap ia senang, tapi sebelum mengatakannya terlebih dahulu kepada Anne, Andrew malah berubah pikiran setelah mendengarkan nasehat istrinya. Awalnya Nancy menolak tawaran Maria, agar ia saja yang di jodohkan bukannya Anne. Karena ia tidak tau bagaimana rupa si calon tunangan, tapi setelah di perlihatkan fotonya oleh Maria, Nancy pun langsung meng-iyakan tawaran itu, tapi ia takut bagaimana kalau Ayahnya tidak setuju dan menolak itu? Namun itu hal yang sangat mudah Ibunya, buktinya setelah berbicara empat mata dengan Andrew, ia langsung mendapatkan anggukan dan kata setuju dari mulut pria paruh baya itu. Nancy bertanya-tanya dalam pikirannya, bagaimana Ibunya bisa membujuk Ayah tirinya secepat itu?secara pria itu kan orang nya sangat tegas. Kalau ia berkata iya pasti tidak akan bisa di bantah tapi ketika Ibu mengatakan biar dirinya saja yang di jodohkan bukannya Anne, respon Ayahnya sangat mengejutkan membuat dirinya takjub dan bangga memiliki Ibu seperti Maria. Sebenarnya sangat susah membujuk Andrew agar mau mengikuti kemauan Maria, dengan segala cara Maria membujuk pria itu dan ia tetap tidak setuju, maka terpaksa lah dia harus menjelek-jelekkan anak tirinya Anne di depan Ayahnya sendiri dengan berkata. ''Kalau Anne yang di jodohkan pasti dia tidak akan setuju, Anne itu keras kepala, bagaimana kalau dia berpura pura ingin bertunangan dengan anak sahabatmu dan ketika sudah tiba di harinya dia malah ingin membatalkan pertunangan itu didepan semua tamu undangan, apa yang akan kau katakan? kita akan malu Andrew. Terima saja usulanku biar Nancy saja yang di jodohkan kau setujukan?" Maria harap-harap cemas, apa yang akan di jawab oleh Andrew? ''Aku setuju dengan usulan mu lebih baik Nancy saja yang di jodohkan dia kan tidak muluk-muluk apapun yang kau dan aku katakan pasti dia setuju tapi jangan bilang ini ke Anne dulu ya, biarkan dia tau sendiri. Mengerti?" mendengar jawaban Andrew yang setuju akan usulannya membuat Maria sangat senang dan mengangguk setuju dengan perkataan terakhir Andrew untuk tidak memberitahu Anne tentang ini semua. Mendengar perkataan ibunya yang dengan mudahnya membujuk Andrew yang notabenenya keras pada anak itu membuat Nancy sangat kagum. Ibunya begitu pintar dalam menghasut orang, Nancy ingin seperti ibunya apapun yang diinginkan harus dicapai walaupun itu tidak mudah dan harus melewati cara seperti membunuh orang, membuat anak dan ayah bertengkar dan merebut yang bukan milikknya, itu semua ia dapatkan berkat kerja sama dirinya dan Maria. aku harus seperti ibu. Tekad Nancy dan dia pun mengubah penampilannya persis seperti Maria dari pakaian, tatanan rambut sampai riasan di wajahnya. Maria sempat heran kenapa Nancy berpenampilan tidak sesuai dengan umurnya, setelah mendengar penjelasan anaknya Maria pun paham dia bahkan tidak melarang Nancy berpenampilan dewasa seperti dirinya, ayahnya juga mendukung walau agak jengah melihat penampilan Nancy yang baru 20-an tapi sudah terlihat seperti 40-an. "Nancy kau sudah selesai sia-siap nya? kita bisa terlambat nanti!!" teriak Maria didepan pintu kamar Nancy. Tak lama pintu kamar terbuka dan keluarlah Nancy dengan pakaian bewarna merah menyala dengan lengan sedang dan di padukan dengan high heels dengan warna gold yang tidak terlalu tinggi. "Aku sudah siap Ibu," ucapnya dengan tersenyum.  "Kau cantik sekali sayang," Maria mengelus dagu Nancy, "ayo," Maria menarik tangan Nancy. Mereka pun pergi ke tempat tujuan dengan senyuman yang tak henti terukir di wajah masing-masing. *** "Kau akan terus disini?" ujar Karen kepada Anne yang sibuk memakan kripik sambil menonton televisi.  Anne tinggal di apartemennya Karen. Karen ini teman satu-satunya yang Anne milikki. Mereka pertama kali bertemu di kampus, di saat Anne harus satu kelompok dengan Karen. Awalnya Anne kira Karen itu wanita yang pendiam tapi dugaan-nya salah, ternyata wanita itu berisik dan sedikit cerewet. Setelah mendangar cerita singkat tentang apa yang terjadi kepada Anne, Karen cukup terkejut karena sepengetahuan-nya Ayahnya Anne tidak pernah main tangan walaupun Anne membuat masalah. Tapi sepertinya itu tidak berlaku untuk sekarang, buktinya Ayahnya malah mengusir Anne hanya demi istri yang baik di depannya saja. Karen sudah tau prilaku Maria dan Nancy, ia pernah berkunjung sekali ke mansion Anne tapi mereka berdua malah menuduh Karen mencuri, alhasil Karen pun di usir dan Anne tidak bisa apa-apa karena ia tidak punya bukti untuk membela Karen. "Kau tidak ingin aku disini? Aku sahabatmu, aku sedang kesusahan sekarang. Kau tau aku sudah diusir dan kau mau aku juga pergi dari sini? Kejam sekali," sembur Anne tapi tetap lanjut memakan kripik dan menyaksikan kembali siaran favoritnya. "Aku tidak bilang ingin mengusirmu, aku cuma tanya kau akan tetap disini terus, seperti sekarang lihatlah penampilanmu, baju yang tidak di ganti dari kemaren, rambut yang tidak di sisir dan sekarang kau membuat bau ruangan ini," ucap Karen sambil memegang hidungnya. Sekarang mereka sedang duduk di ruang tengah apartemen Karen. Anne duduk dibawah sedangkan Karen di sofa. "Kau berlebihan sekali, Ren. Nanti aku bersihkan tenang saja," Anne mengotori karpet yang ia duduki dengan remahan makanannya dan itu membuat Karen terus mengomel. "Anne, kau ingin bekerja?" Anne Langsung menoleh dan menatap Karen lama tapi tetap dengan mengunyah makanannya. "Kerja apa?" masih menatap Karen "Sebagai sekretaris pribadi presdir di tempat ku bekerja, jik.. "Iya iya aku mau, kapan aku akan interview" jawab Anne dengan nada senangnya dan langsung naik ke sofa dan duduk disamping Karen, Karen yang melihat itu langsung menggeser posisi duduknya dan itu dilihat oleh Anne. "Aku memang belum mandi tapi kan aku tidak bau," jawab Anne dengan cemberut. "Kau buat dulu surat lamarannya baru di interview, bagaimana bisa kau langsung di interview kalau biodata diri dan keahlianmu tidak ada?" "Baiklah, ya sudah aku mandi dulu," Anne bangkit dan memberikan sisa keripiknya kepada Karen. Sepeninggal Anne, Karen tidak henti-hentinya mengumpat karena wanita itu tidak menempati janjinya untuk membersihkan remahan makanannya tadi. "Lagi... aku lagi yang membersihkan, setiap dia kesini pasti apartemen ku hancur seketika, huh!" Karen menarik nafas lelah melihat tingkah sahabatnya itu. "Dasar orang kaya tidak bisa mandiri," gumam Karen dan pergi ke ruang penyimpanan untuk mengambil penyedot debu untuk membersihkan karpet mahal yang telah di kotori oleh Anne. Wed, 09 June Follow ig : vivi.lian23
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD