Lamaran Pekerjaan

1062 Words
Biru langit di pagi hari, membuat para pekerja di seluruh kota Cirebon begitu bersemangat untuk memulai aktivitas nya masing-masing. Salah satunya adalah, Keyla Rosalind. Seorang gadis yang cantik berusia 30 tahun dengan berambut panjang dan pastinya berkulit putih, hendak melamar pekerjaan ke beberapa perusahaan ternama. Ada tiga surat lamaran pekerjaan yang sudah disiapkan oleh Keyla, dan salah satunya adalah surat lamaran pekerjaan untuk melamar di perusahaan furniture milik Pak Hendra. Dengan percaya diri dan penuh keyakinan, Keyla berangkat dengan menggunakan sepeda motor matic berwarna merah. Rasa semangat di dalam diri Keyla sangatlah membara, oleh karena itu, anak dari penjual makanan Docang ini, selalu tampil ceria dan tanpa mengenal putus asa. Apa yang belum dicobanya, Keyla pasti bersikukuh untuk mencobanya walau itu gagal sekali pun. Apalagi saat itu, ayahnya yang bernama Pak Burhan, sedang sakit parah dan dirawat di rumah sakit. Keyla butuh biaya pengobatan yang cukup besar untuk ayahnya, agar ayahnya segera sembuh kembali. Dari tiga lamaran yang ia bawa, ternyata dua lamaran pekerjaan itu telah ditolaknya. Dengan alasan masih belum menerima karyawan baru. Karena masih satu lamaran lagi, dengan penuh harapan dan tanpa putus asa, Keyla langsung menuju ke sebuah perusahaan yang sudah tidak asing lagi di sekitar area kota Cirebon. yaitu perusahaan furniture milik Pak Hendra. Sementara, di perusahaan furniture milik Pak Hendra itu, sedang benar- benar sepi peminatnya. Sehingga para pekerjanya pun merasa was-was karena sewaktu-waktu takut di berhenti kan dari pekerjaannya. "Pak, ini hasil rekap pendapatan kemarin, mohon diperiksa," kata Shanty, seorang karyawannya yang menjabat sebagai bendahara di perusahaan itu. "Loh, ini pendapatannya segini lagi?" kata Pak Hendra begitu tercengang ketika melihat hasil jumlah pendapatan kemarin yang lebih parah dari hari-hari sebelumnya. "Iya Pak, sekarang sangat minim sekali, mungkin karena adanya persaingan di perusahaan lain. Jadi penjualan furniture kita merosot," kata Shanty pelan. "Gitu ya? Ya sudah terima kasih. Aku harus mencari cara agar perusahaan kita tetap berjalan. Karena kalau begini terus, perusahaan kita pasti akan bangkrut," kata Pak Hendra yang sedikit kecewa dengan hasil pendapatannya yang sekarang ini. "Baik Pak kalau begitu saya pamit dulu," ucap Shanty. Ia pun langsung keluar dari ruangan pak Hendra. "Silahkan!" Pak Hendra begitu terlihat stres dan pusing memikirkan perusahaan nya yang sudah hampir satu Minggu berturut-turut omzetnya menurun secara drastis. "Kenapa perasaan ku seperti ada yang mengganjal ya? Apa mesti aku cek ulang dari awal?" kata Pak Hendra seolah tidak percaya dengan hasil pendapatan nya saat ini. *** Tidak lama kemudian, Keyla datang ke bagian HRD di perusahaan furniture milik Pak Hendra. Ia memberikan lamaran itu dengan penuh harapan agar diterima di perusahaan itu. Meskipun harus menjadi tukang bersih-bersih sekali pun, ia tetap mau asalkan ia harus bekerja dan mendapatkan uang untuk biaya pengobatan ayahnya. Pihak dari HRD pun tidak bisa menerima Keyla begitu saja, apalagi saat ini perusahaan sedang diambang pintu kebangkrutan, mereka pun tidak berani ambil resiko. "Jadi ... saya tidak diterima di perusahaan ini ya?" Keyla begitu tampak kecewa. Namun ia harus berusaha tegar agar tidak terlihat kecewa dan sedih. "Sekali lagi, saya minta maaf Mba, memang saat ini di perusahaan kami sedang tidak membutuhkan karyawan baru. Jadi kami harap Mba mengerti. Kalaupun ada lowongan kerja di perusahaan ini, kami pasti akan mengumumkan nya lewat website perusahaan," ujar salah satu karyawan itu. "Gitu ya, tapi ... untuk menjadi tukang bersih-bersih bisa tidak? Aku benar-benar membutuhkan pekerjaan saat ini, apalagi—" Sejenak Keyla berhenti karena tidak bisa menahan air matanya yang tiba-tiba saja terjatuh membasahi kedua pipinya. Andaikan ia bisa menangis dan berteriak dengan kencang, ia pasti akan melakukan nya. agar rasa beban nya tidak terlalu berat. Namun bukan berarti ia gadis yang cengeng, tapi memang keadaan nya saat itu yang tiba-tiba saja menjadi rapuh. Mengingat ayahnya yang masih berbaring di rumah sakit, dan biaya yang harus segera ia bayar tidak lah sedikit. Ma-maaf, saya menangis di sini," kata Keyla sembari tersenyum terpaksa. "Tidak apa-apa Mba, kami mengerti, tapi mohon maaf, untuk tukang bersih-bersih pun juga sudah tidak ada, kami belum membutuhkannya lagi, sekali lagi saya minta maaf Mba." "Ya sudah tidak apa-apa, kalau begitu saya permisi dulu." "Baik, silahkan." Keyla pun beranjak pergi dari tempat itu, namun siapa yang tidak menyangka ternyata Keyla diperhatikan oleh Pak Hendra dan Pak Toni sedari tadi. Pak Toni adalah asisten sekaligus sopir pribadinya Pak Hendra. Ia sangat dipercaya oleh Pak Hendra sehingga selama 12 tahun ia masih mengabdi untuk bekerja bersama Pak Hendra. "Ton, apa kamu dengar tadi, kalau gadis itu mau jadi tukang bersih-bersih?" "Iya Pak, kasihan sekali gadis itu, pasti sedang butuh-butuhnya nyari kerjaan, Sampai menangis begitu." "Ya sudah ayo cepat susul dia, aku mau ke HRD dulu, nanti suruh dia menghampiri aku di sana," kata Pak Hendra sembari beranjak melangkah menuju ke ruang HRD. Baik Pak!" Pak Hendra merasa iba terhadap gadis itu, tanpa basa-basi lagi, Pak Hendra menyuruh Pak Toni untuk segera menghampiri Keyla yang tengah menangis. Sementara Pak Hendra langsung masuk ke ruang HRD. "Mba!" teriak Pak Toni sembari berjalan terburu-buru. Keyla pun melirik langsung ke arah Pak Toni, sembari menyeka air matanya, gadis itu langsung berkata, "Anda memanggil saya, Pak." "Iya Mba! Saya diperintahkan oleh Bos saya untuk memanggil Mba dan menyuruhnya kembali ke ruang HRD." "Benarkah kah?" Mata Keyla kembali berbinar-binar meski air matanya masih membasahi kedua pipinya. "Iya, kalau begitu mari ikut saya ke sana lagi," ajak Pak Toni. "Baik pak, terima kasih!" Mereka berdua pun segera menghampiri Pak Hendra yang sedang berada di ruangan HRD. Tidak butuh waktu yang lama untuk ke ruangan itu, mereka berdua sudah sampai di depan ruangan HRD. Pak Toni langsung masuk ke dalam, sementara Keyla masih menunggu di luar ruangan. "Pak, Mba itu sudah kembali, sekarang ada di luar, apa mesti aku panggil ke dalam?" "Iya Ton, suruh dia masuk," kata Pak Hendra sembari mengecek-ngecek beberapa lembaran surat lamaran kerja milik orang yang pernah melamar ke perusahaan nya. Pak Toni pun langsung memanggil Keyla dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam ruangan. Dengan penuh harap, Keyla masuk ke dalam dan dengan sopan nya ia menyapa Pak Hendra dan beberapa karyawan lainnya. "Mana surat lamaran dia? Aku mau mengecek nya," kata Pak Hendra kepada salah satu karyawannya. "Oh, ini Pak," kata pihak HRD dengan gugup. Bukan hanya pihak HRD saja yang gugup, tetapi juga Keyla ikutan gugup karena suasananya sangat menegangkan. Bahkan raut mukanya pak Hendra begitu serius saat melihat surat lamarannya Keyla. Entah akan di terima atau tetap seperti keputusan tadi yang tidak diterima oleh pihak HRD. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD