★ Dera - 03 ☆

2048 Words
Sinar pagi menyingsing dengan indah, pancaran cahaya oranye keperakan nampak jelas dari ufuk timur. suasana pagi yang sejuk dengan angin yang bertiup sedikit kencang, langit kebiruan terlihat indah setelah semalaman langit gelap dengan awan mendung menghiasi bumi. pemandangan pagi ini sangat cocok untuk bersenang-senang di luar. sama seperti Delon dan ketiga sahabatnya yang akan melakukan Sunday Morning Ride alias Sunmori hari ini. Delon menjadi orang terakhir yang ditunggu kedatangannya sebelum melakukan Sunmori-an. Amino, Raksa dan Xenon sudah jalan lebih dulu karena Delon harus mampir ke rumahnya untuk mengganti motor Scoopy yang dia pakai dengan Kawasaki Ninja. Delon membelokkan motornya kearah pom bensin. tempat yang menjadi titik kumpul sebelum melakukan sunmori bersama teman-teman dari Lawrence--kakak Raksa. Lawrence memang memiliki circle pertemanan yang luas, hingga luar kota. Delon memakai hoodie hitam, senada dengan celana sobek yang dia gunakan. sedangkan untuk sneakers-nya berwarna putih. Delon membuka helm full face-nya saat sudah sampai di sana. dia turun dari motor untuk melakukan tos ala laki-laki, dia mengenal semua yang ikut sunmori kali ini. sudah beberapa kali Delon ikut sunmori dengan mereka hingga dia bisa akrab. "Woy, bang." sapa Delon pada Lawrence. Lawrence tersenyum. setelah melakukan tos dengan Delon, dia meneliti keadaan Delon dengan intens. "Baik 'kan?" "Baik, bang, hehe. abang gimana?" tanya Delon berbasa-basi. "Baik, De. sini," titah Lawrence agar Delon ikut duduk dengan teman-temannya yang lain. "Widih, bro." sapa Helium dengan tos ala laki-laki kepada Delon. Delon tersenyum, tidak lupa melakukan tos dengan yang lain. Setelah melakukan perundingan jalur yang akan mereka lewati untuk sunmori kali ini, mereka mulai melajukan motor masing-masing dengan kecepatan sedang. Delon berada di posisi ketiga paling akhir. di belakangnya ada Amino, Raksa dan Lawrence. sedangkan di depannya ada Xenon dan seniornya yang lain. "DE!" teriak Xenon dari Depan. "YO!" Delon menyahut dengan teriakan yang tak kalah kencangnya dari Xenon. Xenon terkikik geli menatap raut Delon dari spion depan. diantara mereka memang Delon yang paling kecil, dari segi umur maupun tinggi badan. entahlah, mungkin hanya perasaannya saja yang tidak baik-baik saja. sejak semalam, Xenon merasa tidak nyaman memikirkan Delon. entah apa yang membuatnya seperti ini, dia juga tidak mengerti. semoga saja bukan hal yang buruk. Xenon memelankan laju motornya agar bisa beriringan dengan Delon. Delon sendiri tampak menikmati udara yang masih sejuk ini, beberapa kali dia berteriak sebagai pelampiasan rasa bahagia yang dia rasakan saat ini. Beberapa kali Delon menghela nafas berat, perasaannya tiba-tiba tidak enak. padahal sekarang dia sedang bersenang-senang, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. "Bang Angger," ucap Delon tanpa sadar. *** Hujan yang turun tiba-tiba membuat mereka harus menepi sejenak, sudah 25 menit mereka menunggu hujan reda. namun, tanda-tanda hujan akan reda tidak ada. langit masih menghitam dengan gemuruh yang sesekali terdengar. Tak ingin lebih lama diposisi sekarang, mereka memutuskan untuk mencari makan terlebih dahulu. atas usulan Raksa mereka memutuskan untuk makan disalah satu warung soto yang cukup terkenal di Bogor. cuaca hujan seperti ini memang sangat nikmat makan yang berkuah, jarak mereka sekarang dari warung soto tersebut hanya sekitar lima menit. Kini mereka sudah duduk di bangku yang ada di warung soto. cukup ramai, mengingat mereka tiba disini saat jam makan siang. jumlah mereka kurang lebih 40 orang membuat seluruh bangku yang ada di warung ini terisi oleh mereka. sebelum mereka duduk sudah ada tiga perwakilan dari mereka yang mengajukan diri untuk memesankan soto untuk mereka semua. Tak lama soto mereka sudah datang, mereka langsung sibuk dengan soto masing-masing karena mereka semua sudah kelaparan. hanya Delon yang masih menatap soto-nya dengan pendangan malas. "Kenapa nggak dimakan?" tanya Lawrence yang baru kembali dari toilet. Delon cemberut menatap Lawrence. "Gue kan tadi bilang nggak pake toge, bang. malah dipakein, sebel banget." "Nggak usah dimakan kalo nggak suka," celetuk Xenon yang ada di sebelah Delon. "Tapi ini tuh udah nyampur semua, baunya nggak enak," rengek Delon tanpa sadar. "Pesen lagi," seru Amino. "Lama, gue udah laper." Lawrence terkekeh. Delon jika seperti ini akan susah jika dibujuk. detik berikutnya Lawrence menarik mangkok soto Delon buat mindahin toge yang ada disana ke mangkoknya sendiri. "Udah, makan." Lawrence kembali mendorong mangkok soto ke hadapan Delon. Delon tersenyum lebar. "Makasih, bang." "Bang, punya gue juga dong." goda Raksa pada Lawrence. "Ck, punya tangan 'kan?" desis Lawrence dengan memutar bola mata malas kearah Raksa. Raksa mencebik. "Bunuh abang sendiri dosa nggak?" Tidak ada yang menjawab ucapan Raksa. mereka kompak terkikik geli melihat interaksi kakak beradik tersebut. *** Langit beserta tetesan air hujan rupanya sedang bekerjasama. ketika mereka masih asik memakan soto masing-masing, hujan langsung reda dengan sendirinya. namun, ketika mereka akan kembali melanjutkan perjalanan, gerimis mulai turun kembali dengan langit yang kembali menghitam. benar-benar kerjasama yang baik. Mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan meskipun adanya gerimis yang menemani. baru saja mereka melajukan motor masing-masing, Delon kembali menepi setelah melihat sepasang Kakek dan Nenek yang duduk di bawah pohon. Delon memicing, benar dugaannya. kakek dan nenek tersebut duduk dengan menjajakan tisu kepada pengendara. Delon turun dari motor. Amino, Raksa dan Xenon ikut menepi dan turun dari motor masing-masing. begitu juga dengan Lawrence. namun, sebelum turun dari motor Lawrence lebih dulu menelpon Hellium selaku pemimpin barisan sunmori untuk putar balik. lebih tepatnya meminta mereka semua berhenti lebih dulu untuk menunggu Delon. "Kek, Nek. jual apa?" tanya Delon berbasa-basi, meskipun sudah tahu bahwa yang dijual sepasang Kakek dan Nenek tersebut adalah tisu. "Tisu, Le," jawab si nenek dengan ramah. sedangkan si Kakek duduk dengan kelopak mata yang terpejam di samping sang Nenek. Delon berjongkok di depan sepasang Kakek dan Nenek tersebut. Delon menghitung jumlah tisu yang ada di keranjang dalam hati. Masih tersisa sepuluh biji. "Saya beli semua, ya, Nek." Mata Nenek berbinar mendengar ucapan Delon, dengan cepat tangannya membungkus semua tisu yang ada di keranjang. "Uangnya kelebihan Le." ujar si Nenek setelah Delon memberikan lima lembar uang seratusan. "Nggak apa-apa Nek, buat Nenek sama Kakek." Mata sang Nenek berkaca-kaca mendengar ucapan Delon. "Terimakasih banyak, Le." Delon mengangguk dengan senyum mengembang. "Sehat-sehat ya, Kek, Nek." Delon bangkit. berjalan mendekat kearah motornya tadi, ketiga sahabatnya serta teman-temannya yang ikut sunmori menatap kearahnya. "Mending beli makanan, De. daripada tisu nggak bisa dimakan," kata Raksa setelah Delon tiba di depan mereka. "Emang nggak bisa dimakan, tapi buat 'mereka' bisa beli makanan dari ini." balas Delon dengan mengangkat kresek hitam yang terisi dengan tisu. Lawrence maupun Hellium tersenyum. keduanya memahami ucapan Delon dengan baik. "Nanti, kalo gue udah nggak ada. gue minta tolong sama kalian buat bantu orang susah kayak Kakek sama Nenek tadi." "Ngomong apa sih, De." Xenon melirik Delon sinis, dia tidak suka mendengar ucapan Delon. "Kek orang mau pergi jauh aja," seru Raksa. "Iya nih, kek ajalnya udah deket aja." ujar Amino memperjelas. "Ngomong apa sih kalian, siap-siap kita mau jalan." Lerai Lawrence. "Singgah di depan deh, hujannya makin deras." usul Hellium karena bulir-bulir gerimis kini berubah menjadi hujan yang lumayan deras. "Mampir rumah Om gue deh, deket tuh." ujar Kimi yang diangguki mereka semua. "BANG!" teriak Delon saat Lawrence selesai memakai helm. Lawrence yang mendengar teriakkan Delon kembali membuka helm. "Kenapa?" tanya Lawrence yang melihat gelagat aneh Delon. "Gue yang pimpin dong, bang." "Kali aja ini terakhir gue ikut sunmori." lanjut Delon yang membuat tangan Xenon refleks memukul helm yang digunakan Delon. "Pamali ngomong gitu," beritahu Urba. Delon hanya cengengesan. dia mulai menyalakan mesin motor kemudian melaju dengan kecepatan sedang di barisan paling depan. Semakin lama hujan turun semakin deras, jalan yang mereka lewati begitu licin. Delon yang ada di barisan paling depan merasa aneh dengan laju motornya yang tiba-tiba berkecepatan tinggi dengan tidak terkendali. mereka yang ada di belakang Delon juga merasa ada yang janggal. Lawrence menambah kecepatan agar bisa menghentikan kecepatan motor Delon. namun, sebelum itu terjadi. motor Delon sudah oleng karena dihantam dengan keras oleh truk yang datang dari arah berlawanan. BRUK!! Motor Delon berputar di tengah aspal, sedangkan Delon sudah terhempas hingga tubuhnya membentur truk yang sudah oleng tersebut. tidak hanya itu, sebelum tubuhnya terhempas. Delon lebih dulu terseret sejauh 200 meter oleh truk tersebut. Deru motor saling bersahutan begitu melihat kejadian beberapa detik lalu, pengendara dari motor sport saling menyalip untuk sampai di tempat kejadian. sedangkan Lawrence yang sudah tiba di sana lebih dulu merasa tercekat begitu melihat helm yang digunakan Delon sudah terlepas. darah merembes dengan deras dari Kepala Delon dengan tubuh yang terdapat luka dimana-mana. "DELON!" Amino, Raksa dan Xenon berteriak begitu sampai di sana. ketiganya berlari menghampiri Delon yang sudah tidak sadarkan diri. "De," Tangan Xenon menepuk pipi Delon dengan pelan. Kelopak mata Delon mengerjap pelan hingga terbuka sempurna. Delon menatap sendu kearah Xenon yang kini sedang memeluknya. "Xe." Xenon melepas pelukannya begitu mendengar lirih-an kecil Delon. "DE! SAHABAT GUE KUAT! DELON BANGUN!" Teriak Xenon histeris. Delon terkekeh ringan mendengarnya. "Gu-gue u-dah nggak kuat, Xe." "Lo nggak boleh ngomong gitu s****n!" cecar Amino. "Kita bakal bawa lo ke rumah sakit secepatnya. TELPON AMBULANCE, s****n!" Raksa berteriak kepada mereka yang hanya berdiam diri. Delon menggeleng. "Gu-gue pa-pamit," Delon terbatuk dengan darah segar yang keluar dari mulutnya. Tangan Delon yang digenggam oleh Xenon seketika terlepas. Amino, Raksa dan Xenon langsung hening. dengan gerakan cepat Lawrence meraih lengan Delon untuk mengecek denyut nadi, namun denyut nadi Delon sudah tidak terasa. "ARGHHHHHHHHH ENGGAK! NGGAK MUNGKIN!!" teriak Lawrence histeris. Amino, Raksa dan teman-teman Lawrence yang berkumpul mengelilingi Delon terkesiap begitu mendengar teriakkan Lawrence. "BANGUN DE, BANGUN!!" Lawrence kembali berteriak dengan mengguncang tubuh Delon. Amino, Raksa dan Xenon langsung kaku bak patung setelah melihat gelengan Lawrence. ketiganya kompak menatap Delon yang terbujur kaku di pangkuan Lawrence. "HAHAHAHA s****n! AYO BANGUN, DE!" Xenon berteriak histeris dengan air mata yang mengalir deras dari kedua netranya. tubuhnya merengkuh tubuh Delon yang sudah dingin, ditambah guyuran air hujan membuatnya semakin terasa dingin. Xenon terus menangis dengan berteriak histeris. dia tidak ingin ditenangkan sedikitpun. Lawrence bahkan tidak henti-hentinya berteriak kencang memanggil nama Delon sejak tadi. sedangkan Raksa, dia sudah seperti orang gila menjambak rambutnya sendiri. berbeda dengan Amino, dia masih menatap Delon dengan air mata yang mengalir deras. namun, isakannya tidak terdengar sedikit pun. Mereka yang masih mengelilingi Delon diam terpaku. tidak tahu harus melakukan apa. "DELON s****n! NGGAK LUCU KAYAK GINI!" Amino tiba-tiba berteriak keras dengan menggucang tubuh Delon dengan brutal. "HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!! DELON KALO BECANDA SELALU SERIUS!" ucap Raksa. dia masih tidak percaya jika Delon sudah tidak bersama mereka, sekarang. "De! ARGHHHHHHHHH!!" Xenon tidak tahan melihat Delon yang terbujur kaku. dia membangunkan Delon secara paksa. Lawrence menggeleng dengan tatapan tajam melihat perlakuan Xenon. Lawrence mengambil alih tubuh Delon Dari Xenon. "De, please bangun." ujar Lawrence. tangannya menepuk-nepuk pipi Delon. namun tubuh Delon tidak merespon sedikitpun. "ARGHHHHHHHHH B-BANGUN DE! BANGUN!!" "LO HIKS.. KU-KUAT 'KAN? HIKS! BANGUN DE, BANGUN!" "KALO LO NGGAK BANGUN, GUE SENDIRI YANG BAKAL BUNUH LO! BANGUN s****n BANGUN, HIKS.. DE." Raungan serta teriakan histeris dari Amino, Raksa dan Xenon semakin menambah suasana terasa pilu. ketiganya menangis histeris. tidak! tidak mungkin Delon meninggalkan mereka. Sementara Lawrence terisak dengan memeluk tubuh Delon. Lawrence memeluk Delon erat, tidak membiarkan tubuh Delon terlepas sedikitpun. Teriakan serta derasnya air hujan yang diiringi gemuruh menjadi saksi bisu betapa ketiganya merasa kehilangan. tidak ada yang menyangka mereka akan kehilangan Delon secepat ini. sosok sahabat yang mampu bertahan hingga detik ini. bertahan hidup dalam kesendirian, kesunyian serta kesepian. namun sekarang, sosok itu sudah bahagia di alam yang berbeda. *** DELON NUGRAHA Bin ANGGER NUGRAHA LAHIR : 17 September 2005 WAFAT : 19 September 2021 Pemakaman telah selesai dilaksanakan beberapa menit lalu. gundukan tanah merah menjadi objek pandangan beberapa pasang mata yang masih duduk mengelilingi batu nisan atas nama Delon. Amino, Raksa dan Xenon menatap kosong gundukan tanah yang ada di depan mereka. Delon sudah tenang di alam barunya, namun mereka masih belum mengikhlaskan kepergian Delon. "De, lo udah tenang 'kan di sana?" ucap Amino dengan kembali menumpahkan liquid bening. "Lo kalo kangen sama gue, mampir ya ke mimpi gue." Amino terisak. bagaimanapun Delon sosok sahabat yang begitu berarti baginya, dengan tangan gemetar Amino memeluk batu nisan Delon. memeluk serta menciumnya, mencoba menyadarkan diri bahwa Delon benar-benar tidak ada di sisinya saat ini. "Gu-gue benar-benar nggak nyangka, De." Xenon menutup mulutnya rapat-rapat. tidak sanggup membuka suara serta menyebut nama Delon. dadanya begitu sesak. Helium yang melihat keadaan Xenon segera memeluk tubuh bergetar Xenon. menenangkan Xenon agar tidak lepas kendali. Sementara Raksa yang terisak dalam dekapan Lawrence tidak membuka suara sedikitpun. Lawrence pun begitu, terisak pelan dengan tatapan yang tidak pernah lepas dari gundukan tanah merah yang sudah terisi dengan jasad Delon. "Te-tenang di sana, Delon!" ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD