Bab 2

494 Words
Aku hanya bisa menggeleng, kemudian meninggalkan pria tersebut begitu saja. Terserah di mau ngapain. Aku kembali melanjutkan instingku dan berjalan menuju sumber suara yang terdengar sangat kuat tadi. "Siapa?" Aku bertanya pada seseorang yang tengah berjongkok di balik tiang. Seorang wanita berbalik menatapku dan mendekat dengan cepat sembari berkata. "Tuan, maafkan saya telah lancang. Saya mohon Tuan, jangan usir saya sekarang." Wanita tersebut terus memohon, dan suara orang yang seperti sedang mengejarnya semakin dekat. Aku menatap ke arahnya kembali. Wajah itu sangat ketakutan, dan Jiwa Rajaku meronta. "Tuan..." Tiba-tiba dia berlutut, memohon di kaki besarku, tapi mata ini masih menatapnya dengan tajam. Aku mengangkat dagunya. Lalu memandang mata gadis itu. "Kenapa kau di sini?" Dia seperti terkejut mendengar suara Barito khas seorang raja bijaksana, hohooo. Aku terkadang malu membanggakan diri seperti ini. "Tuan, aku akan lakukan apa saja yang dirimu inginkan. Asal aku bisa tetap di sini Sampai mereka pergi." Tunjuknya pada beberapa orang yang tampak mencari. "Kau dan aku bukanlah sesuatu yang bisa saling memanfaatkan. Aku tidak akan mendapatkan keuntungan apapun darimu." Ucapku tegas. Dia menggosok kedua tangannya kembali dan memohon. "Tuan, aku akan menjadi pembantu di rumah ini secara gratis. Aku tidak akan menuntut bayaran sepeser pun. Mohon selamatkan aku kali ini..." Sial! Aku ingin mengumpat saat melihat air matanya mengalir. Pantang bagi seorang Raja membuat wanita menangis. "Baiklah, aku akan memikirkannya nanti. Lebih baik kau menepati perkataanmu. Kau akan melakukan appapun yang aku minta." "Tuan! Tolonglah aku..." Hah, aku sangat sedih melihat hal seperti ini. Jiwa Rajaku memang tidak pernah memudar. Aku membuka pintu rumahku yang bak istana ini. Wanita itu masuk dengan wajah menunduk. "Pergilah mandi, kamarmu di ujung sana. Di rumah ini tidak ada pembantu. Mereka hanya datang satu Minggu sekali. Tapi karena kau menawarkan banyak hal. Aku akan mencoba dirimu selama satu Minggu. Lakukan apa yang aku suka dan aku akan mempertimbangkan dirimu." Wanita itu lagi-lagi mengangguk dan berjalan ke arah yang aku tunjukan. Setelah itu, aku kembali pada seorang pria yang masih menangis. "Aray, waktumu untuk pulang! Jangan mengacau di sini. Kau benar-benar mengesalkan." "Rajaku... Aku tidak ingin menikah. Jangan lakukan ini padaku! Aku masih terlalu muda, Raja." "Jangan merengek seperti anak kecil. Kita sudah membahas ini berulang kali. Dia adalah wanita yang baik, aku yakin kau akan mendapatkan keturunan yang luar biasa, Aray." Lagi-lagi dia menggeleng seolah apa yang aku katakan itu tidak benar. Kata singkatnya dia menolak pilihanku. "Aku masih ingin bermain, wahai Rajaku." "Cih, bermain dengan para wanita? Jangan gila! Bahkan aku sudah melajang sejak lahir demi kalian semua." "Itu karena Raja tidak perlu melakukan politik pernikahan. Keluarga kita sangat hebat. Raja malah menikahkan semua putri yang di kirim negara lain untuk adik-adik Raja." "Ah, kau mendengar gosip tidak jelas secara turun temurun. Ikuti saja perkataanku dan kau akan bahagia." "Tapi dia teman kecilku, dan dia juga sekretaris pribadiku. Bagaimana aku menghadapi ini? Dia tahu semua tentangku." Aku melihat Aray sangat terbebani. Tapi dia tidak ada pilihan. Mereka berdua harus mencetak keturunan terbaru untukku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD