Cancri melirik Prince, ia ingin tertawa saat anak tirinya itu terlihat kesal. Seandainya ia sedang tidak berniat melakukan permainan dan drama picisan, ia akan segera meminta ganti rugi karena Salamander membuatnya rugi.
“Apa kau sedang menggerutu? Aku tidak mengerti apa yang kau katakan, Prince.”
Cancri mulai kembali menyerang Salamander, tetapi dengan satu tangan pria itu tubuhnya tidak dapat bergerak. Ia lupa jika kekuatan Salamander tak ada bedanya dengan Rayzer. Ah sial, seharusnya ia tidak mengingat pria sialan itu sekarang.
“Arrgghh!” Cancri kembali menguasai panggung drama dengan ringisan sakitnya, sejujurnya itu tak terasa karena ia memang tidak bisa merasakan sakit. Ia hanya tak ingin kedua lawannya curiga, dan dengan begini akan terlihat lebih alami.
“Hei, aku sedang menahan kekuatanku untuk tidak menghancurkan tubuh kalian berdua. Jadi bersikaplah seperti anak baik,” ujar Salamander yang sudah serius.
Cancri segera mengubah bentuknya menjadi setengah manusia, menatap Salamander dingin dan tidak bicara. Ia menatap Prince yang berubah dan melukai tangannya sendiri lalu mencoba untuk melemparkan tetesan darah kearah Salamander. Tak ingin dicurigai Cancri segera bergerak, seolah ia merasa sakit. Dan berhasil, Salamander melepaskan ekornya dan menghindari tetesan darah milik Prince.
“Cancri, aku membiarkanmu hidup karena anak harammu dengan Mommy. Prince melepaskan Golden Snake dan aku berusaha untuk tidak melenyapkanmu karena anak kecil itu. Maaf aku tidak ingin menyebutnya sebagai adik tiriku,”ujar Salamander yang akhirnya berkata jujur.
Cancri tak menyahut, ia lebih memilih diam dan menikmati ucapan Salamander. Ia bahkan tak peduli jika pria itu ingin menyerang Golden Snake, dan ia juga tahu jika Ashura tidak akan mati semudah itu. Anaknya itu sangat cerdas, tidak seperti gadis kecil berumur lima tahun yang manja dan tak bisa membela diri.
“Selalu saja kalian yang diutamakan Mommy ... kalian tahu ... aku sangat membenci kalian berdua!”
Ucapan Salamander kembali ia respon dengan tatapan mata dingin, tak tertarik baginya untuk mengucap kata dan terlibat dengan hal murahan seperti banyak bicara. Ia lebih suka jika Salamander membahas uang, bukan hal tak berguna dan tidak menguntungkan.
“Salamander, jarang sekali kau berbicara panjang lebar seperti itu,” ujar Prince sambil tertawa kecil.
“Karena aku muak dengan kalian berdua, selalu saja Mommy yang menjadi alasan kalian untuk saling membunuh.”
“Kalau begitu kalian berdua lebih baik mati, bukan?” jawab Prince yang kembali ke dalam wujud ular sepenuhnya.
Tubuh Prince semakin lama semakin membesar, bahkan lebih besar dari tubuh Samael yang merupakan Titanoboa.
Cancri hanya bereaksi kaget, tak mungkin ia beraksi datar dan menghancurkan pertunjukan mereka. Sejak Luzia diculik oleh Prince, ia juga sudah tahu bagaimana kekuatan anak tirinya itu.
‘Well, ini semakin menarik.’ Suara hati Cancri kembali terdengar, pria itu cukup kagum dengan kemarahan Prince yang mencapai titik terpanas. Dengan cepat Cancri mengubah bentuknya menjadi ular sempurna, ia harus bisa memancing Prince untuk melakukan hal yang lebih seru daripada sekarang.
“Kalian sudah tidak memerlukan Hazel, Hazel hanyalah milikku!” desis Prince yang mulai menyerang Salamander dan dirinya.
Cancri terhempas, begitu pula dengan Salamander. Pria itu mengalihkan tatapannya, ia merasa itu belum bisa dikatakan sebuah amarah. Ia harus membuat Prince semakin marah, dan ia merasa senang saat Prince melilit tubuhnya dan Salamander.
Wujud besar Prince terlihat begitu mengagumkan, seharusnya ia mengubah Prince menjadi ular seutuhnya lalu menjual pria itu kepada para ilmuwan.
Cancri memutuskan meronta bahkan mengigit tubuh Prince, Salamander tidak dapat menggerakkan tangan karena terhimpit tubuhnya.
“Sial!” umpat Salamander.
Mendengar ucapan itu, Cancri menatap Salamander. Ia ingin tertawa sepuasnya, tetapi tetap ditahan agar tidak menghancurkan jalan cerita menarik mereka bertiga.
Saat Prince membuka mulut, ia tahu jika anaknya itu ingin menelannya hidup-hidup. Cancri hanya diam, ia tak melawan dan menatap bagian dalam pada mulut prince. Sepertinya Prince rajin membersihkan giginya, dan aroma dari mulut Prince juga tidak seperti milik Sam.
Cancri bisa merasakan Salamander berusaha memberontak, ia juga menunggu saat-saat untuk berada didalam perut besar Prince dan meneliti sistem pencernaan anak tirinya itu.
Saat mulut ular Prince sudah mendekat, Silva datang menghentikan apa yang dilakukan Prince.
“Prince, berhenti!” teriakan Silva membuat Prince menghentikan aksinya.
Cancri sangat ingin memaki sekarang, ia melirik Silva yang menghancurkan permainannya dengan sangat cepat.
“Lepaskan mereka berdua, Mama tidak akan senang jika kau membunuh mereka,” ujar Silva.
Prince melemparkan tubuhnya dan Salamander sejauh mungkin, lalu menyerang Silva sampai masker yang dipakai pria itu terlepas dan memperlihatkan setengah wajahnya yang menyeramkan.
“Nyonya sudah sadar, kau masih ingin bermain dengan mereka dan membiarkan Nyonya sendirian?” ujar Silva.
Cancri menatap Silva, ah dia sangat kesal. Pria itu benar-benar membuat dramanya hancur, dan Cancri tak bisa memaafkan aksi Silva yang menjadi pahlawan disaat yang tidak tepat.
Perkataan Silva membuat Prince kembali kewujud manusianya, Blacwin langsung saja memberikan jubah hitam untuk menutupi tubuh Prince. Tanpa banyak kata Prince pergi dan menghilang dari pandangan Prince Squad, dirinya dan Salamander.
Cancri masih dalam posisi tersungkur, tidak lucu jika ia langsung berdiri dan menunjukkan jika dirinya baik-baik saja. Pria itu mengembuskan napasnya pelan, melirik sisik emasnya yang tergores. Setelah ini ia harus melakukan perawatan, mengembalikan kecantikan sisik dan tubuhnya. Ah ... mengeluarkan uang lagi.
“Kalian berdua ... menjauhlah dari Prince dan Nyonya Hazel, akan lebih baik jika kalian melupakan kejadian yang telah kalian lakukan.”
Silva langsung saja pergi meninggalkan mereka berdua. Cancri kembali ke wujud manusianya dan segera pergi meninggalkan hutan itu, sedangkan Salamander ia duduk menatap tempat yang sudah hancur karena pertarungan mereka.
“Seharusnya mereka sudah merekam adegan itu dengan baik di markas,” gumam Cancri. Pria itu kembali mengubah bentuknya, ia menuju aliran sungai dan memutuskan untuk mandi sebelum kembali.
Sungai itu berada di wilayah kekuasaannya, dan ia bebas melakukan apa pun. Pria itu membaringkan tubuhnya pada batu, sedangkan ekor panjangnya berada di dalam air.
“Pain, Tuan Putri bangun dan mencarimu.” Suara itu terdengar agak keras.
Cancri melirik kearah lain, ia melihat Marcus sudah membawa pakaiannya. “Keringkan rambutku terlebih dahulu, aku harus menemui bidadari kecilku dalam keadaan yang baik.”
Marcus tak banyak bicara, pria itu segera melaksanakan tugasnya. Ia menatap Cancri yang memejamkan mata, wajah pria itu terlihat begitu tenang dan bahagia.
“Kau terlihat begitu senang, ada apa ini?”
Cancri hanya diam, ia tak berniat menjawab dan menceritakan kejadian tadi. Matanya mengantuk, ia perlu tidur selama proses pengeringan rambutnya. Pria itu kemudian menutup mata, ia tersenyum manis.
“Bangunkan aku setelah semuanya selesai,” ujar Cancri.