3

1173 Words
3   Esok harinya... Gavin terlihat sudah rapi berseragam sekolah dan tengah memakan sarapannya dengan lahap bersama ayahnya yang sebentar lagi juga akan berangkat ke kantor. "Kakak kamu kenapa belum turun juga Vin?" tanya Anton pada anak lelakinya. Gavin mengedikkan bahu bersamaan, lalu menelan sejenak makanan dimulutnya. "Padahal tadi udah Gavin bangunin berulang kali. Tapi kayaknya kak Jill masih molor." Anton yang hendak menyuruh bik siti membangunkan anak gadisnya, seketika urung saat melihat Jill yang baru saja menuruni anak tangga dengan raut wajah masih mengantuk. bahkan gadis itu sekarang tengah menguap lebar dan mengucek satu matanya. Dengan setengah mengantuk, Jill menarik kursi makan lalu duduk dan membalik piring yang akan ia isi nasi. "Dih! Kak Jill jorok banget sih. masih bau iler juga, udah mau makan aja. Mandi dulu sono!" ucap Gavin mengingatkan. Jill melirik Gavin sinis, lalu berujar. "Berisik!" "Ye... diingetin juga, bukannya makasih." Cetus Gavin, lalu kembali menyendok nasi kemulutnya. Anton yang melihat hanya bisa menggeleng pelan, lalu menyuruh Jill untuk mandi terlebih dahulu, minimal menggosok gigi. "Apa yang dibilang adek kamu itu bener Jill. Masak anak gadis belum mandi udah mau makan aja. Mandi dulu sana!" "Tapi Jill laper pah. Dari semalem Jill kan nggak makan." "Siapa suruh kamu pakek acara ngambek mogok makan malam segala." "Habisnya papa ngeselin. Udah dibilangin kalau Jill nggak mau minta maaf. Kemarin papa liat sendiri kan, Jill udah minta maaf dengan tulus. Eeh... dia malah ngerjain aku. gimana nggak kesel coba. Pokoknya Jill nggak mau minta maaf lagi." Ujar Jill, sembari mengambil lauk dan menaruh dipiringnya. "Ya udah kalau nggak mau minta maaf. Papa juga nggak akan maksa kamu lagi. Tapi ini makannya entar dulu. Gosok gigi sama cuci muka dulu sana!" Anton bahkan sampai harus mengambil piring makan Jill yang sudah terisi, sebelum gadis itu sampai memakannya. "Ah papa~ balikin piringnya~" pinta Jill dengan nada manja kekanakan. Membuat Gavin yang mendengar menjadi sedikit ilfil. "Pagi om..." sapaan selamat pagi dari pintu masuk yang terbuka, membuat mereka bertiga yang berada dimeja makan menoleh bersamaan. "Eh, Kenzo. Ada apa Ken?" belum sempat Kenzo menjawab, Jill sudah lebih dulu berdiri dari kursinya dan melontarkan kalimat tidak suka atas kehadiran cowok itu dirumahnya saat ini. "Mau apa lo kesini? Mau ngerjain gue lagi kayak kemarin, iya?" rasa kesal Jill pada Kenzo sepertinya sulit untuk hilang begitu saja. Apalagi karena ulah Kenzo kemarin yang dengan kurang ajarnya menaruh tikus putih ditangannya, membuat Jill sampai kesulitan memejamkan mata untuk tidur, karena rasa geli yang sulit ia lupakan saat tikus itu bergerak bebas ditangannya. "Jill, nggak boleh gitu ngomongnya. Ini masih pagi loh. Jangan mulai keributan lagi." Kata Anton mengingatkan. Lalu kembali bertanya pada Kenzo, maksud kedatangan lelaki itu. "Jadi ada apa Ken? Kok pagi-pagi udah datang kesini?" "Ini om, saya cuman mau ngasih kue buatan mama ini, ke om. Saya... juga minta maaf karena kemarin udah jailin anak om. sebenarnya saya nggak maksud kayak gitu. Beneran. Saya fikir Jill nggak takut sama hamster." Mendengar kata hamster disebut, membuat emosi Jill kembali naik. "Hamster apanya?? Yang lo kasih ke gue kemarin itu tikus. Bukan hamster!" "Jill......" anton kembali mengingatkan. "Tapi emang beneran tikus pah. Bukan hamster." Jill mencoba meyakinkan ayahnya. Dan Anton hanya melihat, mengisyaratkan untuk diam. "Iya, maksud gue juga itu. tikusnya mirip hamster kan?!" ujar Kenzo, meringis tanpa dosa ke arah Jill. Sementara gadis itu hanya menatap Kenzo dengan menaikkan sudut bibirnya kesal. Kue yang sudah ditaruh Kenzo diatas meja itu, akhirnya dibuka oleh Anton. "Wah, kayaknya enak nih. Jill sama Gavin pasti suka." Lalu mengucapkan terimakasih pada Kenzo. "Makasih ya Ken, udah repot ngasih kue segala." "Iya om. sama-sama. Ya udah kalau gitu.. saya berangkat sekolah dulu om. permisi." Setelah berpamitan seperti itu, Kenzo lalu pergi keluar dari rumah itu dengan memberikan kedipan matanya sekilas ke arah Jill. Dan gadis itu hanya menanggapinya dengan sinis. 'Apaan sih tu cowok!' Jill lalu melihat ke arah kue yang tadi di bawa Kenzo. Terlihat lezat hingga membuat Jill akhirnya mengambil satu kue tersebut dan memakannya. Gavin yang melihat, bahkan tidak tahan untuk melontarkan sindiran pada kakaknya itu. "Tadi aja sok-sok'an jutek sama yang ngasih kue. Giliran orangnya pergi, kuenya dimakan juga. kakak aneh." Anton hanya tersenyum. "Lo gak denger, kalau kue ini bikinannya tante Sofi. Jadi nggak papa dong gue makan." Ucap Jill cuek dan kembali mengambil lagi kue tersebut untuk dimakannya. "Tante sofi jago banget bikin kuenya. Enak." Puji Jill disela kunyahannya. "Mamanya Kenzo emang paling jago bikin kue. Dan tiap kali bikin, kita pasti selalu dikasih." Anton lalu mengganti topik pembicaraan mengenai sekolah baru Jill. "Oh ya Jill, besok kamu sudah bisa masuk kesekolah kamu yang baru. Papa harap, kamu betah sekolah disana." "Padahal Jill udah bilang, nggak usah sampai pindah sekolah." "Ini permintaan mama kamu. lagipula kalau kamu masih disekolah lama kamu, pulang perginya terlalu jauh Jill. Kasihan kamunya." "Terserah papa lah. Jill protes pun percuma kan." Gadis itu berdiri dari kursi untuk pergi mandi. Anton hanya melihat kepergian Jill dari punggung yang semakin menjauh. "Pah. Emangnya kak Jill akan sekolah dimana?" tanya Gavin penasaran. "Nanti juga kamu tau." **** "Lama banget sih." gumam Jill, yang saat ini tengah celingukan di sekitar pagar rumahnya.menunggu seseorang. Ini sudah hampir setengah jam ia menunggu dengan sebuah ponsel ditangannya. Sang satpam rumah yang sedari tadi melihat bahkan sampai dibuat bingung, dan akhirnya memberanikan diri untuk menannyakannya. Mengingat sang satpam yang memang belum terlalu mengenal lama Jill. "Non Jill kenapa? kok dari tadi saya liat, sering mondar mandir liatin jalan mulu." "Ini pak, lagi nungguin temen. Dari tadi nggak datang-datang. Padahal janjinya mau kesini." Tadi pagi sebelum papanya berangkat ke kantor, Jill sudah lebih dulu bilang jika akan mengenalkan salah seorang teman dekatnya. Dan Anton mengiyakan. Temannya itu sudah janji akan datang sekarang, tapi sampai saat ini belum juga terlihat batang hidungnya. "Nggak ditelfon dulu non?" ujar sang satpam menyarankan. "Udah. Tapi nggak diangkat." "Mungkin lagi macet dijalan, non." "Bisa juga sih pak." Lalu Jill kembali celingukan memperhatikan jalan didepan rumahnya seperti tadi. Sebuah motor Ninja berwarna hijau melintas dan berhenti tepat didepannya dengan mesin yang masih menyala dan tidak dimatikan. Hal itu membuat kening Jill mengernyit bingung. Bertanya dalam hati siapa sosok cowok pemilik ninja hijau tersebut. Karena ia tau jika motor tersebut bukanlah milik temannya yang sedang ia tunggu. Membuka kaca helm. "Ngapain celingukan disini? sengaja nungguin gue pulang sekolah ya?" tanya Kenzo dengan senyum menyebalkan menurut Jill. Jill berdecak. "Lo lagi, lo lagi. Nggak usah sok akrab sama gue deh." Kenzo tertawa. "Kenapa? kita kan tetangga. Ah... atau lo emang masih marah sama gue gara-gara soal kemarin?" "Menurut lo?!" nyolot Jill dengan tangan bersendekap angkuh. "Ya elaa... anggap aja kita impas. Satu sama." Kenzo tersenyum miring. Senyum yang selama ini sanggup membuat gadis-gadis disekolahnya kesulitan bernapas untuk beberapa detik. Tapi tidak untuk Jill. Karena senyum itu justru semakin membuat Jill kian muak pada cowok itu. "Lagian, lo liat nih perban di kening gue. Ini kan juga hasil perbuatan lo kemarin. Seharusnya lo itu baik-baikin gue. Atau kalau perlu lo yang rawat luka dikening gue ini, sampai sembuh. Bukannya malah njutekin gue kayak gini." lanjut Kenzo. Jill hanya diam menatap datar ke arah kenzo, lalu berujar sembari mengangkat telapak tangan didepan Ken. "Ngomong sama tangan!" Selanjutnya Jill berbalik masuk, sembari menutup pintu gerbang cukup kencang, hingga menimbulkan suara bising ditelinga Kenzo. Kenzo hanya menatap kepergian punggung Jill yang menghilang dibalik pintu dengan membatin. 'Unik juga nih cewek.' Lalu menjalankan motor memasuki pelataran rumah yang letaknya memang berada tepat disamping rumah Jill. [BERSAMBUNG]    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD