Yanti Menikah

1026 Words
Dua minggu sejak hari lamaran adalah hari pernikahanku, sebelum hari pernikahan ibu mempersiapkanku agar menjadi gadis paling cantik. Ibu mengajakku ke salon ke pasar. Belanja makanan. Bahkan aku selalu di dandani menor oleh ibu. Iya aku menerima pernikahan ini, bahkan aku berdoa meski aku belum mengenalnya aku sangat berharap jika pernikahan ini selamanya. Dan aku tak akan di tinggalkan seperti ibu yang selalu ditinggalkan suaminya. Hari pernikahan tiba, aku dibangunkan sejak subuh. Dari subuh rumahku sudah sibuk. Aku bahkan sudah didandani cantik sekali. Berkali kali aku berkaca di kamar ibu. Sungguh aku cantik sekali rasanya. Pukul sembilan Karta dan rombongannya datang. Aku tak disandingkan dengan Karta saat ijab kabul. Aku hanya menunggu dikamar. Setelah sah aku pun di ajak keluar dan dibeli kalung emas sebagai mas kawin oleh Karta. Setelah diberi kalung aku juga disuruh sujud pertama kali kepada suamiu itu. Bahagia sekali rasanya. Meski aku tak mengenalnya, tetapi aku berdoa semoga pernikahanku abadi selamanya. Usai pesta Karta langsung membawaku. Tamu bahkan masih ramai tetapi aku langsung diboyong. Meski berat ibu pun mengizinkanku. Setelah magrib kami pun berangkat. Karta dan aku berada disatu mobil. Sepanjang jalan Karta hanya terdiam saja di kursi tengah. Sedangkan mobil dibawa oleh orrang lain. Ada dua pria di kursi depan. Saat pergi aku tak membawa apa pun, hanya pakaian yang ku kenakan. Karta bilang semua sudah disediakan olehnya. Ibu hanya senang senang saja mendengarnya. Entah kenapa saat pergi tadi aku terasa berat, aku bahkan menangis di pelukan ibu juga di pelukan Bu RT. Bu RT bahkan berpesan agar aku sering sering menengok ibu mengingat kondisi ibu yang sedang hamil tua. Kami sampai sekitar jam delapan malam, keadaan begitu gelap. Yang kulihat hanya kegelapan dan yang terdengar hanya suara jangkrik. Sepanjang jalan yang terlihat hanya hutan hutan, aku merasa sedikit ketakutan. Tetapi masih ada keyakinanku pada Karta. mobil berhenti, Karta memintaku turun.. kedua pria dikursi depan sama sekali tidak turun. Hanya aku dan Karta. Karta mengajakku turun. Dihadapan kami ada sebuah gubuh. Gubuk yang lebih baik dari gubukku. Didalamnya bahkan sudah di semen. Hanya didndingnya yang dari papan. Semua perabotan ada. Televisi saja yang tak ada. Jangan kau tanya ada kulkas tidak. Tentu tidak. Padahal yang ku dengar Karta orang kaya. Kenapa Karta malah mengajakku kemari. Ah.... aku jadi pusing. Belum hilang pusingku, Karta malah berkata, “sementara tinggallah disini. Aku kan pergi. Baik baiklah disini. Jika kau lapar di belakang ada beberapa makanan. Tak perlu repot membersihkan atau memasak. Besok akan ada yang mengurus gubuk ini. Aku pergi dulu. Kau istirahtalah. Hem?” tanpa menunggu jawaban Yanti, Karta melangkah keluar bahkan mengunci Yanti dari dalam. Maksud hati ini bertanya bahkan menggedor pintu, tetapi Yanti mengurungkan niatnya. Yanti memilih pergi berkeliling. Ada satu kamar tidur. Didalamnya ada kasur lumayan besar serta almari. Yanti membuka almari itu. Ada beberapa pakaian disana. Bahkan sandal, sepatu bahkan tas. Yanti menyukainya. Yanti berlanjut ke belakang. Disana sudah tersaji makanan untuknya, segera Yanti makan. Karena sejak pagi Yanti belum makan nasi. Hanya beberapa potong kue dan air minum. Selesai makan, yanti kembali kekamar. Mengganti pakaiannya dan mulai merebahkan tubuhnya. Yanti sekarang sendirian. Rasanya sekarang nampak sepi, biasanya Ibu akan berisik sepanjang malam mengeluhkan perutnya makin membesar, atau rasa ngidamnya yang tak henti hentinya. Yanti merasa sendiri bahkan sangat sepi. Rasanya ingin menangis. Teringat masa kecilnya yang penuh duri, yanti bahkan tak pernah merasa senang apalagi bahagia. Tetapi disaat sudah menikah, Yanti bahkan merindukan amarah Ibu. Ah ibu, begitu cepat kita harus berpisah. Beberapa kali melihat pernikahan Ibu yang gagal Yanti terkadang merasa takut jika pernikahannya akan gagal juga. Tetapi Yanti merasa optimis, ia dan suaminya akan bahagia. Tetapi Yanti merasa aneh kenapa ia dikurung didalam dan kenapa Ia di tinggalkan. Sepanjang malam Yanti melamun tak menemukan jawaban apapun. Yanti menduga suaminya sedang ada masalah dan Ia harus pergi menyelesaikannnya. Yanti bahkan menduga dikuncinya Ia digubuk adalah karena untuk jaga jaga agar tak ada orang jahat yang menggangunya. Matahari sudah sangat terang ketika Yanti bangun, diliriknya jam dinding ternyata sudah jam sembilan pagi. Dilihatnya dapur sudah ada makanan lagi bukan makanan semalam. Bahkan pakaian kotornya semalam sudah terjemur diluar. Jendela sudah dibuka tetapi Yanti tak bisa keluar karena ada semacam trali di sana yang terbuat dari kayu. Pintu bahkan masih terkunci. Yanti merasa bosan dan ingin keluar. Tetapi yang dilihatnya hanya pepohonan. Yanti kemudian memilih mandi dan makan. Setelah makan Yanti kembali ke jendela. Tak ada seorang pun yang datang mendekati gubuk. Bahkan kucing atau ayam pun tak ada. Yanti merasa begitu sepi. Biasanya tangannya tak berhenti bekerja, sedangkan sekarang dirinya harus berdiam diri bahkan terkurung disini. Sore pun datang dan Yanti hanya duduk di samping jendela sepanjang hari. Bosan rasanya, bahkan tak ada yang bisa diakjak bicara. Yanti merasa seperti akan gila. “kapan Karta kembali?” aku ingin keluar dari gubuk ini. Aku sangat bosan sekali.”keluh Yanti lalu memilih merebahkan tubuhnya dikasur. Malam hari Yanti kembali tak bisa tidur. Teringat kembali masa kecilnya bersama ibu. Pernah dahulu Yanti tak bekerja, tak ada pekerjaan untuknya. Untuk menyenangkan ibunya Yanti memilih menangkap ayam teteangga bahkan pisang dan sayuran. Bahkan rumah Pak RT pernah diambil ayamnya oleh Yanti. Mau bagaimana lagi daripada kepala Yanti harus bocor lagi. Ah ibu... sering sekali kepala ini jadi sasaran amarahnya. “Ibu... ibu sedang apa ya? Aku bosan bu. Rasanya aku lebih suka saat bersam ibu. Bisa mendengarkan ibu bercerita ataukicau Yanti seorang diri. mendengar ibu marah marah. Tak apa setidaknya ada orang yang bisa di ajaknya bicara”. Malam makin larut dan Yanti belum juga tertidur. Yanti teringat pakainnya yang terjemur, bagaimana Yanti harus mengangkat pakaiannya. Yanti mengintip dari jendela. “Anehnya pakaian itu tak ada lagi disana. Apa ada pencuri ya?” Batin yanti. “Tetapi kapan orang itu mengambilnya, bukankah sampai sore pakaian itu tadi masih disana. ah sudahlah... lebih baik aku tidur.”keluh Yanti. Sekarang saatnya tubuh Yanti istirahat dari semua pekerjaan beratnya selama ini. Malam tanpa suara kembali menemani Yanti. Saat pagi tiba lagi lagi Yanti kesiangan. Dinginnya daerah perkebunan membuat tidur Yanti makin nyenyak. Sekali lagi makannan dan pakain bersih sudah tersedia. Pakaian kotor juga sudah di jemur. Yanti memutuskan besok akan bangun lebih bagi agar bisa bertemu dengan orang yang datang saat Yanti tidur dengan lelap. Sepanjang hari lagi lagi Yanti hanya memandang jendela. Menjelang siang Yanti membuat pekerjaan. Di pindahkannya semua perabotan dan diubahnya susunannya. Yanti merasa senang, setidaknya tubuhnya merasa segar dan berkeringat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD