Bab 2 : Break up with Justin

1807 Words
*** Bekerja seakan sebuah bagian kewajiban dalam hidup. Kita semua bekerja karena tuntutan keadaan. Mau tidak mau, suka atau pun tidak, beberapa orang melakukan itu dengan sukarela. Takdir menciptakan pekerjaan sebagai teman manusia. Pagi-pagi sekali Ayana Rosselyn bangun membereskan rumah, melaksanakan tugasnya sebagai seorang agen pembersih. Pertama-tama, Ayana membuatkan roti panggang dan kopi untuk Seavey. Naomi bilang kalau Seavey suka roti panggang. Untung Ayana pernah ikut kelas masak jadi dia tidak kesulitan membuat makanan itu. Ayana melirik jam di tangannya dan mendapati sekarang pukul lima pagi. Ayana sengaja bangun subuh agar nanti dia tidak perlu bertatap muka dengan tuan rumahnya. Ayana tidak mau bertemu tuan muda b******n bernama Seavey Sean itu. Namun apa yang direncanakan Ayana justru tidak sesuai harapan. "Kau tidak perlu bangun sepagi ini." Lelaki dengan tubuh tegap itu sudah berdiri di belakang Ayana. Ayana menoleh dan melihat Seavey sudah rapi dengan balutan jas hitam. "Apa kau akan berangkat sepagi ini? Aku tidak berpikir ada perusahaan yang buka sepagi ini," komentar Ayana. Dia menggelung rambutnya seiring tatapan matanya menjelajahi mata biru seorang Seavey Sean. Oh betapa indah mata itu! Seperti mata seorang aktor Hollywood. "Aku pikir aku sudah bangun lebih pagi. Ternyata kau mendahuluiku," kata Seavey bercanda. Dia melangkah ke arah Ayana. Hanya dua langkah sampai ia bisa meraih kopi buatan Ayana. Seavey menyesapnya dan menimbulkan gema. "Sudah tugasku bangun lebih pagi. Kau membayarku untuk ini. Jadi--." Ayana tidak bisa membohongi kalau dia gugup berada di dekat Seavey. Dia belum terbiasa mengobrol santai dengan tuan rumahnya ini. Ayana tidak mau melampaui batas. Di sini dia hanya agen pembersih. Kerjaan dia hanya membereskan rumah. Tidak lebih dan tidak kurang. "Aku tidak mau merepotkan siapa pun. Tugasmu hanya membersihkan rumah, tidak seharusnya kau buat sarapan. Kau bukan pembantu di sini. Kau adalah agen bersih-bersih." Seavey bisa merasakan aura kegugupan Ayana mengambang di udara. Ayana bahkan memegang lehernya karena perasaan cemas itu. "Kau tampak khawatir. Apa aku menakutimu? Kau baik-baik saja?" Ayana diam. Seavey memaknainya sebagai kata iya. "Mungkin kau sudah dengar dari Naomi mengenai aku. Dan sekadar informasi, kau adalah agen pembersih ke-21 yang kubayar. Dan aku tidak mau kau pergi. Maksudku aku bangun lebih pagi agar kau tidak bisa melihatku saat matahari terbit." Ayana terkesiap mendengar kejujuran Seavey. Dia bahkan lupa bagaimana cara bernapas dengan baik. Naomi memang sudah cerita soal ruang rahasia Seavey Sean. Akan tetapi Ayana berpikir itu bukan masalah besar. Semua orang punya privasi dan Ayana tidak mau ikut campur masalah pribadi orang lain. Seavey kembali mencicipi kopi buatan Ayana. Ayana cukup tenang karena Seavey tidak se-agresif yang dia bayangkan. Ingatlah kemarin waktu dia mengusir Summer lalu menahannya untuk sekadar bersenang-senang di dalam kamar. Jelas sekali, Seavey Sean seorang b******n kaya. "Kau mungkin beruntung karena aku sangat membutuhkan uang. Maksudku adalah aku tidak akan berhenti bekerja di sini," kata Ayana jujur. Seavey mengangkat alisnya. Sama seperti wanita pada umumnya yang Seavey kencani. Mereka butuh uang dan uang. Sepertinya uang adalah segalanya. "Besok-besok jangan bangun pagi lagi. Aku bisa mengurus diriku sendiri. Bukankah kau punya jam kuliah? Jangan jadikan pekerjaan sebagai hal utama, kau harus memprioritaskan kuliahmu." Seavey tidak bermaksud memberi perhatian pada Ayana. Dia hanya tidak mau bergantung pada orang lain. Tidak ada yang bisa dipercaya di dunia ini. Bahkan keluarga sekali pun. Dan Ayana bukan keluarga bagi Seavey. Dia hanya karyawan seperti Naomi. Ayana tertegun. Bagaimana pun dia tersentak bahwasanya Seavey bisa sebaik itu padanya. Oh bukankah semua berengsek memang baik di awal pertemuan? Ayana masih menghayal saat Seavey hendak keluar dari dapur. "Tunggu!" "Ada apa?" "Di mana wanita itu? Maksudku Summer." "Dia sudah pulang saat mendapat bayarannya." Entah apa yang dipikirkan Ayana sampai teringat dengan si wanita penggila harta itu. Mungkin seharusnya Ayana bertanya apakah dia pacar pria itu atau bukan. Sayangnya, Seavey beranjak ketika Ayana kembali mematung. Pelan-pelan, Ayana masih sulit memahami kehidupan bosnya ini. Dia seperti bertemu pria yang punya dua kepribadian. Faktanya Seavey tidak mengidap alter ego atau kepribadian ganda. Tidak mengidap penyakit apa pun. Seavey begitu misterius. Ayana mengerang, memperbaiki gelungan rambutnya lalu kembali melanjutkan kegiatan bersih-bersihnya. Mungkin ada petunjuk lain yang bisa didapatkan dari Naomi nanti. Paling tidak tentang kehidupan keluarga lelaki itu. *** Naomi bilang akan datang setiap pagi untuk mengecek rumah. Ayana masih bingung kenapa ada aturan semacam itu. Apakah Naomi hendak memastikan rumah mewah Seavey tidak berpindah tempat? Ya Tuhan, Ayana tak bisa membayangkan betapa konyol Seavey membayar Naomi untuk hal itu. Terlepas dari semua kekonyolan itu, Ayana memang menunggu kedatangan Naomi. Dia penasaran ingin mengetahui lebih banyak tentang Seavey. Dan sepertinya Naomi menangkap sesuatu di dalam diri Ayana. "Sepertinya kau terpikat oleh pesona lelaki itu." Naomi berkomentar saat Ayana menanyakan tentang Seavey padanya. Pernyataan Naomi tentusaja dibantah tegas oleh Ayana. Dia menegaskan kalau dia hanya ingin tahu saja, tidak lebih. "Tidak ada salahnya mengetahui pribadi tuan rumah," sela Ayana, "Aku bekerja untuk dia." Naomi tersenyum miring. "Aku tahu kau berbohong. Kenyataannya, semua agen pembersih yang pernah bekerja di sini memang jatuh cinta pada Seavey. Lelaki itu sangat tampan. Apa kau sedang mengklaim bahwa kau tidak jatuh hati pada matanya. Dia seperti Henry Cavill." Ayana bergeming, mata pria itu memang indah seperti mata aktor ternama. Naomi mengamati mimik polos Ayana. "Jangan mencoba mencari tahu kalau kau tidak mau berada dalam bahaya. Jangan mendekat kalau kau tidak mau sakit. Seavey adalah lelaki baik, tetapi dia punya sisi buruk. Semakin kau mengenalnya maka semakin kau akan membencinya. Cukup bekerja saja di sini. Kau hanya menginginkan uangnya 'kan?" Kalimat Naomi sedikit menghina Seavey, namun nyatanya memang benar. Pria yang terlihat tenang, biasanya menyimpan sesuatu yang membuat tercengang. Ayana diam begitu lama. Naomi menepuk bahu wanita itu seraya berkata, "Aku tidak bermaksud melarangmu jatuh cinta. Aku hanya memberikan nasihat padamu. Paling tidak agenda hidupmu tidak berantakan karena bekerja di sini." Ayana membalasnya dengan mengatakan tidak pernah berpikir jatuh cinta pada Seavey. Ia bahkan menambahkan kalau ia punya pacar. Cuma... Ayana selalu gagal menjalin kasih dalam kurun waktu yang lama. Naomi lega mendengar kalimat Ayana. Setidaknya, Ayana berbeda dengan agen pembersih sebelumnya. Naomi kemudian bertanya mengenai kuliah Ayana sehingga wanita itu berujar, "Prof William tidak menyukaiku. Aku tidak sepintar yang kaubayangkan. Andaikan aku pintar, mungkin aku sudah mendapat beasiswa untuk membiayai kuliahku." Naomi menampakkan mimik terkejut. Sekilas Ayana mirip gadis kutu buku tetapi itu cuma tampilan luar. "Ya, kehidupan kuliahku sedikit menjenuhkan. Kalau bukan karena orang tua dan nenekku, mungkin aku tidak di sini." Ayana memandangi sekeliling taman rumah. Ada banyak jenis bunga di taman itu. Terlihat sekali kalau lelaki yang punya rumah sangat kesepian akan perempuan. Dia menanam banyak bunga untuk mengundang kedatangan wanita. "Kuliah memang menjengkelkan!" komentar Naomi. Ayana mengiakan lewat anggukan kepala. Dia masih ingin bicara namun ponselnya berdering. Ayana pamit mengangkatnya. Justin, pacar Ayana menelepon sekali dalam dua hari. Ayana tidak berpikir jika mereka adalah pasangan mengagumkan seperti Kim-Kanye. "Aku akan mengangkatnya dulu," bisik Ayana. Naomi menyilakan Ayana sehingga dia bisa menyiram bunga-bunga di depan rumah mewah Seavey. Naomi bekerja dan bertanggung jawab atas bunga tersebut. "Aku mau kita bertemu," kata Justin terburu-buru. Ayana mengerutkan keningnya. Tidak biasanya Justin bicara tergesa-gesa seperti ini. Ayana khawatir, dia bertanya apa yang terjadi. Justin bilang akan menjelaskan kalau mereka bertemu. Akhirnya Ayana setuju untuk bertemu malam nanti. Dengan pertimbangan Ayana punya kuliah siang sampai sore. "Baiklah, aku tunggu kau di Diner jam delapan malam." ucap Justin datar lalu mematikan panggilannya. Diner adalah nama sebuah kafe yang sering Ayana kunjungi saat kencan dengan cowok. Ada banyak kenangan di kafe itu. Ayana menaruh ponsel di saku. Dia menebak kalau sesuatu yang buruk akan terjadi. Tidak biasanya Justin mengadakan pertemuan dadakan seperti ini. Dan apa yang dipikirkan Ayana memang benar. Pukul delapan malam dia pergi ke kafe. Dia memakai blus indah dengan motif bunga dan memadukan rok pendek. Dia cukup bahagia karena tidak sabar bertemu pacarnya. Namun sebuah kenyataan menampar Ayana. "Kita putus!" Begitu kata Justin saat mereka sampai di kafe. Ayana patah hati. "Apa kau serius, Justin? Kau tidak mungkin berkata begitu. Kau dan aku saling mencintai," balas Ayana. Mata Ayana sudah menggenang air mata. Dia tidak menangis, hanya terluka. "Kita tidak punya kecocokan lagi, Ayana. Aku merasa jenuh akan hubungan kita. Aku mencintai wanita lain." Wanita lain? Ayana marah sampai tidak sadar menyiram Justin dengan minuman anggur. Ayana begitu mencintai Justin sampai tidak rela mereka berpisah. "Ini tidak lucu, Justin. Ini tidak lucu!" Ayana muak. Dia masih berbicara saat wanita lain mendekati Justin. Tidak salah lagi, perempuan itu adalah pacar baru Justin. "Berengsek kalian!" Ayana nyaris menangis di tempat itu. Matanya berkaca-kaca. Untungnya Ayana masih kuat menahan tangis itu. "Kau tidak lebih baik dari seorang psikopat. Kau bahkan jauh lebih buruk, Justin!" Ayana terlalu murka sampai tidak ingat menggunakan struktur kalimat yang baik dan benar. Justin tergelak. "Psikopat? Kau membandingkan aku dengan psikopat hanya karena kita putus? Sepertinya kau sakit jiwa, Ayana. Kau lupa di mana kelasmu berada? Kau bahkan mendaftar sebagai agen pembersih 'kan?" Ucapan Justin sangat menyenak hati Ayana. Dia merasa sangat dilecehkan melalui perkataan itu. Ayana memilih untuk pergi ketika air matanya tak terbendung lagi. Namun sebelum itu, dia berkata, "Kau menyakitiku, Justin!" Ayana tidak pulang. Dia tidak pernah mabuk-mabukan, tetapi hari ini justru menginginkan untuk teler. Ayana ingin melupakan Justin. Ayana ingin kehidupan baru. Ayana melampiaskan kemarahan dengan mabuk-mabukan di klub. Mencoba tidak ingat Justin dan pacar barunya. Seavey menelepon Ayana saat dia dalam keadaan mabuk berat. "Hei tuan milyarder b******n. Aku sangat merindukan tuan. Bisakah kita menghabiskan waktu bersama? Aku sedih, aku butuh uang." Ayana tidak sadar mengatakan itu. "Kau sedang mabuk? Apa yang terjadi padamu?" Seavey bisa memaklumi kata-kata gila Ayana, pria itu menebak apa yang telah terjadi pada Ayana. Dia mendesak agar Ayana mengatakan tempat di mana dia berada. Ayana jujur kalau dia sedang di kelab malam. Selang beberapa menit, Seavey muncul di klub itu dengan balutan jas rapi. Ayana tidak bisa mengontrol dirinya. Dia mabuk berat. Jadi Seavey menggendong Ayana masuk ke dalam mobilnya. "Bagaimana bisa kau berada di tempat seperti ini?" Seavey sangat sulit memahami wanita ini. Ayana melantur tanpa henti. Membicarakan hal konyol yang dia alami. Mengutuk Justin dan membandingkannya dengan Seavey tanpa malu-malu. "Agen pembersih sadarlah!" Rasanya aneh memanggilnya agen pembersih kalau wanita itu sendiri punya nama. "Namaku Ayana. A.Y.A.N.A. Aku adalah agen pembersih tuan Seavey si b******n kaya itu. Orang yang punya kegiatan seksual yang berbeda seperti Mr. Grey?" Ayana bicara sebebas-bebasnya. Dia sedang mabuk berat. Seavey tertawa kecut. "Begitukah aku menurut yang kaudengar?" Seavey menangkup wajah Ayana sampai wanita itu bungkam. Debaran jantungnya berdetak hebat. Dia sadar untuk beberapa menit. Takut-takut, Ayana berusaha mengalihkan pandangannya. Namun Seavey tak membiarkan dia melakukan hal itu. Lelaki itu justru menyapu bibir Ayana. Dan sensasi baru itu menjalar di tubuh Ayana. Membuatnya terlihat b******n. Dan memang begitulah dia. Seavey sendiri merasa berahinya naik. Rasanya ingin sekali ia membawa Ayana ke tempat tidur... Hanya saja... Seavey tidak akan melakukan hal itu tanpa adanya cinta. "Lakukan apa pun padaku, Mr Sean! Lakukan apa pun padaku!" Seavey tidak menyangka perempuan itu berkata seperti itu. Dia pun menampar pelan Ayana hanya agar wanita itu sadar dari rasa mabuknya. See u next time Follow me Instagram Sastrabisu dan erwingg__
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD